It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
awas ntar jadi arwah penasaran Lo
hahaha
Lanjutan cerita yg dulu pernah dibuat Mudah2an masih ada yg berkenan membaca
Part 29
Flashback
Aku tidak menyangka sama sekali ternyata Ari masih ingat saja dengan pertemuan pertama kami tiga tahun yang lalu dalam sebuah even lomba bidang studi. Aku saja malah tidak ingat sama sekali karena memang itu adalah hal yang biasa terjadi, tapi tidak buat Ari. Pantas saja saat pertama kali ia pindah dulu dia bersikap seperti sudah mengenalku sebelumnya, dan aku malah menilai sikapnya aneh dan sok akrab. Sejak saat itu hubungan aku dan Ari jadi akrab bahkan sangat akrab sekali. Ari bahkan tanpa ragu menjadikan aku sebagai sahabatnya, sahabat terbaik yang pernah ia miliki begitupun aku tanpa ragu menerima Ari sebagai sahabat terbaikku meskipun aku baru saja mengenalnya tapi aku tidak ragu sama sekali. Sahabat bagi kami adalah sesuatu yang sangat berharga dan tidak dapat dinilai dengan apapun, kita bisa memiliki seribu teman tapi dari seribu teman itu belum tentu satupun bisa dijadikan sahabat karena untuk menjadikan seseorang sebagai sahabat kita butuh seribu satu alasan.
Kami merayakan hari jadi persahabatan kami dengan membeli jaket hoodie yang sama dengan warna yang juga sama, dan dengan bantuan tukang jahit kami memberi desain tambahan dengan inisial nama kami berdua sebagai lambang persahabatan kami.
Hari-hariku di sekolah yang dulu tidak semangat paska ditinggal Afdal pindah sekolah kembali ceria sejak sudah bersahabat dengan Ari. Di sekolahpun kami hampir selalu bersama, dimana ada Ari disitu ada aku.
Dan minggu kemaren kami baru saja menerima rapor kenaikan kelas. Mengenai hasil raporku meskipun boleh dikatakan memuaskan tapi tidak ada yang istimewa karena aku bukanlah bintang kelas. Boro-boro jadi juara kelas masuk sepuluh besar saja juga tidak. Walaupun tidak masuk sepuluh besar di kelas tapi aku cukup bangga juga karena di Raporku aku mendapatkan nilai angka 9 untuk 5 buah mata pelajaran sisanya angka 8, tapi sayang masih ada satu angka 7 yang menyelip. Untuk rangking 10 besar jangan ditanya nilainya, hanya rangking 1 dan rangking 2 yang nilainya beda, sedangkan rangking 3 sampai 11 itu nilainya sama. Karena tidak memakai rangking ganda maka untuk menentukan peringkat mereka diambil dari nilai murni sebelum nilai pembulatan. Jadi tidak heran jika di kelasku itu kalau sekarang masuk 3 besar bisa-bisa saja nanti tidak masuk sepuluh besar. Dan posisi itu dari caturwulan ke caturwulan berikutnya selalu silih berganti dan tidak ada daftar yang sama, namun sayang aku belum seklaipun mengambil bagian dari posisi tersebut. Dan untuk caturwulan kali ini posisiku bahkan tidak masuk 20 besar tepatnya sih di urutan 26 dari 40 siswa. Tapi walaupun begitu tetap bangga juga kok karena jika dibandingkan kelas lain maka bisa jadi 3 besar bahkan juara 1.
Sekarang ini kami lagi liburan bersama. Aku menepati janjiku mengajak Ari untuk liburan kali ini di kampungku. Sebenarnya bukan sepenuhnya aku yang ngajak juga sih tapi dia yang ingin ikut juga, daripada ia bengong saja liburan seperti libur waktu Ebtanas kemaren mending aku ajak libur di kampung saja, dan untung juga orang tua Ari memberi izin. Ada juga untungnya aku mengajak Ari libur di kampungku karena aku jadi ada agenda liburan juga, tidak seperti libur sebelumnya yang kebanyakan menghabiskan waktu di ladang.
Meskipun sudah seminggu kami liburan di kampung tapi kami pergi liburan baru sekali saja yaitu pada hari ke dua Ari di sini ketika kami pergi ke kebun teh karena cuaca buruk pada sore hari yang sering hujan akhir-akhir ini. Selain itu juga hari merasa kerasan dan suka pergi ke ladang yang katanya juga bagian dari liburan yang menyenangkan. Hari ini cuaca cukup cerah dari pagi dan tidak ada tanda-tanda bakal hujan. Kami berencana mau pergi ke Panorama danau Diatas danau Dibawah atau lebih dikenal dengan Danau Kembar. Setelah membayar karcis di pintu masuk kami segera menuju puncak bukit panorama.
Ketika sampai di puncak bukit kami segera memarkirkan motor. Hawa dingin terasa sekali saat kami berada di puncak bukit panorama, Hodie yang aku kenakan seperti tidak cukup untuk mengusir hawa dingin itu. Aku lalau memasangkan ziper hodie dan memasang tutup kepalanya, aku lihat Ari juga melakukan hal yang sama tapi tidak untuk tutup kepala. Setelah memarkirkan motor kami berjalan mencari beberapa spot yang bagus untuk melihat pemandangan. Di atas puncak bukit panorama ini ternyata juga ada beberapa warung kopi dan juga orang-orang yang menjual berbagai macam jenis bunga, bunga-bunga tersebut menambah pemandangan di sekitar sini menjadi tambah indah.
Setelah kami kami menemukan spot yang bagus untuk melihat pemandangan maka kami bisa melihat pemandangan yang sungguh mempesona. Di sebelah selatan kami dapat melihat betapa indahnya danau Diatas di lihat dari sini sedangkan di sebelah utara juga terlihat Danau dibawah yang tak kalah mempesona. Suasana senja yang agak berawan menambah keindahan seperti di negeri dongeng.
Suasana dingin membuat kami tidak bisa berlama-lama tanpa ada sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh. Untung di sekitar sini ada bebrapa warkop, mie rebus dan teh panas adalah pilihan yang tepat untuk suasana seperti sekarang. Kami memesan di salah satu warkop yang terdekat dari posisi kami sekarang dan asyiknya kita tidak perlu menunggu dan makan di warkop tersebut karena yang bersangkutan bersedia mengantar ke tempat kami. Layanan yang cukup memuaskan dan memiliki nilai plus tersendiri.
“bagaimana menurut lo”
Kataku menanyakan pendapat Ari tentang tempat yang baru kami kunjungi ini
“amazing”
Jawabnya singkat sambil mengaduk-aduk mie cup seduh yang baru kami pesan, akupun melakukan hal yang sama. Entah karena cuacanya yang memang dingin atau perutku yang sudah mulai lapar karena dingin mie yang baru bebrapa saat yang lalu baru diseduh terasa cepat sekali dinginnya.
“sama seperti di puncak”
Katanya lagi
“apanya yang sama”
“Suasananya terutama dinginnya, disini lebih dingin sih”
Jawabnya
“masa iya?”
Kataku sedikit tak percaya
“ntar kapan-kapan kita liburan bareng ke sana biar lo buktikan sendiri”
Katanya lagi tak mau kalah
“ya kalau suananya hampir sama ngapain juga gue repot-repot jauh-jauh ke sana, mending disini saja”
Kataku panjang lebar
“iya juga sih! Bagaimana kalau Jakarta”
“Jakarta...! TMII, Ancol, Dufan”
Kataku spontan
“tidak hanya itu tapi masih banyak tempat lagi”
Balasnya
“Jadi lo lebih suka kalau ke Jakarta ya? Mmm... bagaiman kalau libur tahun depan ketika kita lulus kita liburan ke sana!”
“...”
Aku hanya terdiam melongo menanggapi karena merasa heran ucapanku tadi ditanggapi serius oleh Ari
“kok diam?”
Tanyanya lagi melihat reaksiku tadi
“au ah, habis lu aneh”
Jawabku sambil mengangkat kedua bahuku
“aneh kenapa?”
“liburan sekarang baru seminggu lo udah bicarakan liburan tahun depan, lama lagi tau”
Kataku tetap cuek
“justru karena lama itu lebih bagus, perencanaan dan persiapannya bisa lebih baik lagi”
“dah ah... lo ngaur aja, lagian kalau iya kan masih lama lagi, mending cabut yuk! Ntar tambah dingin lagi”
“OK”
Jawabnya singkat kali ini sambil memasang tutup kepala hodie yang ia kenakan
“tumben lo pasang juga”
“dingin tau”
Balasnya
“gue kira lo bakal kebal, ternyata lo takut juga sama dingin, haha”
“ngak juga, Cuma gue kasihan aja sama yg bikin Hodie ini ntar sia-sia aja dia bikin tutup kepala ini kalau tidak gue pakai”
“alah gaya lo mungil pintar amat ngelesnya”
“apa...? lo bilang apa barusan?”
Katanya lagi
“lo pintar amat ngelesnya!”
Kataku lagi mengulang perkataan ku tadi
“bukan, bukan yang itu tapi sebelum itu!”
“ngak ada”
Balasku
“gue belum budeg tau”
Gayanya sok cuek tapi kelihatan lucu
“eh itu apa tu dekat telinga lo?”
Kataku mencoba mengalihkan perhatiannya
“apa?”
Katanya penuh tanda tanya sambil membuka lagi tutup kepala hoodienya
“sini aku lihat!”
Ari lalu bergeser ke dekatku, kepalanya yang sebelah kanan dia merengkan ke arah aku. Aku lalu memegang kepalanya seperti mau melihat sesuatu di sana. Lalu mulutku kuarahkan sedikit mendekat ke telinganya dan
“dasar mungi...lllllll....
“lo benar-benar mau mati rupanya ya!”
Katanya lalu mengejar aku, tentu saja ia tidak bisa mngejarku karena aku sudah terlalu jauh untuk di kejar. Aku terus berlari sambil tertawa sampai ke parkiran karena sudah berhasil mengerjai Ari. tak lama setelah tiba di parkiran kami segera cabut tapi belum pulang, kami terlebih dahulu pergi ke Dermaga Danau Diatas. Kurang lebih sekitar sepuluh menit kami main di sana barulah kami pulang, tidak lupa sebelum pulang kami beli oleh-oleh untuk kami bawa besok ke Solok karena besok jadwal daftra ulang. Oleh-oleh yang kami beli adalah buah-buahan khas daerah di sini yaitu buah Markisah dan Terong Belanda.
***
kan udah jd SAHABAT
ty masih berkenan membacanya
Maaf kalau lama updatenya karena dulu sibuk sekali.
Apalagi ketika bulan 6,7,8 masa2 agak sulit bagiku untk aktif menulis.
sekarng diusahakan di update tiap minggu.
Part 30
Flashback
Akhirnya liburan kenaikan kelas selama sebulan selesai dan saatnya kembali ke sekolah. Liburanku yang kemaren terasa beda dan lebih berwarna karena selama liburan aku kebanyakan menghabiskan waktuku bersama sahabatku Ari. minggu pertama liburan selama seminggu penuh kami liburan di kampungku. Pada minggu ke dua adalah jadwal daftar ulang bagi anak kelas dua dan tiga, jadwal daftar ulangnya Cuma dua hari dan aku daftar pada hari pertama, walau hanya butuh satu hari saja untuk daftar ulang tapi aku malah sampai 5 hari di Solok, itu semua karena Ari yang meminta agar tetap stay karena dia ingin kami menikmati liburan bersama juga di Solok. Selama 5 hari itu sudah cukup membuat aku kenal dan lebih dekat dengan orangtua Ari.
Selama liburan sudah banyak tempat yang kami kunjungi seperti Dermaga Danau Dibawah, Dermaga Danau Diatas, Panorama Danau Kembar, Kebun Teh, Sari Manggis dan tidak lupa juga kegiatan ke ladang juga mrupakan liburan yang menyenangkan buat Ari meskipun sebenarnya kehadiran kami di ladang tidak terlalu berpengaruh dan hanya menambah porsi bakan siang yang harus dibawa ibu ke ladang. Di Solok pun juga begitu semua tempat yang pernah aku kunjungi dulu dengan Afdal juga aku kunjungi dengan Ari. tidak hanya di Solok kami juga sempat pergi liburan ke Bukit Tinggi, itu terjadi pada minggu ke 3 liburan. Ada pengalaman seru dan menarik yang aku dapatkan saat libur ke Bukit Tinggi dimana untuk pertama kali dalam hidupku aku bisa bicara dengan seorang bule, walaupun kenyataan yang paling banyak bicara dengan bule itu adalah Ari karena bahasa Inggris aku masih cetek yang tau Cuma yes, no dan oke kalah jauh bila dibandingkan dengan bahasa Inggrisnya Ari. Maklumlah aku baru mengenal bahasa Inggris pas kelas satu SMP bila dibandingkan Ari yang sudah mengenalnya sejak di TK. Tapi itu sudah cukup memberikan rasa bangga kepadaku bisa bicara dengan bule walau hanya sepatah dua patah kata bila dibanding dulu kalau ada bule yang nyasar ke Solok aku hanya bisa melihat saja. Tentu saja semua itu terjadi karena Ari, kalau tidak bersama Ari belum tentu aku bisa bicara dengan bule tersebut. Tidak banyak tempat yang bisa kami kunjungi waktu itu karena kami pergi dengan dengan mobil umum yang banyak menghabiskan waktu, kami hanya sempat jalan-jalan ke Jam gadang, Kebun Binatang dan lobang Jepang.
Karena selama liburan kami banyak menghabiskan waktu bersama aku jadi kenal lebih dekat dengan Ari. Ari itu orangnya mudah bergaul dengan orang yang baru dia kenal, selalu nyambung diakak bicara dengan topik apapun oleh siapapun. Buktinya dia bisa nyambung dan akrab dengan semua anggota keluargaku dan juga teman-temanku di kampung. Aku jadi merasa bersalah ketika ingat pertama kali ia pindah sekolah dulu, aku sempat mengatakannya sok perhatian dan sok akrab ternyata memang sifatnya yang Friendly. Tapi walaupun sifatnya Friendly tapi tidak semua orang bisa akrab dengannya atau bisa jadi sahabatnya. Buat Ari sahabat sama teman itu beda, katanya kita bisa memiliki seribu teman tapi belum tentu dari seribu teman itu bisa dijadikan sahabat karena kita butuh seribu satu alasan untuk bisa menjadikan seseorang sebagai sahabat, kehadiran seorang sahabat belum tentu bisa digantikan oleh seribu teman. Aku setuju sekali dengan pendapat Ari bahwa sahabat itu beda dengan teman tapi aku tidak menyangka bahwa sosok sahabat yang dikatakan Ari itu buat dia ada pada diriku. Ketika aku tanyakan kenapa dia bisa menganggap aku sebagai sahabat padahal kita kenal baru sebulan lebih, Ari menjawab kita memang baru dekat sebulan lebih tapi kita sudah kenal sejak 3 tahun yang lalu dan saat itu dia tidak ragu menjadikan aku sahabatnya. Aku jadi ingat kembali kejadian 3 tahun lalu saat kami secara tidak sengaja dipertemukan dalam sebuah acara lomba bidang studi tingkat provinsi saat SD dulu. Kalau dipikir-pikir lucu juga padahal kami tidak sedaerah dan bahkan juga tidak dibidang studi yang sama, aku di matematika Ari di IPA, kami Cuma kebetulan bertemu saat jam makan siang. Aku tidak menyangka bahwa hal itu merupakan awal kami untuk menjadi sahabat, ternyata kalau jodoh memang tidak kemana dan bisa dimulai dari hal-hal kecil yang sama sekali tidak kita duga. Tentu aku menerima ajakan Ari untuk menjadi sahabatnya karena aku juga melihat sosok sahabat yang aku cari selama ini pada dirinya. Aku berjanji akan selalu menjadi sahabat terbaik yang pernah dia miliki.
Ari itu juga mempunyai sifat kepedulian yang tinggi walau untuk hal-hal yang kecil seperti saat kami pergi liburan ke Bukit Tinggi waktu itu dia rela memberikan tempat duduknya ke penumpang lain ketika bus yang kami tumpangi penuh, saat duduk-duduk dibangku terminal ketika mau balik ke Solok saat itu ada tisu yang berserakan di atas bangku dia tidak membuangnya begitu saja seperti kebiasaan orang lainnya tapi ia rela mengambilnya dan memasukkannya ke dalam tong sampah. Saat mau pergi ke kebun binatang kami secara tidak sengaja melalui orang yang jual burung, aku heran ketika Ari menyampiri penjual burung tersebut dan menanyakan harganya. Aku sempat protes kecil kepadanya saat itu buat apa dia beli burung di sini, kalau dia suka dan mau memelihara burung di Solok kan ada juga orang jual nanti karena kalau beli disini bikin ribet bawanya tapi dia hanya membalas dengan senyuman. Dia membeli bebrapa ekor burung dan anehnya dia membeli tanpa sangkar burung tapi burung-burung tersebut cukup diikat saja kakinya dan tali pengikatnya juga diikatkan pada sebuah tongkat kecil untuk tempat berdiri burung tersebut. Gimana gak ribet coba apalagi burung tersebut tidak hanya satu ekor tapi ada tiga ekor yang dia beli. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala saja waktu itu melihatnya. Setelah membayar tiket dan masuk pintu gerbang utama terlihat sudah banyak pengunjung yang berkunjung ke kebun binatang ini, maklum karena sekarang sedang libur sekolah jadi pengunjungnya ramai. Kami memilih memulai menjelajahi kebun binatang ini dari sisi kiri gerbang, setelah melihat beberapa tempat sampailah kami di tempat yang agak banyak pohon dan berumput seperti taman kecil. Kami memilih untuk berhenti sejenak disini, sebenarnya aku ingin terus berjalan tapi Ari yang minta berhenti. Terpaksa juga aku ikut berhenti, aku memilih untuk duduk di tempat duduk yang terbuat dari beton. Ari tidak ikut duduk ditempatku dan memilih duduk diatas rumput. Sambil duduk aku melihat Ari melepaskan ikatan tali pada kaki salah satu burung yang dia beli tadi, ketika simpul tali pada kaki burung tersebut terlepas burung itu langsung lepas terbang.
“hati-hati makanya...!!!”
Kataku mengingatkan Ari agar hati-hati membuka simpul tali yang mengikat kaki burung agar burung itu tidak lepas. Ia hanya tersenyum merespon ucapanku sementara aku tetap tidak bergeming dari tempat dudukku. Lalu Ari kembali membuka simpul tali pada burung kedua dan sama seperti yang pertama tadi burung yang kedua juga langsung terbang ketika simpul tali itu terlepas.
“tu kan...!!! apa gue bilang tadi makanya hati-hati!”
Kataku lagi
“mang lo mau apa sih kok talinya dilepas segala?”
Tanyaku lagi, dia tidak menjawab pertanyaanku dan mulai melepaskan lagi simpul tali pada kaki burung yang ketiga, kali ini ia berhasil mencegah burung tersebut agar tidak lepas karena sebelum simpul tali terlepas Ari lebih dahulu memegang badan burung tersebut.
“awas ntar lepas lagi”
Kataku lagi mengingatkan Ari lalu aku membuka tasku untuk mengambil minuman. Selang beberapa saat aku melihat Ari mengelus-elus kepala burung itu lalu menciumnya dan
“semoga senangnya ...”
Katanya sambil mengayunkan tangannya ke atas dan melepaskan bururng tersebut dari genggamanya bersamaan dengan itu burung tersebut segera terbang melayang-layang diangkasa. Aku terpana melihat apa yang dilakukan Ari
“jadi dari tadi lo...?”
Kataku bertanya meminta kepastian Ari
“iya gue sengaja melepaskannya”
Jawabnya yang sudah mengerti maksud pertanyaanku walau tidak lengkap
“lalu buat apa tadi lo beli kalau dilepas lagi?”
Tanyaku lagi penasaran
“karena memang aku beli untuk aku lepaskan”
Jawabnya
“lo beli untuk lo lepaskan”
Kataku mengulang apa yang dia katakan tadi
“...”
Ia menjawab dengan mengangguk
“tapi kenapa”
Kataku lagi karena masih belum mengerti
“karena aku lebih suka melihat burung itu terbang bebas kemana dia mau dari pada dikurung di dalam sangkar”
Jawabnya panjang lebar
“buat gue sih gak masalah asalkan yang memeliharanya bisa merawatnya dengan baik dan memberinya makan”
Jawabku
“apalah arti sayap bagi seekor burung jika tidak bisa terbang karena badan terkurung di dalam sangkar, pandangan bisa jauh dan luas tapi ruang gerak sangat terbatas diruang ukuran setengah kali setengah meter bahkan ada banyak yang kurang dari itu”
Katanya panjang lebar
“iya juga sih”
Kataku menyetujui apa yang dikatan Ari
“sama seperi kita walaupun tinggal di istana yang megah, makanan mewah serba ada tapi ruang gerak terbatas hanya boleh disekitar dalam istana tidak boleh keluar dari istana, pasti juga sangat membosankan karena tidak bisa melihat dunia luar”
Kali ini aku kembali menganggukkan kepala tanda setuju
“benar juga sih, yuk ah cabut banyak yang akan kita lihat lagi apalagi setelah ini juga mau ke lobang Jepang”
Kataku mengajak Ari, dan kami segera berlalu dari tempat itu
Itulah sedikit gambaran yang aku ketahui tentang Ari sahabat baruku. Aku bersyukur sekali bisa mengenalnya dan aku senang karena liburan kali ini aku bisa menghabiskan waktuku berlibur bersama sahabatku. Selama empat minggu liburan hanya minggu terakhirlah kami yang tidak pernah bersama dan seminggu itulah yang membuatku bosan dirumah dan ingin cepat-cepat kembali ke sekolah. Aku sudah tidak sabar lagi untuk kembali sekolah, mungkin selain dari anak kelas satu yang ingin masuk ke sekolah yang baru akulah orang yang paling bersemangat untuk segera pergi ke sekolah setelah libur panjang kenaikan kelas dan aku senang sekali karena hari ini adalah hari pertama pada tahun ajaran baru.
***”
Kataku mengulang apa yang dia katakan tadi
“...”
Ia menjawab dengan mengangguk
“tapi kenapa”
Kataku lagi karena masih belum mengerti
“karena aku lebih suka melihat burung itu terbang bebas kemana dia mau dari pada dikurung di dalam sangkar”
Jawabnya panjang lebar
“buat gue sih gak masalah asalkan yang memeliharanya bisa merawatnya dengan baik dan memberinya makan”
Jawabku
“apalah arti sayap bagi seekor burung jika tidak bisa terbang karena badan terkurung di dalam sangkar, pandangan bisa jauh dan luas tapi ruang gerak sangat terbatas diruang ukuran setengah kali setengah meter bahkan ada banyak yang kurang dari itu”
Katanya panjang lebar
“iya juga sih”
Kataku menyetujui apa yang dikatan Ari
“sama seperi kita walaupun tinggal di istana yang megah, makanan mewah serba ada tapi ruang gerak terbatas hanya boleh disekitar dalam istana tidak boleh keluar dari istana, pasti juga sangat membosankan karena tidak bisa melihat dunia luar”
Kali ini aku kembali menganggukkan kepala tanda setuju
“benar juga sih, yuk ah cabut banyak yang akan kita lihat lagi apalagi setelah ini juga mau ke lobang Jepang”
Kataku mengajak Ari, dan kami segera berlalu dari tempat itu
Itulah sedikit gambaran yang aku ketahui tentang Ari sahabat baruku. Aku bersyukur sekali bisa mengenalnya dan aku senang karena liburan kali ini aku bisa menghabiskan waktuku berlibur bersama sahabatku. Selama empat minggu liburan hanya minggu terakhirlah kami yang tidak pernah bersama dan seminggu itulah yang membuatku bosan dirumah dan ingin cepat-cepat kembali ke sekolah. Aku sudah tidak sabar lagi untuk kembali sekolah, mungkin selain dari anak kelas satu yang ingin masuk ke sekolah yang baru akulah orang yang paling bersemangat untuk segera pergi ke sekolah setelah libur panjang kenaikan kelas dan aku senang sekali karena hari ini adalah hari pertama pada tahun ajaran baru.
***
@Obipopobo Whaaaaaaats....???
ini benar ni Obi ?
rasa2 tak percaya ni Obi ikut nimbrung disini.
Duh senang ya kelihatannya Obi ikut nimbrung!
Ya iyalah senang pakai banget kalau Obi ikut nimbrung.
karena
Karena
Karena
Karena Autor terinspirasi menulis cerita ini kan setelah membaca SKO nya Obi.