It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kamar Eggy menjadi tempat ternyamanku di rumah ini. Adiknya selalu nonton TV, kakaknya menyalakan radio jadulnya keras-keras. Papanya suka membaca koran atau bermain hp di ruang makan. Kalau mamanya suka ngegossip lewat telfon rumah. Pernah sekali ada tamu. Sampai tamunya pulang dan balik ke sini lagi, telfonnya belum kelar. Wiiiihh...hebat kan. Kamar Eggy jauh lebih nyaman. Aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Lagian aku masih canggung berhadapan langsung dengan mama papanya. Usia kami nggak jauh beda, tapi aku harus bersikap layaknya anak SMA.
Sreekkk...
Suara kertas yang aku balik. Saat ini aku sedang membaca buku diary Eggy. Nggak sopan emang. Tapi karena buku ini aku jadi tahu seperti apa kepribadiannya. Apa yang dia rasakan dan apa yang orang lain rasakan tentang dia. Di sini dia juga sering menyebut Indra. Ya...dia nggak menulis yang bagus-bagus sih. Cuma...keluhan dan rasa bencinya ke Indra. Kalau dia tahu Indra suka sama dia...gimana ya...
Aku mengambil bolpoint dan menekannya di kertas itu.
...
...
'Hei...aku Eggy yang baru.'
Tulisanku berhenti karena merasa aneh. Ini pertama kalinya aku menulis di buku diary.
'Aku Eggy yang nggak kamu kenal. Mungkin bisa dibilang, Eggy punya dua kepribadian. Kamu Eggy, aku juga Eggy. Aku tahu kamu tapi kamu tidak tahu aku.'
Dan selanjutnya aku menulis hal-hal yang tidak penting. Aku cuma mau dia tahu kalau dia tidak menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Tidak semua yang aku tahu aku tulis di buku itu. Tetap ada hal yang aku rahasiakan. Sebuah rahasia akan tetap menjadi rahasia kan?!
Aku kembali berhenti menulis. Memainkan hpku. Saat melihat fotoku dan Indra, aku tersenyum. Akhirnya aku menulis tentang Indra. Hal apa saja yang sudah aku lalui bersama Indra. Hal konyol apa saja yang terjadi. Dan...
Sekali lagi tanganku berhenti menulis.
"Aku kok...nggak rela ya?!"
Tanganku bergerak ingin menyobek kertas yang ada tulisanku. Tapi akhirnya aku urungkan.
Sial...rasanya aku jadi bingung. Aku ingin supaya Eggy tahu kalau waktunya tak terbuang sia-sia. Dan aku nggak mau kalau dia kembali ke tubuhnya, dia merasa asing dengan semua yang dia hadapi. Tapi aku juga nggak rela kalau dia sampai tahu Indra suka sama dia.
Kepalaku mencari posisi enak di atas meja. Hp yang menampilkan fotoku dan Indra ikut miring menyesuaikan kepalaku. Di hp ini fotoku dan Indra banyak sekali. Itu karena Indra nggak mau di foto. Dia menyembunyikan wajahnya. Tapi akhirnya ada satu yang terlihat wajahnya, itu karena aku melingkarkan tanganku di lehernya.
"Gy."
Spontan aku langsung menutup diary itu dan menindihnya dengan buku pelajaran.
Sosok Liam terpampang di pintu kamarku.
"Kalau mau masuk ketuk pintu dulu."
Dia menatapku tajam.
"Ngapain? Kamu nggak ngelakuin yang aneh-aneh kan?"
Aku memposisikan layar hpku di layar utama.
"Ya nggak lah. Ada apa?"
"Mama beli roti goreng. Kalau kamu mau..."
"Ah...nanti. Nanti aku makan."
Beberapa kali aku menatap Liam.
Liam berjalan ke arahku. Dia seperti sedang memastikan sesuatu.
"Ngapain sih mas? Nanti aku makan kalau laper."
"Sejak kapan kamu ngerokok?"
"Huh??"
"Kapan hari itu aku nemu putung rokok di bawah jendela kamarmu."
Aku langsung gelagapan. Langsung beranjak dari dudukku dan berpura-pura merapikan seragamku yang berserakan di kasur.
"Aku nggak ngerokok. Punya orang kali tu."
Aku langsung berlari ke Liam saat dia mulai membuka laci meja. Tapi sayang sekali aku kalah cepat. Dia sudah mengambil rokok yang aku simpan disana.
"Ini?? Orang lain yang menyimpan dilacimu?"
Aku mendengus kesal.
Cih...
~whoami pov~
banjirin komen biar aq semangat hahahahaha....
*tuh udah
Saat aku bingung mencari-cari alasan, Liam melempar rokok itu padaku.
"Terserah kalau kamu mau ngerokok. Kamu sudah besar, bukan anak kecil lagi. Tapi kamu harus inget kalau anak mama nggak ada yang ngerokok. Kalau mama liat kamu ngerokok..."
"Iya...aku pasti hati-hati kok. Nggak akan ketahuan."
Aku bisa mendengar Liam menghela nafas sebelum keluar. Aku juga ikutan menghela nafas.
Sial...rasanya seperti anak kecil yang ketahuan mencuri uang.
Dulu saat aku merokok nggak ada yang melarang, yang komentar aja nggak ada. Rasanya aneh juga saat dicerami karena merokok. Liam itu baik sih menurutku cuma dia terlalu....yaaahh...begitulah.
Aku meletakkan lagi seragamku di atas kasur. Masih belum rapi. Setelah menutup pintu kamar dan menguncinya aku kembali ke meja belajar. Niatku untuk menulis di buku diary sudah lenyap.
Kapan-kapan aja kalau lagi mood aku nulis lagi.
Sebungkus rokok yang menjadi masalah langsung aku simpan di dalam tas tapi langsung aku pindah ke celana sekolahku. Besok aku pakai celana ini, jadi seharusnya aman.
Aaaahhhh....menyebalkan. Sampai kapan aku harus seperti ini.
Aku meremas rambutku dengan kesal.
Jujur saja aku sempat takut kalau tidak bisa kembali ke tubuhku.
Langkah kakiku membawaku ke tempat tidur. Tergeletak di tempat ini...ini bukan kamarku. Terkadang aku merasa...lupa kalau aku ini Erick. Biarpun Verry memanggilku 'Om' tapi tetap saja...aku ingin di panggil Erick.
Aku mencari salah satu nomor. Nomor Indra.
'Ada apa?'
"..."
'Hei!!'
"Panggil aku Erick dong."
'Huh??'
"Udah...panggil aja."
'...'
"..."
'E...rick?'
Aku tersenyum.
"Lagi."
'Erick??'
"..."
'Erick itu siapa sih?'
Aku menghela nafas.
"Bukan siapa-siapa. Hahahaha....menurutku namanya bagus. Erick."
'Biasa aja ah. Pasaran.'
Aku kembali tersenyum.
"Muuaaahhh...."
Dan sambungan telfonku terputus.
"Hahahahahahaha...."