It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@key_st5 ohh mau di ombang ambing yaa
@andrik2007 hmm apa ya kira-kira??
@Aurora_69 gak tau tuh si Fajar.. akupun jadi kesal
@Adhitiya_bean hehee.. sedang berusaha gas pooool
@Llybophi waduuh konflik yaa .. jangan deh jangan
Hello.. kembali lagi.. komennya jangan lupa maaf jelek yaa.. selamat membaca! salam Raffa Angkasa Putra
(21) Raffa POV
Mungkin aku termasuk salah satu laki-laki yang beruntung, bagaimana tidak? Maksudku.. aku telah diterima, aku telah diterima lebih tepatnya dia menerimaku, menerima cintaku dan dia mencintaiku meskipun aku masih tidak yakin dia benar-benar mencintaiku. Aku telah berhasil meluluhkan hatinya.. begitu mudahnya kah aku bisa meluluhkannya?
Setelah dia mengatakan cintanya padaku di pagi hari dimana aku berada di kamarnya, aku membalas ucapannya Tentu saja aku cepat membalas ucapannya disertai anggukan, senyuman dan segelintir tetesan air mata. Aku tidak menangis, aku terharu.. secara tiba-tiba dia mengatakan cintanya padaku. Fael! Aku cinta kamu aku telah resmi menjadi pacar Fael
Hubungan kami telah berlangsung selama tiga hari semenjak awal tahun baru dan saat ini masih dengan liburan semester satu. Di awal pagi yang cerah aku terbangun dari tidurku tidak lupa tuk melaksanakan ibadah shalat subuh, setelah itu aku mengambil hp senterku dan mengetuk tombol-tombol hpku mengirim pesan ke Fael.
“belum bangun yaa?” itulah yang aku kirim.
Namun selang waktu 15 menit, Fael membalas pesanku.
“guaa udah bangun kok” aku tersenyum melihat isi pesannya.
“ntar siang guaa kerumah oke”
“mau ngapain??”
“mau ngajak jalan” balasnya.
“aku izin dulu sama ibu” balasku.
“udaaah gak usah pake izin-zinan.. ibu pasti izinin deh.. tenang aja sayang” aku tersenyum lebar melihat pesan yang Fael kirim. Kata “Sayang” .. aku berharap kamu benar-benar sayang padaku.
“kamu mandi gih.. pasti belum mandi”
“malaaaas” balasnya. Aku jadi tahu kebiasaan Fael sekarang.. Fael termasuk orang yang malas mandi hihi. Lalu kalau pergi ke sekolah apakah Fael tidak mandi??
“PEMALAS” balasku.. dan tidak ada balasan lagi dari Fael. Fael pasti tertidur lagi hihi.
**
“kak.. ntar siang temanin adek yook”
“temanin ke mana dek??”
“ke pasar kak..” jawabnya sembari mengunyah kerupuk.
“adek mau ngapain ke pasar??”
“adek pengen beli buah semangka”
“okee nanti kakak temanin yaa..”
“moga aja kak Raffael ke sini yaa kak, jadinya bisa sekalian di temanin sama kak Raffael” adekku tersenyum nakal menatapku.. aku hanya menggelengkan kepalaku saja menanggapi..
Dan tentu saja adekku satu-satunya ini tidak mengetahui hubungan terlarangku, bukan hanya adekku saja, ibupun juga tidak tahu dengan hubungan terlarangku ini. Aku tidak bisa membayangkan jika ibu tahu hubungan terlarang yang aku jalani sekarang. Di otak dan pikiranku hanya memikirkan sosok Fael.. yaaa! Fael berhasil membuatku lupa segalanya!
Seperti ini kah rasanya jatuh cinta?? Memiliki pujaan hati? Memiliki kekasih? Ini adalah pertama kalinya aku memiliki kekasih. Biasanya aku hanya memiliki pujaan hati namun kasihku tak sampai dengan pujaan hatiku itu. lagi-lagi aku masih tidak percaya dengan apa yang aku alami saat ini. Terkadang aku menepuk-nepuk pipiku sendiri, mungkin saja aku masih di alam mimpi ketika aku tertidur lelap di rumah Fael.
Setelah Fael menyatakan cintanya kepadaku di susul aku yang menjawab dengan cepat. Fael kembali lagi memelukku, yaa.. pelukan kala itu sangat berbeda dari sebelumnya.. yang membedakan adalah cara Fael memelukku dengan salah satu tangannya yang memegang belakang kepalaku dan tangan yang satunya mengelus-elus punggungku. Pelukan yang begitu hangat di pagi hari hingga aku bisa mencium aroma tubuh aslinya ketika bangun tidur. Aku tidak bisa berhenti membayangkan hal itu, berada di sisi Fael saja bagiku sudah cukup
Sekarang waktu menunjukkan pukul 11.12 pagi menjelang siang.. ibuku sedari tadi sudah pergi bekerja.. yaaa! Sekarang ibuku tidak berjualan lagi, ibuku mendapatkan pekerjaan tetap bersama tante Fanya, aku tidak tahu persis pekerjaan apa yang telah ibu terima dari tante Fanya, mungkin saja ibu menjadi karyawan toko apotek ataupun asisten tante Fanya.
“kak…!!!” terdengar teriakan adekku dari arah luar kamarku.
*kreeek*
“kaak! Adek lapar.. bantuin adek masak” ucapnya lesu.
“ibu gak ada masak??” jawabku yang memperhatikan adekku berdiri membuka pintu separuh.
“ibu gak ada masak..” ucapnya makin lesu.
“yaa sudah.. ayook kita masak” sembari aku bangkit dari baringku di atas kasur.
Ketika aku keluar kamar.. aku tidak berkutik sedikitpun melihat seorang cowok yang memakai kaos berwarna kurning serta celana jeans pendeknya. Fael!!
“akhirnya keluar juga dari kandang” ucapnya. Lalu terpancar senyum Fael yang merekah.. ahh senyum yang aku suka Fael memiliki lesung pipi di bagian kanan.
“gak ingat kalau guaa mau ajak jalan??” sambung Fael.. tentu saja aku ingat, namun bukannya ini belum siang hari?
“aku gak lupaa” jawabku seadanya. Kemudian kepalaku mengarah ke arah adekku yang berdiri di bagian dapur. Pasti adekku berbohong tentang ibu yang tidak memasak!
“ganti baju gih cepat” perintah Fael.
“kakak mau jalan??” tanya adekku dari arah dapur.
“yaaah.. bantuin adek masak dulu dong kak.. adek laper nih”
“kenapa??” tanya Fael yang mendekat ke arahku berbisik..
“kamu gak dengar??”
“dengar.. adek luu belum makan yaa??”
“ehh kalau adeknya belum makan.. pasti kakaknya belum makan juga kan?? Luu belum makan??”
“aku sudah makan” jawabku bohong.
“…dek!”
“iyaa kak Raffael..” jawab adekku mendekat ke arah kami berdua.
“adek ganti baju gih.. ikut kak Raffael sama kak Raffa jalan”
**
“luu beneran udah makan??” Fael bertanya lagi.
“sudah Raff.. aku sudah makan” jawabku sembari tersenyum padanya.
“kapan kakak makan emangnya?? Itukan pas sarapan kakak makan” sahut adekku sembari melihat menu. Aku menggigit bawah bibirku.
“bohong yaa luu”
“hehee”
Sekarang aku berada di salah satu rumah makan bersama kedua orang yang aku sayangi ini. Fael dan adekku tentunya! Sembari menunggu adekku memilih-milih menu, Fael tiada hentinya memperhatikanku membuat adekku berdehem kecil hingga Fael mengubah tatapannya ke arah lain.
“Raff..” ucapku yang memperhatikannya tengah asyik dengan ponselnya.
“kenapa hmm??”
“kali ini aku bayar makananku sama adekku yaa” Fael tidak menjawab ucapanku. Aku menoleh ke arah adekku yang tengah asik membaca menu.
“kalian berdua pesan apa?? Kok dari tadi pada diam”
“yaaah kak Raffael nih.. adek bingung kak”
“semua menunya enak-enak” sambung adekku. Fael pun tertawa.
“ohh yaa.. adek pesan ini aja” ucap Fael yang menunjuk daftar menu yang di pegang adekku.
“wihh iyaa deh kak.. adek yang ini aja..uummm, adek minumnya jus stoberi ya kak” jawab adekku lalu menutup buku daftar menu dan menyerahkannya padaku.
“ummm Raffa mau pesan apa??”
“sama dengan pesanan guaa aja yaa” sambungnya. aku membalas dengan anggukan kepalaku.
Fael pun memanggil pelayan rumah makan tuk mengambil daftar menu dan memesan yang kami inginkan. Selang beberapa menit pesanan kami telah disajikan terlihat adekku yang sumringah dengan hidangan yang disajikan oleh pelayan.
“seneng banget dek” ucap Fael yang memperhatikan adekku.
“hehee kak Raffael nih .. jadi malu nih adek kalau kakak ngeliat adek begitu”
“hahaaa.. berdoa dulu yaa sebelum makan”
**
Setelah selesai makan siang di rumah makan, kami bertiga menuju ke sebuah market kecil yang menjual bahan-bahan pokok, sayur-sayuran serta buah-buahan, adekku lah yang menyuruh Fael mengemudikan mobilnya menuju kemari, sebenarnya adekku memerintahkan Fael mengemudikan ke pasar namun Fael menolak, mungkin Fael tidak suka ataupun tidak pernah kepasar karena pasar identik dengan kumuh. Sesampai di market, kami bertiga turun dari mobil.. Fael terus saja memperhatikanku membuatku salah tingkah, jika aku terlihat salah tingkah.. selalu terdengar tawa Fael yang renyah.
“kak..”
“iyaa kenapa dek?” sahutku.
“yang manggil kakak siapa juga…!”
“adek manggil kak Raffael” terdengar lagi tawa Fael.. aku langsung menoleh ke arahnya.
“eehh ehh kenapa kenapa dek??” gealagapan Fael.
“emang di sini ada ngejual semangka kak??” lagi-lagi Fael tertawa.. aku jadi tersenyum sendiri mendengar tawanya.
“yaa jelas ada.. makanya ayook masuk”
“adek belum pernah kesini kan??” sambung Fael.
“iyaa kak belum” jawab adekku.
“ayoook!” seru Fael dan merangkul bahuku. Spontan aku terkejut..
“hape kak Raffael mana??” Fael merogoh saku celananya dan memberikan ponselnya ke adekku.
“adek mau apa??” tanyaku yang heran melihatnya mengutak-atik ponsel Fael.
“senyum dong kakak-kakak yang cakep”ucap adekku yang mengangkat ponsel Fael.. rupanya adekku hendak memfoto kami berdua.
“1….2….3.. ciisss” aba-aba adekku.
“wihh bagus kak” ucapnya lalu memberikan ponsel ke Fael.
“waaah iyaa bagus-bagus”
“kalo di foto.. kakak kelihatan mirip looh”
“bagus kan Raff??” tanya Fael ke aku yang memperlihatkan hasil foto tadi. Aku menanggapi dengan senyumku.. tentu foto itu bagus, apalagi di foto tersebut Fael begitu bahagianya tidak kalah bahagianya denganku.
“udaaah ah senyam-senyumnya.. kapan nih beli buahnya” celetuk adekku.. kami berduapun tersadar dari aktifitas yang saling tatap menatap senyam-senyum.. huuh!
**
Hubunganku dan Fael kini telah berjalan lebih dari 9 hari, selama aku menjadi pacarnya, kehidupanku terasa berbeda dari sebelumnya. Fael yang hampir setiap hari selalu berkunjung kerumahku hingga adekku begitu antusias dengan kehadiran Fael dan tiada hentinya selalu ikut mengobrol dengannya. Aku senang jika melihat mereka tertawa bersama ataupun saling mengejek satu-sama lain. Memang sifat adekku begitu supel, mudah bergaul dengan orang lain, dan sepertinya Fael juga demikian. Hihi
Dan malam ini adalah ajakan pertama Fael.. Fael mengajakku kencan. Ohh tidak! Mungkin aura dari wajahku sekarang terpancar aura merah merona kebahagiaan yang teramat dalam. Hihi.. seperti biasa sebelum Fael mengajakku pergi di malam hari, Fael selalu meminta izin dengan ibuku dan ibuku mengizinkannya namun aku sempat melihat wajah adekku yang tiba-tiba berubah menjadi kusut karena kami akan berpergian (kencan pertama) hihi
“adekmu kelihatan bete yaa tadi hahaa..” Fael telah mengubah bahasa gaulnya.. sekarang dia memakai bahasa “aku”
“kamu” dan perubahan bahasanya membuatku percaya bahwa dia benar-benar mencintaiku
“yaa begitu.. diaa kan senang kalau ada kamu di rumah”
“ahahaaa segitunya yaa.. maklum aja sih orang cakep emang selalu buat orang senang”
“yaa gak??” sambungnya yang mentoel daguku..
“gak” jawabku datar..
“huuu dasar hahaa”
“kita mau kemana??” tanyaku. Fael seperti sedang memikirkan sesuatu.
“kamu maunya kemana??”
“kenapa malah balik tanya??” tanyaku heran.
“aku bingung.. soalnya udah hampir semua tempat yang kita kunjungi”
“mimpi yaa??”
“iyaa mimpi bareng kamu hehee” Fael memencet hidungku dengan gemas.. reflek aku memukul tangannya setelah itu.
“galak amat main mukul!”
“kamu main mencet” jawabku tidak mau kalah.
“makanya jangan buat aku gemas” pasti pipiku memerah sekarang. Begitu mudahnya Fael membuatku tersipu malu.
“tuuh kan aku gemas lagi” Fael mencubit kedua pipiku.. huuuh! Aku pasrah menerima cubitan mautnya.
Entah kemana Fael membawaku ke acara kencan pertama ini, perasaanku kali ini begitu heboh tiada tara antara deg-degan sekaligus senang riang gembira.. huuh! Aku menatap layar ponsel milik Fael membuka galeri-galeri foto kami berdua, tidak begitu banyak hanya beberapa foto saja. aku paling suka dengan foto selfie kami ketika berada di rumah makan.. di foto tersebut Fael yang memegang ponselnya dengan wajah gemasnya sekaligus merangkul serta mencubit pipi kiriku. Foto yang lucu.. Fael juga suka dengan foto itu, tapi dia masih ragu tuk memasang sebagai wallpaper di ponselnya.. Fael takut jika orang-orang menanyakan siapa perihal cowok di foto itu bersamanya.
“sayang”
“iyaa kenapa??”
“coba deh kamu liat foto-foto kita di hapeku” Fael memberikan ponselnya.. aku menerimanya lalu mengutak-atik galeri foto kita berdua.
“kenapa dengan foto kita??”
“kamu suka yang mana??” ucap Fael.. kemudian aku memperhatikan foto kami berdua satu-per-satu.. dan aku mendapatkan foto yang aku suka.
“yang ini” aku memperlihatkan layar ponselnya ke Fael.
“waaaaahh.. yang itu yaa.. umm aku juga suka yang itu”
“ohh yaa??”
“iyaa.. soalnya kamu keliatan lucu pas aku cubit”
“hehee”
“ntar aku jadiin wallapaper yaa”
“beneran??”
“….. iyaa tapi nanti”
“kenapa nanti?”
“… aku masih takut sayang”
“umm gitu.. aku paham kok”
“makasih yaa” sembari mencubit kedua pipiku.. huuh!
Kini aku telah sampai di tempat tujuan yang cukup jauh dari rumahku, nampaknya seperti rumah makan. Lagi-lagi Fael selalu mengajakku makan.. sebenarnya aku heran dengannya yang selalu membawaku kerumah makan.
“rumah makan lagi??”
“kenapa?? Kamu udah makan yaa?”
“sudah.. cuman sedikit”
“hmm bagus-bagus.. ntar makan yang banyak yaa”
“kenapa kamu selalu mengajakku ke tempat makan?”
“kamu kan doyan makan”
“kapan aku bilang”
“masa lupa?? Pas kamu kerumahku pertama kali.. ingat gak??”
“…oo-ooh ituu.. hehee”
“sampe sekarang masih doyan makan?” aku mengangguk kecil.
“bagus! Biar kamu cepet gede yaa.. jangan kecil kecil muluk hahaa” ledeknya sembari mencubit kedua pipiku.. huuuh! Bisa-bisa pipiku makin besar jika sering di cubit oleh Fael.
Suasana malam yang begitu dingin serta bintang-bintang yang tertutupi beberapa awan.. mungkin sebentar lagi akan turun hujan.. kami berdua tengah mencari-cari meja yang cocok tuk kita tempatin namun se-isi rumah makan terlihat sedang ramai dan penuh.
“mau duduk di mana??” tanya Fael yang menoleh ke-arahku sebentar lalu celingak-celinguk.
“padahal ini malam sabtu.. kok rame gini yaa” ucap Fael yang garuk-garuk kepala.
“gak ada yang kosong?” tanyaku pelan.
“bentar yaa.. kamu tunggu di sini” ucapnya lalu pergi menghampiri pelayan yang tengah berdiri di depan air mancur.. kemudian aku mengedarkan pandanganku melihat se-isi rumah makan dengan dekorasi serba putih yang begitu nampak seperti rumah makan mewah serta lekuk-lekuk dinding rumah makan yang begitu rapi.
“gimana??” tanyaku sesampai Fael menghampiriku.
“ternyata tempatnya udah di pesan..” ucapnya lesu.
“cari yang lain aja.. lagian aku gak bawa duit banyak, makanan di sini pasti mahal-mahal”
“tapi disini enak.. kamu pasti belum pernah makan di sini kan?”
“lain kali kan bisa.. aku gak bawa banyak uang ni”
“kamu mau makan di mana??”
“bicara di dalam mobil aja yuuk” pintaku ke Fael..
“mau dimana??” tanya Fael ketika kami sudah berada di dalam mobil.
“yang enak terus murah” jawabku sembari memasang sabuk pengaman.
“depot 89 mau??”
“murah gak??”
“murah..tapi jauh lagi dari sini”
“yasudah kalau gitu cari yang dekat terus murah” sahutku yang melihat wajahnya sedikit gundah.
“tapi.. sayang beneran udah makan??”
“iyaa aku sudah makan tadi dirumah”
Tidak lama kemudian hujan pun sangat derasnya turun dari langit menimpa mobil Fael..
“untung aja aku pake mobi huuuh” terdengar gumam Fael.
“Raff..”
“ehh ehh iyaa.. jadi kita mau kemana??”
“duuh pake hujan lagi!!” sambungnya.
“kamu kenapa??” tanyaku.. tiba-tiba polah dan nada bicara Fael jadi berubah.
“hehee gak apa kok”
“jadi kita mau kemana?? Mau makan atau gimana??”
Fael sempat terdiam mendengar apa yang baru saja aku ucapkan.. Fael terlihat was-was.. sebenarnya ada apa??
“..uumm sayang..” nadanya terdengar menggantung.
“iyaa kenapa??” sahutku.. terlihat Fael mengambil nafas sejenak..
“ada yang mau aku tanyakan ke kamu”
@lulu_75 @awi_12345 @QudhelMars @Llybophi @Aurora_69 @key_st5 @Adhitiya_bean @andrik2007 @abyyriza @Firman9988_makassar @Secreters
apdet apdet lagik, nagih pokok nya mah.
Makasih masih stay baca salam Raffa Angkasa Putra .. komen jangan lupa yaa
(22) Raffa POV
Fael sempat terdiam mendengar apa yang baru saja aku ucapkan.. Fael terlihat was-was.. sebenarnya ada apa??
“..uumm sayang..” nadanya terdengar menggantung.
“iyaa kenapa??” sahutku.. terlihat Fael mengambil nafas sejenak..
“ada yang mau aku tanyakan ke kamu” ucapnya kemudian menoleh ke arahku. Raut wajahnya terlihat meragu, sebenarnya apa yang ingin di ucapkan Fael?
*duuk duuk*
Kami menoleh ke sumber suara, terlihat seorang mas-mas pakir memakai jas hujan mengetok jendela mobil di sisi Fael, Fael membuka kacanya sedikit.. hanya sepercenti saja Fael buka karena hujan telah mengguyur.. aku tidak begitu mendengar suara mas-mas parkir.. suaranya terdengar ber-iringan dengan suara derasnya hujan. Fael menutup kembali kaca mobilnya.
“kenapa??” tanyaku.
“udah di suruh pergi sama omnya.. ada yang mau parkir di sini” jawabnya sembari mengutak-atik transmisi mobil.
Hujan masih sangat derasnya mengguyur kota ini, hawa begitu dinginpun mulai terasa di kulitku hingga menembus ke bagian tulangku, sadar akan hal yang aku rasakan.. Fael mematikan AC mobil yang berada di tengah.
“kedinginan yaa??” tanya Fael sembari fokus mengemudi.
“iyaa Raff” sahutku.
“hhaaasyiimm” tiba-tiba aku bersin. Fael menepikan mobil dan memberhentikannya di pinggir jalan.. ku perhatikan Fael yang grasa-grusu menghadap ke arah belakang sembari lututnya bertumpu pada kursi mobil dan tangannya terlihat memegang sebuah benda.
“nih pake” memberikanku sebuah jaket cukup tebal berwarna kuning.. kebanyakan barang-barang Fael berwarna kuning.. aku semakin yakin jika Fael menyukai warna kuning.
“makasih..”
“kamu gak kedinginan??” tanyaku cemas.. pasalnya Fael hanya memakai kaos polo berwarna kuning gelap serta celana jeans pendeknya.
“gak kok..” jawabnya dengan senyum seringai.
**
Kini aku tengah di bawa Fael menuju sebuah mall besar yang berbentuk persegi dengan dekorasi perpaduan ala eropa prancis.. baru pertama kali aku ke mall ini batinku. Sebelumnya Fael menanyakan kemana aku ingin pergi yang kujawab dengan kata terserah hingga akhirnya kita telah tiba di tempat seperti ini, acara kencan malam pertama bukan sebuah makan malam romantis ataupun menonton film di bioskop melainkan Fael membawaku ke game station di mall ini.
“kita kesitu aja yaa” ucapnya menunjuk game station. Kami masuk ke tempat dan aku tidak tahu apa yang Fael lakukan dengan mbak kasir berseragam biru kuning.. aku hanya melihat Fael yang memberikan uang sebesar ahh aku juga tidak tahu kemudian mbak tersebut memberi sebuah kartu dan Fael menerimanya.
“lama gak nunggunya?” tanya Fael ketika tepat berada di dekatku. Aku menjawab dengan menggelengkan kepalaku.
“kita naik itu yuuk”
“kamu gak takut kan??” sambungnya.
“aku berani” jawabku.. Fael menuntunku.
“mas.. masih lama gak??” tanya Fael dengan mas-mas penjaga area bermain.. aku mengedarkan pandanganku memperhatikan orang-orang yang tengah asyik bermain roler koster mini yang akan kami naiki ini..
“naaah udah selesai.. yook” Fael menggamit tangan kananku.. aku sedikit malu dengan perlakuannya karena beberapa orang yang berada di sekitar sini ada yang memperhatikan kami berdua.
“beneran nih gak takut?” tanya Fael memastikanku.. kami sudah duduk di tempat masing-masing di roler koster.. aku berada di kanan sedangkan Fael berada di samping kiriku.
“iyaa beneran” jawabku sembari memegang besi pegangan roler koster..
roler koster mini pun akhirnya meluncur, pada awalnya roler koster hanya bergerak pelan.. namun lambat laun roler koster berubah pergerakannya cepat, sangat cepat sekali hingga perutku terasa geli ketika dari turunan menuju tanjakan.. Fael terlihat riang sekali berada di sampingku dan aku juga tidak kalah riangnya.. Fael sempat mengeluarkan ponselnya dan memvidiokannya.
“huuuh… gimana?? Pusing??” tanya Fael ketika kami sudah keluar dari roler koster.
“enggak”
“lapar??”
“sedikit hehee” Fael tertawa renyah dengan posisi tangannya mengacak pinggang.
“yaa sudah kita pergi dari sini”
“tunggu” cegahku.
“kenapa??” Fael berpaling menghadapku lagi.
“aku mau naik itu” pintaku.. Fael menurutinnya.
**
Aku begitu terpukau dengan mall yang aku pijak sekarang ini, maksudku tempat makan yang Fael pilih ini.. bernuansa remang-remang nan tenang dengan dekorasi serba hitam serta meja yang berbentuk bundar dilapiskan kain putih merah dan tersusun 1 buah lilin kecil berada di tengah-tengah di tiap meja, terlihat beberapa pasangan pria wanita tengah duduk di kursi masing-masing yang sedang memadu kasih. Romantis batinku
“sayang” bisikku ke Fael.
“hmm kenapa??”
“di sini pasti mahal kan?” bisikku lagi.
“ckk.. udah gak apa, aku yang bayarin”
“tapi…”
“kamu mau makan malam romantis atau makan malam di emperan jalan raya sambil ujan-ujanan?” aku tersenyum kecut mendengar apa yang baru saja Fael ucapkan.
“ehh sorry sorry.. maaf yaa”
“hmm”
“ihh kok gitu.. maaf yaa”
“permisi kak.. ada yang bisa saya bantu.. kakak lagi kencan atau bagaimana??” suara perempuan terdengar dari arah belakang kami.. rupanya pelayan restoran.
“ehh mbak.. ya ampun mbaknya ada di belakang rupanya..”
“kami menyediakan berbagai ………….” Aku tidak fokus dengan penjelasan mbak-mbak pelayan tersebut.. mataku hanya tertuju pada pemain biola yang berada di atas pentas mini dengan lampu sorot menyinarinya.. ingin sekali rasanya aku bisa bermain biola.
“Raff” Fael menepuk bahuku pelan.. aku tersadar.
“ayook.. aku udah lapar”
“kita kemana??” tanyaku.
“ikut mbak-mbaknya”
Kami berjalan mengikuti langkah mbak-mbak tersebut, ketika itu juga sepasang banyak mata sedang memperhatikan aku dan Fael, sebenarnya aku cukup risih dengan tatapan mereka namun Fael terus saja menggenggam tanganku dan rupanya kami menuju meja dengan nomor 15, di meja tersebut terdapat lilin kecil berada di dalam gelas kecil serta sebuah boneka kecil berbentuk.. ahh hewan favoritku! Penguin!
“terimakasih mbak”
“iyaa sama-sama kakak”
Aku tersenyum lebar melihat benda kecil nan lucu itu berada di atas meja makan.
“seneng yaa liat hewan peliharaan??”
“iyaa seneng banget..” jawabku dengan senyum merekah.
“udaah yuuk duduk.. masa cuman ngeliat hewan peliharaan langsung terpana begitu sih” di sambung kekehan Fael.
“ahhhh aku gemas!” ucapku gemas mengambil boneka penguin.. lalu aku mendaratkan bokongku ke kursi nan.. empuk. Astaga! Begitu empuknya kursi yang aku dudukin ini.
“kenapa??” tanya Fael berada di sudut meja depanku.
“.. sayang”
“iyaa kenapa sayang??” tanya Fael dengan suara lembut nan pelan.
“terimakasih” sahutku.. aku mengeluarkan senyum termanisku dengan menatapnya. Fael mencondongkan badannya ke arahku.
“sama-sama sayangku.. I love you” bisik Fael ke telingaku. seketika itu juga bulu romaku berdiri mendengar bisikan Fael dengan suara lembutnya.. ahh aku tersipu malu.
Aku tidak menyangka jika kencan pertamaku berakhir dengan momen romantis seperti ini maksudku makan malam bersamanya dengan nuansa tenang serta lilin kecil yang berada di tengah meja menerangi meja kami di tambah alunan-alunan musik instrumental pemain biola dan piano dan setelah itu Fael yang mengajakku ke bioskop tuk menonton Film horror. Fael tersenyum nakal ketika aku membenamkan wajahku berada di atas dadanya. Aku pikir Film yang di pesan Fael tidak akan bisa menakut-nakutiku, namun apalah dayaku.. aku justru banyak takutnya serta kaget tidak karuan. Fael memperintahkan wajahku tuk terus berada di atas dadanya hingga aku bisa mengirup sepuasnya aroma tubuh Fael dan tak lama kemudian aku tertidur. Hangat.. momen yang sangat hangat bagiku meskipun cuaca di luar sekarang ini cukup dingin, namun dinginnya cuaca mampu terkalahkan dengan momen hangatku bersama Fael.. Fael aku sangat cinta padamu.
**
“waduuuh.. masih hujan aja di luar”
“hmm sayang”
“iyaa kenapa??”
“terimakasih” Fael terdiam sebentar lalu memancarkan senyumannya dan menggengam tangan kananku serta mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“ini tempat umum” bisikku. Fael celingak celinguk.
“gak ada siapa-siapa juga kok” Fael mempererat genggaman tangannya dan mencium kilat pipi kiriku.. aku tersenyum manis ketika mendapatkan ciuman di pipiku.
“kita pulang sekarang yaa” ucap Fael sembari melangkahkan kakinya lagi yang di ikuti aku berada di samping kirinya.
Kami berjalan bersama menuju mobil Fael yang terpakir di Basement lantai dua, sesampai di pintu kiri mobil Fael, Fael membukakan pintu itu untukku.. ahh Fael selalu melakukan hal itu ketika tidak ada orang yang melihatnya.
Fael pun membuka pintunya, masuk kedalam mobil, duduk, serta tidak lupa menggunakan sabuk pengaman. Sepintas aku melihat jam tangan yang aku kenakan, jarum pendek tertuju di angka 12 sedangkan jarum panjang tertuju di angka 8.
“kamu sengaja yaa tadi pesan tiket nonton film itu?”
“heheee biar kamu sekalian tidur.. kan kamu gak tahan tidur malam-malam”
“gimana tadi.. Nyenyak kan tidurnya??” tanya Fael sembari fokus mengemudi.
“..hmm iya nyenyak”
“gimana gak nyenyak.. yang jadi bantalnya siapa??”
“kamu” jawabku sembari mengelus-elus boneka mini penguin.
“seneng gak?”
“gak tau..”
“ahh kamu ini pura-pura gak seneng.. padahal dalem hatinya jingkrak-jingkrak ya kan” di sambung dengan kekehan Fael. Aku merasa pipiku memanas.. pasti pipiku memerah.
“ohh iyaa sayang..” aku berusaha mengganti topik karena pipiku tidak berhentinya memanas.
“hmm iyaa?”
“tadi pas kita mau pergi dari rumah makan yang penuh itu.. kamu mau tanya apa sama aku??”
“hah..?? yang mana yaa sayang?” sahutnya. Sepersekian detik Fael menoleh ke arahku.
“masa lupa”
“..nnggg”
“kenapa?”
“aku cuman mau tanya.. ngg maaf yaa sebelumnya”
“… gak apa nih aku tanya??” sambungnya.
“iyaa” jawabku singkat.. terlihat Fael seperti meragu ingin mengucapkannya.
“.. umm…”
@lulu_75 @awi_12345 @StevenBeast @Llybophi @Adhitiya_bean @andrik2007 @key_st5