It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@key_st5 hahaaa jangan di bayangin.
@lulu_75 hmm entah kak ada apa dengan pak Hari
@Aurora_69 hmm pasti karna si Fajar gak muncul kan??
@Llybophi hahaa jam tangannya kemana yaa??
Sedari tadi aku telah sampai dirumahku diantar oleh Fael tepat di jalan Cendrawasih gang Jingga, kali ini Fael tidak mampir kerumahku karena Fael diminta tuk menemani ibunya belanja bulanan Hihii.. sebelumnya aku banyak bercengkrama dengan keluarga Fael yang diantaranya seperti bercengkrama dengan ayah Fael, rupanya Fael telah banyak cerita dengan ayahnya tentangku, Fael bercerita dengan ayahnya bahwa aku murid baru yang pintar dengan pelajaran matik, kimia dan fisika yang membuat diriku senyum-senyum malu di perhatikan oleh ayahnya itu, selain menceritakan kepintaranku, Fael juga menceritakan dengan ayahnya bahwa aku adalah pacarnya huuuh..! tentu saja hal itu tidak mungkin.. apa jadinya jikalau Fael menceritakan hubungan kami? Hubungan sesama jenis, hubungan terlarang, hubungan yang sangat amat terlarang di Negara ini. Mungkin saja jika aku dan Fael menetap di Negara bagian Eropa ataupun bagian Amerika hubungan kami akan di terima dengan baik namun itu hanyalah khayalan babu.
Beberapa hari lagi masa liburan semester 1 akan berakhir lebih tepatnya dua hari lagi, aku kembali teringat dengan apa yang dikatakan Fael (dia bertanya bahwa apakah aku ada hubungan keluarga dengan pak Hari) pak Hari? Ada apa dengan pak Hari pikirku, alasan Fael cukup tak masuk akal maksudku setelah Fael menanyakan hal itu, aku seperti mendengar dan melihat adanya kebohongan, Fael seperti menutupi sesuatu, wajah Fael terlihat meragu dan cemas. Akupun hanya bisa menerima penjelasan Fael yang tak masuk akal itu, aku tak berani menanyakan lebih jauh, aku terlalu takut dengan Fael ataukah Fael yang takut denganku?
Sesekali aku memperhatikan dan mengambil boneka mini penguin yang aku terima ketika kencan pertamaku dengan Fael di malam itu, kembali aku mengingat momen romantis itu, sebenarnya aku sedikit tidak percaya dengan apa yang dilakukan Fael ketika itu, dimana tempat tersebut sangat identik dengan keromantisan bagi pasangan yang memadu kasih, apakah Fael tak sadar dengan apa yang di lakukannya? aku saja sempat risih kala itu karna beberapa orang tengah memperhatikan kita namun Fael terlihat cuek saja hingga aku berusaha menenangkan diriku sendiri yang sedikit gelisah akibat tatapan orang-orang di tempat itu.
Kini aku sedang berbaring di atas kasurku sembari memegang dan menatap boneka mini penguin. Boneka yang begitu lucu nan menggemaskan sama seperti Fael.
‘oke.. namamu sekarang adalah Fael’ gumamku gemas sembari mengelus boneka penguin.
*dua hari kemudian*
“kak.. ayook kak bangun.. shalat terus mandi habis itu sekolah berangkat bareng adek terus jalan sama kak Raffael lagi kak.. adek pengen ikut lagi”
Akupun perlahan membuka mataku yang masih menempel hawa kantuk, tidak seperti biasanya aku seperti ini pikirku.
“pasti malam tadi begadang kan? Begadang telponan sama kak Raffael kan?”
Aku semakin tersadar siapa yang tengah berada di dekatku ini, ternyata adekku Siska.. huuuh pagi-pagi sudah bawel gumamku.
“iyaa kakak udah bangun nih” jawabku malas..
“aduuh sakit dek..” pekikku menerima cubitan kecil di lengan kananku.
“makanya cepet bangun.. kok kakak jadi gini sih susah banget di bangunin sekarang”
“emang udah jam berapa?” tanyaku malas khas bangun tidur.
“udaaah ahh pokoknya kakak harus bangun terus shalat terus mandi terus sarapan terus berangkat sekolah bareng adek gak pake lama” ucap adekku nan bawel.. huuh oke kakakmu akan bangun dan melaksanakan apa yang adek perintahkan itu.
“cepaaaaat!!” perintahnya keras berdiri di daun pintu.
“issh.. iyaa dek” sahutku malas dan menguap hingga mataku berair.
Dengan langkah khas bangun tidur aku keluar kamar menuju keran air dekat dengan kamar mandi tuk mengambil air wudhu, adekku tengah duduk manis sembari menyantap sarapannya dengan telur dadar dan nasi, lalu ibuku…. Di mana ibuku?
“dek.. ibu mana?” tanyaku yang sudah selesai mengambil air wudhu.
“ibu kepasar” sahutnya singkat tanpa menoleh ke arahku. Aku hanya menghela nafas mendengar jawaban adekku, apa benar ibu kepasar? Tak seperti biasanya ibu pergi ke pasar sepagi ini.
Selesai shalat subuh aku menuju ke kamar mandi tuk melaksanakan ritual mandi pagi hariku sebelum pergi ke sekolah. brrrrrr…. Airnya dingin sekali membuat kulitku seperti terkena es batu, mau tidak mau aku harus mandi walau tidak maksimal hehe. Selesai mandi aku langsung menuju kamarku tuk mengganti pakaian (seragam sekolah) kemudian mengambil dan memakai jam tangan pemberian Fael tentunya (ketika kencan aku benar-benar lupa tuk memakai jam tangan pemberian Fael maafkan aku Fael).
“kakak mau pake dua jam gitu?” aku mendengar suara adekku di belakangku.
“menurut adek bagusan jam tangan siapa?” tanyaku ke adekku sembari memperlihatkan jam tangan pemberian Dimas dan memperlihatkan jam tangan pemberian Fael yang sudah melingkar di pergelangan tangan kiriku.
“kenapa tanya begitu? Itu kakak udah make jam tangan yang itu, brarti itu dong yang bagus” jawab adekku menunjuk jam tangan pemberian Fael.
“kakak kan minta pendapat adek”
“bagus jam tangan dari kak Raffael lah, secara dia kan pacar kakak” di sambung dengan kekehan adekku. Huuuuh.. lagi-lagi adekku berkata demikian dan lagi aku beranggapan bahwa apakah adekku telah mengetahui hubungan kami berdua?.
“udaaah ahh berangkat sekolah yoook, adek upcara nih hari ini” serunya lalu berpaling menuju pintu kamar.
“bukannya hari ini baru pertama masuk sekolah dek?”
“ehh? o—ooh iyaa adek lupa hehe”
Aku tidak yakin jika ibuku benar-benar pergi ke pasar, bagimana aku tidak yakin? Secara keranjang belanjaan ibu yang biasa ibuku memakainya tuk pergi ke pasar masih bertengger rapi di sela-sela lemari es dan rak piring atau apakah adekku berbohong?
“ibu beneran ke pasar dek?”
“iyaa kak”
“jam berapa ibu ke pasar?”
“..ummm pas adek selesai shalat.. gak tau deh jam berapa itu”
Aku terlamun memikirkan ibuku, pasalnya ketika kami berdua hendak pergi sekolah ibu tak kunjung menampakan dirinya.
“udah kak kunci aja, ibu pasti bawa kunci kok” perintah adekku mengunci pintu rumah. Kliik aku mengunci pintu rumah dan memasukan kunci rumah ke dalam tasku.
Entah kenapa perasaanku jadi tak enak memikirkan ibu, sejak kemarin ibu tidak seperti biasanya, maksudku ibu selalu bepergian keluar rumah di pagi buta dan ketika pulang kerumah ibu selalu terlihat lebih ceria dari biasanya, aneh pikirku.. sangat aneh! Seharusnya aku riang gembira melihat ibuku lebih ceria dari biasanya namun entahlah mengapa sebagian dari perasaanku merasakan hal yang tidak wajar melihat ibuku lebih ceria dari biasanya.
“ehh??”
“kamu melamunin apa??”
“dari tadi aku panggil gak ngerespond sama sekali”
Aku berada dimana sekarang? Mengapa tiba-tiba Fael berada tepat di depanku? Lahan parkir Motor? Aku telah sampai di sekolahku? Begitu parahnya kah aku melamunkan ibuku hingga aku tak sadar tengah beridiri di sekitar lahan parkir motor sekolah?
“kenapa kamu ada di sini? Kamu bawa motor yaa??” tanya Fael yang berada di depanku dengan pakaian seragam sekolah putih abu-abu lengkap dengan dasi dan rambut yang rapi menghiasi atas kepalanya serta matanya yang sedikit sendu menatapku dengan tenang.. mata yang menyejukkan.
Aku menggelengkan kepalaku pertanda tidak.
“laah terus kenapa berdiri di sini?”
“ummm..aku mau lewat samping..” kilahku berbohong.. Fael mengernyitkan keningnya.
“ohh mau lewat samping.. yaudah yok bareng sama aku” ucapnya lalu berpaling berjalan lurus, akupun mengikuti Fael dari belakang.
Sesampai di kelas seperti biasa teman-teman menyapaku hangat mengucapkan selamat pagi dan beberapa ucapan pujian terhadap penampilan serta wajahku yang terbilang (makin imut) yang membuat Fael tersenyum ganjil mengarahku, aku hanya tersenyum membalas senyum ganjilnya itu. terlihat Nanda tengah duduk di kursinya sembari bercermin dan memakai pupur bayi.
“pagi duo Raffa” sapaan Nanda ketika aku dan Fael duduk di bangku kami.
“luuu kira kita boyband” ketus Fael.
“sekarang kalian berdua jadi boyband sekolah tau”
“serah luu dah!”
“pemarahan dasaaar, kayak cewek pms aja”
“biar!”
Aku terkekeh mendengar ucapan demi ucapan Fael dengan ketusnya membalas Nanda, sifat Fael cenderung seperti itu jikalau sedang berkumpul bersama para sahabatnya dan aku tahu ucapan ketus Fael hanyalah sebatas gurauan saja karena dirumah pun ucapan Fael lebih sering terdengar ketus namun berbanding terbalik jika Fael berbicara denganku, Fael cenderung bersikap lembut denganku untuk saat ini walaupun aku pernah terkena dampak ketusan Fael hihi (sebelum menjadi kekasihnya )
**
Waktu terus jalan seiring dengan detak jantungku yang tak karuan karena berada di dekat Fael lebih tepatnya berada di belakangnya di atas motornya, indra penciumanku kembali menghirup aroma khas Fael yang menyeruak seperti aroma jeruk mandarin dan lemon, aku sangat menyukai aroma parfum yang ia pakai ini.
“kita jalan-jalan bentar yaa” kata Fael yang fokus mengendarai motor.
“kita mau kemana??” tanyaku.
“sore-sore gini sih enaknya ke taman, gimana? Mau kan?”
“oke” sahutku yang duduk di belakangnya dengan posisi sedikit berjarak.
Waktu menunjukkan pukul setengah 5 sore dan hari ini adalah hari sabtu sekaligus bertepatan dengan satu bulannya hubungan kami tak ku sangka aku benar-benar menjadi miliknya hingga detik ini walapun masih terbilang hubungan kami yang masih seumur jagung, terkadang aku berfikir apakah hubunganku dengannya akan bertahan lama hingga tua nanti? Ahh sebaiknya aku tidak perlu memikirkan hingga sejauh itu dan biarlah waktu yang akan menjawab, lagipula aku masih muda dan ingin sekali rasanya bersenang-senang dengan pacar pertamaku ini. Namun tetap saja terkadang aku terus memikirkan hal itu.
Kami telah sampai di sebuah taman yang di tengah-tengahnya terdapat wahana bermain anak-anak dan pepohonan yang cukup rindang menghiasi taman ini serta bangku-bangku taman yang tertata rapi di tiap sudut taman. Kini Fael lebih sering mengajakku ke taman ketimbang mengajakku makan di sebuah rumah makan, mungkin saja uang Fael habis lagipula uang tabunganku pemberian bibi hanya tersisa beberapa lembar uang lima puluh ribu.. aku harus menghematnya dan menabung lagi dan pasalnya bulan ini adalah bulan Februari dimana bulan ini adalah bulan kelahiran Fael. Dari mana aku mengetahuinya? jawabannya sederhana sekali, aku melihat tanggal lahir Fael tepat di dalam biodata raport Fael
“Raff..” kata Fael dengan pelan menatapku. Sembari berjalan santai di taman.
“iyaa kenapa?” aku membalas sekaligus melihat wajahnya. Wajah yang tampan sekali
“apa kamu pernah berfikir kalau hubungan kita ini…” nada Fael menggantung. Dia tidak melanjutkan ucapannya dan menundukan kepalanya.
“kenapa??” tanyaku masih memperhatikannya sambil berjalan santai.
“apa sebelumnya kamu pernah kayak gini.. umm.. maksudku… pacaran sama cowok selain aku?” Fael kembali menatapku lagi.
“tidak.. aku tidak pernah” aku menjawab disertai senyumku.
“gak pernah? Gak pernah gimana? Gak pernah pacaran?”
“iyaa aku tidak pernah pacaran” jawabku pelan.
“j-jadi? Aku pacar pertamamu?” aku menganggukan kepalaku.
Fael terdiam sejenak menatapku dan menampakkan senyum kecilnya.
“…. Wahahaaaaaaaaa…” aku terkejut Fael meledak dengan tawanya.
“kamu menghina aku?” kataku tak terima dengan tawanya yang tiba-tiba.
“ehhh bukan bgitu hehee… gak kok aku gak menghina.. aku gak habis pikir aja” jawabnya dengan menutup mulutnya, Fael seperti menahan tawanya.. huuh.
“ketawa saja.. memang lucu”
“yeee ngambek nih?? Maaf deh maaf”
Aku tidak menjawab perkataan Fael, aku memilih diam dan meninggalkannya kemudian aku duduk di bangku taman dekat pohon cemara kipas, sebenarnya aku tidak marah dengannya hanya saja ada sebagian hati jahilku yang menginginkan aku bertindak seperti ini, aku ingin lihat reaksi Fael jika aku terlihat marah ataupun ngambek hehe
Fael mendekat ke arahku dan duduk di sampingku, kembali tercium aroma khas parfum Fael ketika menedekat ke arahku.
“maaf yaa aku gak bermaksud gitu tadi.. aku cuman kaget aja dengernya.. aku gak percaya kalau kamu emang belum pernah pacaran, lagian wajah kamu itu…”
“kenapa dengan wajahku?” Fael menedekat denganku, bibirnya menuju ke telinga kiriku.
“wajah kamu imut, wajah imut biasanya banyak yang naksir terus sering gonta-ganti pacar” bisik Fael ketelinga kiriku yang membuatku geli sekaligus membangunkan bulu romaku.
“ehh kenapa ngejauh??” kata Fael heran.. aku merasa pipiku mulai memanas sehabis terkena bisikan Fael.
“tuuh pipimu merah” kata Fael sambil menunjuk pipiku, Fael mendekat ke arahku lagi.
“Raff.. di liat orang” cegahku karena Fael tengah memegang kedua pipiku dan kemudian aku merasakan elusan tangan Fael di kedua pipiku.
“kamu gak liat tamannya lagi sepi??” kemudian aku mengedarkan penglihatanku melihat tiap sudut taman berbentuk persegi ini. Sepi.. tak ada orang satupun kecuali aku dan Fael.
“sepi kan?” tanyanya lalu melepaskan elusan di kedua pipiku.
“kenapa sepi?” tanyaku.
“ada denger suara orang nyanyi gak?” aku memfokuskan indra pendengaranku hingga aku mendengar samar-samar suara seorang wanita yang sedang bernyanyi di-iringi dengan sebuah musik berupa suara gitar, piano dan drum, seperti suara pentas musik.
“orang-orang pada ngeliat band di taman utama, jadinya di sini sepi deh”
“taman utama??”
“huuum taman utama dekat dengan sini, masih satu komplek dengan taman ini, kalau ini mah taman mininya aja.. lagian di sini sering buat anak-anak doang” jelas Fael berucap sembari memegang dan menggengam tanganku, aku ingin menolaknya namun Fael tetap pada tindakannya.
“gak ada yang liat kok tenang aja”
“aku sengaja bawa kamu kesini supaya kita bisa berduaan dengan tenang hehee” aku tersenyum mendengar perkataan Fael, berduaan denganku? Ahh Fael..
“kamu senang tempat yang sepi-sepi kan??” Fael tersenyum nakal dengan mata menggoda.
“jangan yang aneh-aneh” jawabku cepat.
“yeee bukan yang aneh-aneh kok.. lagian aku juga suka tempat sepi, kayak taman ini” kata Fael duduk dengan santai bersender dengan bangku taman.
Beberapa menit kemudian Suasana hening menyelimuti kami berdua yang tengah duduk santai di bangku taman, angin senja pun ikut serta dalam keheningan kami berdua, aku menoleh ke arah Fael yang menampakan senyumnya dan aku tersadar adanya tangan yang tengah berada di atas punggung tanganku, aku merasakan usapan lembut dari tangan itu lalu menggenggam tanganku. Aku memperhatikan tangan Fael yang sudah menyatu dengan tanganku.
“aku gak nyangka bakal kenal sama kamu” Fael membuka suara, aku kembali menatap Fael, Fael juga menatapku.
“rasanya aku seperti mimpi..” sambungnya yang masih menatapku.
“dan aku gak nyangka kalau kita menjalin hubungan.. hubungan yang special ini”
“kadang aku berfikir.. apakah kita benar-benar nyata..”
“dan sekarang.. hubungan kita udah berjalan satu bulan”
“dan selama itu juga.. hari-hariku selalu bersamamu, selalu di dekatmu”
Aku tersenyum penuh arti menatapnya yang juga menatapku dengan senyumnya. Fael menggerakkan jemari tanganku ke arah dada bagian kirinya. Aku merasakan detak jantung Fael yang seirama dengan detak jantungku. Fael tersenyum seringai menatapku yang masih menempelkan telapak tanganku di dadanya.
“…tiap kali aku ngeliat kamu secara dekat, aku selalu seperti ini” ucap Fael sedikit gugup, kedua pipinya terlihat memerah. Aku pun melakukan hal serupa, aku menggenggam sekaligus menuntun tangan Fael tuk menempel pada bagian dada kiriku, Fael tertawa kecil ketika telapak tangannya berada di dada bagian kiriku.
“rupanya kamu sama kayak aku” kata Fael setelah tertawa kecil, aku menganggukan kepalaku pertanda iya.
“aku sayang kamu” kata Fael dengan pelan yang masih menyentuh dadaku.
“aku juga” jawabku tersenyum lebar.
“aku cinta kamu”
“aku lebih mencintai kamu” jawabku pasti hingga Fael mendaratkan sebuah pelukan hangat, aku membalas pelukan hangat Fael, aku membenamkan wajahku tepat di atas bahunya yang kokoh dan menghirup sepuas mungkin aroma tubuh Fael.
**
“makasih udah mau nemanin aku seharian”
“seharusnya aku yang mengucapkan itu” ucapku, Fael tertawa renyah.
“aku pulang dulu yaa, maaf gak bisa mampir” kata Fael sambil mengelus lengan kiriku.
“hati-hati di jalan” kataku memperingatkan.
“okee siap boss” kata Fael yang mengacungkan jempolnya.. aku terkekeh melihat polahnya.
Fael pun akhirnya melaju pergi dari depan rumahku mengendarai motor maticnya, hari ini adalah hari yang begitu menyenangkan batinku, separuh dari hari ini aku banyak menghabiskan waktu bersama Fael, berada di dekatnya, berada di dekapnya, ohh sungguh nyaman sekali rasanya..
“cieeeeeeh.. yang habis ngedate sama kak Raffael” aku terkejut mendengar suara adekku.
“acara ngedatenya kemana aja kak??” sial! mengapa adekku muncul di saat waktu yang tidak tepat, di saat aku sedang membayangkan kejadian hari ini bersama Fael.
“budek yaa di panggil kok gak ngejawab” aku pun berbalik badan dan melihat adekku yang bergaya kacak pinggang bagaikan model.
“ngedatenya kemana aja ak?” kalimat itu membuatku muak.
“ckkk.. apa sih dek” elakku.. adekku menahan lenganku ketika aku berpapasan darinya.
“apaan megang-megang” protesku.
“galak amaat yaa” adekku melepaskan tangannya yang menahanku.
Aku langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan adekku yang masih berdiri di teras dan akupun menuju ke kamarku tuk mengambil handuk, rasanya tubuhku perlu di basahi dengan air agar tidak gerah dan lengket, sepintas aku melihat jam tanganku (pemberian Fael) menunjukkan pukul 7.21 malam.
*kreeek*
Aku menoleh ke arah pintu yang terbuka, rupanya adekku.. tapi benda apa yang di pegang adekku? Seperti sebuah kotak atau kardus berbentuk persegi panjang dan di lilit oleh pita berwarna biru, putih dan abu-abu, benda apa itu?
“kakak udah shalat maghrib belum?” kata adekku duduk dan menaruh benda itu di atas meja lipatku.
“…umm sudah dek” kataku sedikit tersendat.
“apa itu dek??” tanyaku penasaran sambil melihat dan menunjuk benda yang baru saja di letakkan adekku di atas meja lipat.
“ohhh ini.. dari kak Raffael” kata adekku santai.
“buka gih” sambung adekku memerintah.
“kapan kak Raffael ngasih?” tanyaku lagi. Pasalnya hampir seharian aku bersama Fael, Fael berada di dekat ku sepanjang hari dan kapan Fael memberi benda itu ke adekku?
“udaaah gak usah banyak tanya.. intinya kakak buka deh tuh kado”
“kado?”
“ehh..” kata adekku lalu menutup bibirnya dengan kedua tangan.
“cepetan deh ahh buka” kata adekku lagi memberikan benda berbungkus karton dengan lilitan pita biru, putih dan abu-abu.
Kedua tanganku sudah memegang benda tersebut, entah mengapa jantungku tiba-tiba berpacu lebih cepat dari biasanya, dag..dig..dug.. entah apa yang membuatku seperti ini, aku memperhatikan adekku yang tersenyum riang gembira memberi bungkusan ini, lalu indra penglihatanku beralih melihat bungkusan yang aku pegang ini, apa ini? Dari Fael? Apakah ini kado satu bulannya hubungan kami?
“etdaah lama banget sih kak.. cepetan buka dong”
Jika benar kado ini adalah kado satu bulannya hubungannya kami lantas mengapa Fael memberikannya ke adekku? Mengapa tidak langsung memberikannya padaku saja?
“malah melamun ihh”
“sini sini biar adek buka..”
“enak aja..” kataku protes.
“kakak mau mandi.. entar aja yaa buka kadonya” elakku.
“sekarang buka kadonya” kata adekku dengan keras.
“sssstttt jangan kenceng-kenceng.. entar di dengar ibu”
“ibu gak ada ada dirumah juga kok”
“ibu belum pulang?”
“yeee” sahut adekku singkat.
“isssh kenapa malah bahas ibu.. buka gak kadonya!!”
“iyaa yaaa dasar bawel!!”
Dengan perasaan was-was aku mulai membuka perlahan bungkusan karton yang aku pegang ini, apa isinya? Jantungku kembali berdegup kencang ketika tengah membuka plester yang merekat di atas karton dan akhirnya aku membuka penutup karton dengan perlahan, sesekali aku mengintip adekku yang tak sabar melihat isinya.
1….2…..3……
@lulu_75 @awi_12345 @andrik2007 @Adhitiya_bean @key_st5 @Aurora_69 @Llybophi
Raffa gede mesum yes, suka t4 sepi.
Trus, kemana ibunya Raffa, kok udah malam belum pulang juga?
N kado itu?
Lanjut om @rama212