BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

"KENANGAN TERINDAH" (Cerita berkait)

12357

Comments

  • Dito mengakui klo ada yg terasa perih dihatinya ketika mendengar ucapan isgi. Tapi ia berusaha menutupinya agar tidak terjadi keributan diantara dia, isgi beserta mandala. "ehm..." dito membuka suaranya ketika dia melewati ruang tamu menuju ke kamarnya. Mandala segera berusaha melepaskan pelukan isgi. Namun apa daya karna isgi lebih kuat tenaganya, dan mandala hanya bisa pasrah ketika melihat sorot tatapan tajam dari mata elang dito ke arahnya...
  • Dito keluar dari kamarnya. Dan ia lgsg menuju ke ruang tamu. Dilihatnya sosok isgi masih duduk dan ada disana. Suasana berubah menjadi tegang. "Maaf mas, skrg sdh pukul 23.00 dan saya harap anda mengerti akan ucapan saya." ucap dito. "man, keluar yuk. Jalan2 pake motor gw. Sekalian gw mo traktir makan." bls isgi tanpa melihat ke arah dito. Mandala melihat sorot mata dito yg terlihat seperti hendak menerkam pemuda yg ada disebelahnya beserta dia.
  • Dah agak lama Adit melihat ada yang gak beres ma kelakuan Mandala n Dito, senior-seniornya di kampus biru mendayu yang kalo dipikir-pikir mencurigakan.


    Gak kayak kucing garong amat sih. Cuman gimana gitu. Mencurigakan.


    Yaeyalah curiga bo. Secara selama kuliah bersemester-semester di sini, Adit baru kali ni liat ada dua mahluk sesama jenis yang nempel kayak meterai enem rebuan ma kertas pernyataan.


    Dah gitu semakin hari semakin diliat, Dito tambah megang aja dandanannya. Yang tadinya masuk kuliah pake rambut belah pantat, at a sudden tarix jabrix, alias pake model anak-anak jaman sekarang. Mohawk mohawk gitu deh. Pake gel pula. Wangi. Wew. Perawatan bo? Sumpe. Binan abis.


    ***


    Dit cuma bisa liat dari jauh kemesraan dua orang itu. Sembari menahan rasa iri yang teramat sangat.


    Betapa engga secara Adit yang ini tengah dilanda kegalauan akan kisah cintanya yang berhenti di tengah jalan dengan seorang kucing berinisial S.


    Wew.


    Gobloknya. Dah tau kucing kenapa masih dicintai coba?


    Emang gak ada cowo laen?


    Emang di dunia ni yang namanya cowo cuma S doang?


    Pikiran Adit kembali ke 8 jam 24 menit 3 detik yang lalu. Malam hari waktu dia dapet telpon dari Heru.


    ...


    ...


    ...


    "Setau aku, S tu paling gak dibayar 300 rebu Dit. Kalo gak segitu dia gak mau," kata Heru, teman S yang akhirnya berhasil ditemuin Adit setelah mencari-cari identitas sebenarnya si S dimaksud.


    Adit: "Buset. Cuman 300 rebu? Plis deh. He can do better than that."


    Heru: "300 tu kalo cuman pegang doang kale. Kalo lebih mah mahal. Lagian lu kenapa sih terobsesi banget? Bukannya lu dah putus?"


    Adit (tiba-tiba moodnya berubah, keingetan hari jadian plus hari diputus): "...."


    Heru: "Dit? Halo?"


    Adit: "Ya gitu deh mas. Aku masih gak bisa lupain dia. Mo gimana lagi. Dia orang pertama yang bilang sayang ke aku dengan tulus."


    Heru: "Tau dari mana lu kalo dia tulus?"


    Adit: "Mata. Aku tau dia sedang serius pas ngomong sayang ke aku hari itu. Dan aku juga liat sendiri dia nahan nangis waktu minta aku lupain dia. Dan sekarang setelah aku benar-benar tau dia perek, aku yakin, airmatanya malam itu bukan fatamorgana. Apalagi akting. Aku salah ya?"


    Heru: "..."


    ...


    Heru: "Emangnya dia tau kamu mikirin dia ampe segitunya Dit?"


    Adit: "Aku gak peduli mas. Aku cuman mau tau dia sebenernya siapa. Dan apa aku masih bisa bikin dia sadar."


    Heru: "Kamu boleh aja mewarnai dunia Dit, tapi kamu gak akan bisa mengubahnya!"


    Adit: "Aku pasti gak akan bisa mengubah dunia Mas. Tapi Allah bisa."


    Heru: "Jiz.... Yaudah lah. Itu kan hidup kamu. Aku cuman bisa kasih doa aja."


    Adit: "Info dari mas banyak bantu aku kok. Makasih ya Mas. Aku mo tidur dulu nih. Seharian tadi banyak kerjaan. Makasih ya Mas sekali lagi."


    *tut tut tut tut tut*


    ***


    Luka Adit kembali terbuka melihat kemesraan dua seniornya itu.


    Jangankan Dito ma Mandala. Liat Tukul ma Pepi aja ampe berlinang air mata.


    Seandainya kita bisa bertahan lebih lama Ti...


    Padahal...


    Aku gak pernah akan mempermasalahkan masa lalumu ato pun side job kamu yang separah kanker payudara stadium 8 itu...


    Aku cuma pengen abisin waktu aku ma kamu Ti...


    Aku emang banyak masalah...


    Bukannya pengen bagi-bagi masalahku ke kamu...


    Justru kamu lah kekuatanku untuk hadapi masalah-masalah itu...


    Aku berharap Tuhan masih sudi mempertemukan kita kembali. Gak perlu ampe semesra Dito ma Mandala sih. Aku cuma pengen ketemu aja. Liat mata kamu. Denger suara kamu panggil nama aku. Rasain hangatnya senyuman kamu...


    Semoga Allah mengabulkan permohonanku ini...


    ***


    Dengan langkah gontai dan kondisi cuaca hati yang amat sangat buruk bahkan menjelang badai, Adit meninggalkan kampusnya. Dia memilih tetap berjalan menunduk, gak peduli cowo-cowo cakep yang tralala trilili di sekitarnya.


    Tak terlintas lagi niat Adit untuk bersama-sama lelaki lain.


    Hanya S yang bertahta di hatinya. Kemarin, saat ini, nanti dan untuk selamanya.


    ***


    Dan di rumah kos Dito dan teman-temannya...


    Dito membuka pintu masuk rumahnya. Saat melangkah masuk dito mendengar suara org sedang ngobrol dibarengi tawa yg cukup riuh. "siapa ya? mungkin temanya mandala." pikir dito. Setelah beberapa langkah, dia langsung kaget karena dilihatnya mandala sdg berpelukan dgn seseorang yg ternyata diketahui bernama isgi. "Gw sayang lo man... gw pengen lo jadikan gw org yg paling berarti dihidup lo." Bagai disambar petir dito mendengar ucapan isgi tersebut.


    Dito mengakui klo ada yg terasa perih dihatinya ketika mendengar ucapan isgi. Tapi ia berusaha menutupinya agar tidak terjadi keributan diantara dia, isgi beserta mandala. "ehm..." dito membuka suaranya ketika dia melewati ruang tamu menuju ke kamarnya. Mandala segera berusaha melepaskan pelukan isgi. Namun apa daya karna isgi lebih kuat tenaganya, dan mandala hanya bisa pasrah ketika melihat sorot tatapan tajam dari mata elang dito ke arahnya...


    Dito keluar dari kamarnya. Dan ia lgsg menuju ke ruang tamu. Dilihatnya sosok isgi masih duduk dan ada disana. Suasana berubah menjadi tegang. "Maaf mas, skrg sdh pukul 23.00 dan saya harap anda mengerti akan ucapan saya." ucap dito. "man, keluar yuk. Jalan2 pake motor gw. Sekalian gw mo traktir makan." bls isgi tanpa melihat ke arah dito. Mandala melihat sorot mata dito yg terlihat seperti hendak menerkam pemuda yg ada disebelahnya beserta dia.
  • Sun berbalik arah berjalan menuju kursi depan meja komputernya, sementara Mox masuk kemudian membelakangi pintu dan menutupnya dengan tangan kanan.

    “Gak usah ditutup.” Pinta Sun.

    Tanpa menghiraukan permintaan Sun, Mox menghampiri Sun dan dipeluknya Sun dari belakang yang pada saat itu sedang duduk menghadap computer yang baru dinyalainnya.

    “Apa-apaan seh!” hardik Sun menolak perlakuan mesra Mox.

    “Aku gak boleh peluk kamu?” tanya Mox agak sedikit sedih.

    Sambil menunggu kemunculan tampilan layar windows di monitornya, Sun berdiri mengambil handphonenya yang ada di ranjangnya.

    “Kenapa aku gak boleh peluk kamu?” tanya Mox dengan suara agak meninggi namun perih.

    Sun hanya diam. Ditekannya tombol on pada handphonenya dan diletakannya di samping kanan meja komputernya.

    “Yang, kamu gak sayang aku lage?” tanya Mox kemudian.

    “Apa-apaan seh.” hanya itu yang keluar dari mulut Sun.

    “Kalo kamu masih sayang ama aku, kenapa aku gak boleh meluk kamu?”

    “Kamu tuh macam-macam deh,” tangan Sun sambil asik memainkan krusor mouse-nya dan mencari lagu di directory i-tunenya.

    “Aku kepingin meluk kamu…” Mox berusaha memeluk Sun kembali dari belakang. Namun gerakannya ditolak oleh Sun dengan gerakan bahunya yang menandakan ketidakinginan.

    “Ada apa sih dengan kamu?!!” bentak Sun dengan kepala mengarah ke tubuh Mox, sementara wajahnya menunjukan ketidaksukaan.

    “Yang, kenapa kamu begitu sama aku?” isak Mox.

    Sun masih diam, kemudian dengan nada kesal dia berkata,”Kenapa kamu harus kesini…kan sudah aku bilang kalo kamu kesini siang hari saja.”

    “Aku sudah 2 minggu gak kesini,”protes Mox langsung,”Dan kenapa aku gak boleh kesini, ke rumah pacarku sendiri.”

    Tit…tit…… Tit…tit…… Tit…tit…… Tit…tit……

    Diambilnya handphone tersebut, ada 4 sms yang baru masuk. Dilihatnya layar handphonenya, dan dipijitnya tanda yes, dan terlihat 4 nama Molly dengan sms yang berbeda. Tanpa dibacanya sms tersebut kembali diletakkanya handphone tersebut di tempat diletakannya tadi.

    “Yang, kamu belum menjawab pertanyaanku!”

    Dengan nada sedikit putus asa dan seperti tidak bisa berkata-kata lagi, akhirnya Sun berkatanya,”Kan sudah aku bilang, disini banyak teman kos-ku. Aku gak mau mereka curiga. Aku gak mau mereka tau tentang kita.”

    “Kenapa kamu harus malu, Yang?”

    “Bukan aku malu. Tapi aku gak mau mereka tau!” Papar Sun kesal dengan suara yang agak dikecilkan.

    “Mengapa kamu harus takut mereka tau, Yang?” tanya Mox lagi.

    “Aku bingung, kenapa kamu engga pernah mengerti juga!,”

    “Kamu yang engga pernah mengerti aku!” balas Mox langsung.

    Dikliknya lagu Menjaga Hati-nya Yovie dan Nuno, sementara tangan kanannya membesarkan volume speaker, namun tindakannya dihalang oleh Mox dengan segera mengecilkan volume suara speaker tersebut.

    “Yang knapa kamu engga jawab pertanyaanku. Kenapa kamu engga pernah mengerti aku?”

    “Aku harus mengerti apa lagi?? Kamu yang engga pernah mengerti!”

    “Apanya yang aku engga pernah mengerti kamu?” tanya Mox tidak tahu.

    “Ya benar. Aku yang engga mengerti. Aku engga bisa mengerti begitu banyaknya maumu!”

    “Apa salahnya aku?! Apa aku salah kalo aku banyak maunya karena aku pacar kamu!” kata Mox marah dengan nada meninggi.

    “Kamu bisa lebih kecil kalo berbicara?” protes Sun,”Aku gak mau se-isi kos-ku tau kalo kita pacaran!”

    “Aku gak takut!” tantang Mox dengan suara yang agak mengecil dari tadi.

    “Kamu gila!” marah Sun.

    “Aku gak takut se-isi kos tau. Aku gak takut sedunia tau, kalo kita pacaran!”

    “Aku gak bisa seperti kamu!”

    “Kenapa kamu gak bangga sama aku? Kamu malu sama aku?”

    Sun diam. Seakan susah baginya untuk berkata lebih. Seakan sangat sukar baginya untuk menjelaskan kondisi hati dan apa keinginannya.

    “Please, kamu bisa mengerti. Aku gak mau semua orang tau kalo kita pacaran. Aku gak mau mereka tau kalo aku tidak seperti yang mereka kira. Aku gak mau mereka tau kalo aku sakit.” Babarnya dengan nama mengiris.

    “Kenapa kamu tidak bisa jadi dirimu sendiri, Yang? Kenapa kamu harus takut dengan mereka?”

    “Bukan aku takut. Bukan! Tapi aku gak siap.”

    “Yang, aku pengen kita bisa seperti apa adanya. Aku kepengen kita bisa seperti pasangan normal lainnya.”

    “Ehm…” hela Sun.

    “Aku kepengen kita bisa lakuin apa yang memang mau kita lakuin. Aku kepengen kita bisa sebebas yang kita mau. Gak takut dengan apa kata orang. Gak peduli dengan pandangan orang terhadap kita.” Jelas Mox kepada Sun akan keinginan hatinya.

    “Mol, please…buka matamu! Kita ada dimana? Kalo kamu maunya seperti itu, tapi aku gak bisa.”

    Mox hanya duduk terdiam di tepi ranjang. Jujur, hatinya begitu sakit. Banyak keinginan, banyak harapan, dan banyak hal-hal yang ingin dilakukannya bersama Sun tetapi kebanyakan semua itu hanya angan-angan baginya saja.

    Setelah menghela nafas panjang dan mencoba menenangkan kesedihan hatinya yang hampir menjatuhkan air mata, Mox berdiri kemudian berkata,”Ya udah, Yang…aku pulang sekarang,” katanya sambil menuju ke arah pintu.

    “Aku antar.” Balas Sun sambil berdiri dari tempat duduknya.

    “Gak usah, aku pulang sendiri ajah.”

    “Benar, gak mau aku antar?”

    “Gak usah, aku bisa pulang sendiri. Aku gak mau mereka tau kalo kita pacaran,” balasnya sambil memakai sandal jepitnya dan berlalu.

    Sun terdiam.

    Ditutupnya pintu kamarnya. Kembali duduk di depan komputernya dan dikliknya lagu Kisah Tak Sempurna-nya Samson. Kemudian dihempas tubuhnya ke ranjang dan dilihatnya inbox di handphone-nya yang masih berisi 4 sms yang belum dibacanya:

    PLS, KMU KE SINI.

    AKU KANGEN KMU.

    BLS.

    PLS, BLS.

    Sesaat dipijitnya reply. Sejenak terdiam tidak tau apa yang harus diketik. Akhirnya dibatalkannya dan ditarohnya hape di ranjang begitu saja.

    *

    Sepanjang jalan, Mox tersedu. Ingin rasanya menangis dan menjerit, tapi tidak bisa dilakukannya. Dipercepat langkahnya. Setiba di dalam kamar, langsung ditutup pintunya dan berlari menuju ke kamar mandi dan terisak disana…
  • KMU DIMANA?

    KAMPUS. DA PA?

    BS TEMENIN AKU KE GIANT? MO BELI SHAMPOO.

    BELI DI WARUNG AJAH. KAN ADA?

    SXAN MO BELI YANG LAIN. PLS.

    APA AJA?

    Karena merasa tidak mendapatkan balasan sms, Sun menekan nomor Mox.

    “Ya, kamu mo beli apa aja?”

    “Banyak...temenin aku ya?"

    “Kapan? Jam berapa?”

    “Ntar jam 3 sore ajah...bisa kan?”

    “Ehm…jam tiga nanti aku ada sesi 2. Kamu sms ajah, ntar aku yang beliin ajah.” Jelas Sun berbohong.

    “Ntar salah beli. Lagian aku juga mo jalan-jalan di Plaza Semanggi.” Balas Mox.

    Walah, pikir Sun membatin. Dia paling menghindari berjalan berdua bersama dengan Mox di tempat umum. Kikuk rasanya. Rasa yang beda ketika mereka belum jadian dulu. Kini seakan-akan jika jalan berdua, Sun merasakan bahwa semua orang tau kalo mereka berpacaran.

    “Ya udah, ntar ajak Mandala, ato Dito, ato Satria…Biar rame…sapa tau mereka juga mo beli-beli”saran Sun.

    “Mereka pada gak bisa. Mau gak nemenin aku?”

    Sejenak Sun berputar otak, bagaimana cara menjawab pertanyaan Mox sehingga dia tidak tersinggung ataupun marah. Kejadian semalam sudah cukup membuat hubungan mereka menjadi ribet . Butuh energi yang cukup besar untuk membuat Mox kembali seperti sekarang ini selain 5 sms yang berisi: MAAFKAN AKU. / KAMU JANGAN MARAH. AKU GAK NGONTROL DIRI. KALO MARAH KAMU JELEK KAYAK TELETUBBIES. / MASIH MARAH YA? PLS, FORGIVE ME. / ILU. / GN. NIZE DREAM, MY SWEET HEART.

    “Gini ajah, dari pada kamu capek-capek keliling sana sini, kamu sms ajah apa yang mo beli, ntar aku beliin, aku yang bayar dulu. Kalo ada yang salah beli, kamu boleh cium aku 100 kali. Soalnya aku jam 3 ada sesi 2, jadi aku sempat-sempatin beliin belanjaan kamu, gimana sayangku?”rayu Sun.

    “Ya udah, kalo kamu maunya gitu. Tapi gak boleh salah beli. Titik!” ancam Mox.

    “Ok de, pasti gak salah. Ya udah sms ajah ya…”pinta Sun.


    *


    Siang itu, Giant Plaza Semanggi tidak begitu ramai. Sun membuka sms yang berisi daftar barang belanjaan titipan dari Mox. Ditelusurinya rak-rak pajangan barang dengan menarik keranjang yang ban rodanya mulai keset, yang mengakibatnya butuh sedikit keahlian agar bisa maju dengan lancar. Diambilnya shampoo sunsilk, odol pepsodent berhadiah sikat gigi, 2 buah sabun nuvo, dan beberapa barang kebutuhan lainnya.

    “Yang mana ya, Pond’s warna merah mudah ato hijau ya?” tanyanya dalam hati. Sejenak dilihatnya disekitar, tidak ada spg atau pramuniaga disana. Kemudian diambilnya kedua prodak dengan warna yang berbeda tersebut dan membaca tulisan yang ada dibagian belakang.

    “HEI!!! Belanjaan apaan lo?” sapa seseorang yang memang sengaja membuatnya terkejut.

    Spontanitas Sun terkejut. “Aduh, busyet lo!” katanya kemudian. Sepersekian detik kemudian dia baru sadar siapa yang menyapa. “Neh, lage beli kebutuhan sehari-hari, mas…” Katanya menjelaskan.

    “Ampun…banyak banget. Ada shampoo, odol, sabun, cokelat, oreo, sprite. Gila man, mo kemana lo? Kayak dah mo ngungsi ajah” kata orang tersebut dengan sedikit grogi.

    “Kebutuhan sehari-hari mas. Sekalian belanja. Mumpung awal bulan.” Jelasnya lagi.

    “Mas sendiri belanja apaan?”balas Sun bertanya dengan sedikit salah tingkah.

    “Ini beliin Quaker O, roti ama pisang buat Ronny, soalnya kata dokter dia belon boleh sembarang makan. Jadi gw beliin ini ajah.” paparnya kemudian.

    “trus, cokelat? Buat Ronny juga?” tanya Sun ingin tau.

    “Ehm…cokelat ini buat gw donk..” balasnya bohong.

    “Wah, enaknya jadi adiknya mas.” Canda Sun.

    “Hahaha…” Isgi hanya tertawa. “Pake Pond’s juga?” tanyanya kemudian.

    “Ehm…belum seh. Maksudnya mo coba sih abis diiklannya bagus tuh,” kata Sun berusaha menutupi. Padahal Pond’s tersebut adalah titipan Mox.

    “Bedanya apa yang mas yang merah ini ama yang ijo?” tanya Sun kemudian.

    “Kalo yang merah untuk kulit normal. Yang ijo buat kulit berminyak.” Jelasnya. “Emang kulitmu berminyak ato normal?” tanyanya kemudian.

    “Wah, kayaknya berminyak deh,” jawan Sun kemudian beralasan.

    “Gak ah, kayaknya normal deh…”

    “Mungkin baru dibilas,”balas Sun tiba-tiba, karena prodak tersebut memang bukan untuk dipakainya.


    Sebenarnya Sun cukup mengagumi Isgi. Selain orangnya ganteng, baik dan ramah, isgi termasuk pintar. Walaupun tidak cukup dekat tetapi memang ada beberapa kali mereka bertemu ketika Isgi menjemput Ronny di awal kuliah dulu dan juga satu kali saat membeli buku kuliah di kwitang. Sun dan Ronny memang bersahabat baik, juga Mandala. Tidak bisa dipungkiri Sun tidak sekedar mengagumi Isgi. Ada getaran rasa yang lain yang dialaminya. Grogi, salah tingkah, dan beberapa kali terbawa dalam mimpinya. Namun, semua perasaan yang ada itu cukup dipendam dalam hatinya saja. Dia tidak berani berpikir terlalu jauh. Bahkan semua itu dibuangnya jauh-jauh. Bagi Sun, Isgi adalah sosok laki-laki normal dan gaul. Gaya dan cara bicara Isgi laki-laki sekali. Sering Sun bertanya mengenai Isgi ke Ronny tentunya dengan caranya sendiri yang tanpa disadari oleh Ronny.


    Sebaliknya, Isgi sebenarnya juga cukup mengagumi Sun. Baginya, Sun adalah cowok tipe dia banget. Sebagai seorang keturunan Jawa, Isgi sangat menyukai cowok keturunan China. Isgi sudah mulai merasa menyukai Sun ketika dia menjemput Ronny di kampus waktu semester satu lalu yang pada saat itu mengambil pratikum malam. Namun Isgi tidak berani berpikir terlalu jauh, karena baginya Sun tidak gay. Hal ini dianalisanya dari gaya keseharian Sun yang natural, tidak pernah berdandan, tampil apa adanya, sering membahas mengenai cewek-cewek kampus, suka main PS-3 dan demen bola bersama adiknya, Ronny. Isgi menguburkan semua keinginannya terhadap Sun karena baginya semua pasti tidak mungkin. Isgi mengalihkan perhatiannya kepada Mandala. Sosok yang juga cukup menarik bagi Isgi dan Isgi pun sudah yakin bahwa Mandala seperti dirinya juga. Apagi ditambah dengan "pancingan-pancingan" Mandala terhadap dirinya kala berbicara, berkomentar atau bercanda dengan dirinya.


    “Mau belanja apa lagi, mas? Tanya Sun kemudian.

    “Udah cukup.” Jawabnya.

    “Saya juga udah, udah banyak!” kata Sun.

    Mereka berjalan menuju kasir. Ada dua antrian yang harus mereka lalui.

    “Masih kos di kemanggisan?” tanyanya.

    “Masih. Kok tau?”

    Sebelum Isgi menjawab, musik Pump It Up bergema dari hapenya. Diambilnya hape itu dari sakunya dan menjawab panggilan yang masuk sambil mengangkat telapak tangannya yang mengartikan “tunggu sebentar” dan sambil berjalan ke depan antrian.

    Sun membayar di kasir itu. Isgi menunggu, walaupun dia sudah membayar. Kemudian mereka berjalan menuju penitipan barang. Isgi mengambil tas ransel biru gelap-nya dan satu tabung yang berisi kertas gambar. Wajar saja, soalnya Isgi mengambil jurusan arsitektur. Sun mengambil tas ranselnya juga. Dan Plaza Semanggi tidak jauh dari kampus mereka.

    “Baru balik kuliah juga?” tanya Isgi kemudian.

    “Iya, mana mungkin ke kampus bawa barang kayak gini?”

    “Bener juga!” jawabnya sesaat, “Mau dibantu?” tawarnya.

    “Gak usah. Kuat kok!”jawab Sun sok kuat.

    “Parkir dimana?” tanya Isgi kemudian, karena dia tau Sun juga membawa sepeda motor.

    “Diluar.”

    “Ok, gw parkir di basement.”

    “Ok de, salam buat Ronny.”

    “Ok, ntar gw sampein…Ehm, nomor hape lo berapa?”

    Ditanya akan hal tersebut, Sun sedikit gugup. Tidak disangka Isgi meminta nomor hapenya terlebih dahulu, padahal Sun sendiri tidak memiliki keberanian untuk meminta nomor hape laki-laki, apalagi nomor hape-nya seorang Isgi.

    “Nol Delapan Satu Delapan Delapan Delapan Nol Delapan Tujuh Nol Delapan.”

    “Wah, nomor bagus tuh!” kata Isgi sambil memijit dan menyimpan nomor Sun sementara tangan kirinya memegang kantong belanjaan.

    “XL juga?” tanyanya kemudian

    “Iya, mas.” jawab Sun.

    “Sorry, spelling namamu gimana?” tanyanya kemudian.

    “S-U-N-N-Y” eja Sun.

    “Kayak lagu,” balas Isgi lagi.

    “Hahaha..” ketawa Sun. “Entar mas miskol ajah.”

    “Ok..” sambil memijit nomor baru tersebut. Suara Pump It Up kembali berbunyi.

    “Ok, sudah masuk,” kata Sun yang pada saat itu kedua tangannya memegang dua kantong belanjaan.

    “Ok. Hati-hati man!”

    “Ok!” balas Sun.

    Isgi berjalan terlebih dahulu meninggalkannya, sementara Sun memindahkan belanjaan di sebelah kanan tangannya ke sebelah kiri, kemudian mengambil hape di saku celananya dan mensave satu miskol itu dengan nama ISGI.
  • "SABTU 10 MEI 2008" "Dek, ntar mlam da acara ga?" tanya isgi kpd mandala. "What? Manggil apa tadi?" balas mandala dgn ekspresi kaget. "Terserah mas dong mo manggil apa... Knp? Ga boleh ya mas manggil begitu." elak isgi. "Oow... boleh kok. Cuma rada janggal aja dengarnya." sahut mandala. Ntar mlam ada acara JJDM (Jln-Jln Dunia Malam) bareng dito, mungkin dugem. Dah lama km ber2 ga dugem. " Emang knp mas?" tanya mandala. Isgi malah berlalu pergi.
  • Sabtu ,10 mei
    dito masih bergelut dengan kuliahnya. Karena hari ini ada dosen yang memidahkan mata kuliah ke jadwal yang seharusnya jadwal libur dito.
    Tapi untung ada senyum manis catrine yang selalu menemani.
    "abis kuliah ntar ada acara ngak?"tanya catrine setengah berbisik
    "ngak ada..Emang napa?"jawab dito sambil mencatat sesuatu di buku catatannya.
    "kita ke TA yok escatingan"
    "eee boleh deh"
    (di taman anggrek)
    "kita makan dulu ya?" sambil menunjuk sebuah tempat makan.
    "oke deh"jawab catrine sambil menggandeng tangan dito.
    "kring..Kring.." nama revo terpampang di layar N82 dito
    "ih jadul banget tuh ringtone" ujar catrine
    "halo rev" tanpa membalas celoteh catrine
    "dito nanti bisa temenin gue ke plaza semanggi ngak jam tiga?"tanya revo saat itu menunjukan jam setengah satu siang
    "oke ntar gue kekosan loe dulu deh" jawab dito cepat tanpa mikir
    "oke gue tunggu bip..Bip.."terdengar bunyi telpon ditutup diujung sana
    jam "13:30"
    "wah catrine kayaknya kita ngak bisa escatingan sekarang nih" ujar dito saat mereka bergerak meninggalkan tempat makan.
    "yah dito.. Emangnya kenapa?" kata catrind merajuk sambil menarik-narik baju dito
    "ini gue mau pergi nengok temen yang sakit"ujar dito berbohong
    Jam 14:45 dito sampai didepan kosan revo.
    "tok..Tok.."
    "ayo masuk dulu dito" ujar revo saat membuka pintu
  • edited May 2008
    lanjut...
  • PUKUL. 14:45 – DITO SAMPAI DI DEPAN KOS REVO.

    “Tok…Tok…”

    “Ayo, masuk, Dit,” ujar Revo saat membuka pintu.

    “Sedang ngapain neh?” tanya Dito sedikit canggung memasuki kamar Revo.

    “Ya neh, lage benerin jam dinding brengsek ini,” gerutu Revo yang saat itu hanya memakai celana pendek dan kaos singlet.

    “Habis batere kale,” balas Dito sambil duduk di lantai persis sebelah kanan Revo.

    “Ini baterei baru. Kayaknya udah harus dimuseumin deh,” kata Revo jengkel.

    “Udah beli ajah yang baru. Lagean jam dinding sekarang murah kok, palingan 20 ribu dah dapet,” jelas Dito sambil melihat bulu-bulu yang menempel di kaki Revo hingga beberapa bagian di pahanya. Sementara Revo masih asik mengutak-atik jam dinding tersebut.

    “Gimana, jadi gak ke Plaza Semanggi?” tanyanya kemudian.

    “Jadi. Yuk..gw mo beli jam dinding juga.” katanya sambil beranjak berdiri dari tempat duduknya. Diletakannya jam dinding itu di meja belajarnya dan bergegas mengambil pakaian di lemari.

    “Thanks ya dah mo nemenin gw.” Katanya sambil membuka koas singletnya.

    Sejenak terlihat tubuh atas polos-nya Revo dengan beberapa rambut dari pusar rapi ke bawah.

    “Santai aja, gw juga mo belanja kok,” jawab Dito.

    Setelah memakai celana jeansnya –Revo langsung mendobel celana pendeknya dengan celana jeans tersebut – kemudian merapikan pakaiannya dan merapikan rambutnya, Revo mengambil Jaket Kardinan abu-abu yang menggantung di belakang pintu sementara Dito berdiri bercermin dan merapikan tatanan rambutnya.

    “Dah, udah cakep kok,” koment Revo. Dito tersenyum.
  • edited May 2008
    PUKUL. 15:20 – DITO, REVO DI GIANT PLAZA SEMANGGI.

    “Model mana yang bagus?” tanya Revo.

    “Ini kali ya, lebih unik dan cocok dengan warna kamar lo,” nilai Dito.

    “Ok de. Sip. Gw ambil.” Kata Revo. “Makanya inilah nilai plus kalo belanja ada temennya.” Katanya kemudian.

    Saat menuju ke rak prodak pembersih muka, langkah Dito tiba-tiba terhenti. Wajahnya berubah. Dia melihat Isgi dan Sun. Seakan dia tidak ingin mengganggu. Dia kenal Sun dan dia kenal Isgi. Ternyata mereka berteman baik pikirnya.

    "Ada apa?" tanya Revo keheranan.

    "Gak papa kok." jawabnya berusaha menutupi apa yang dilihatnya.

    Kemudian dengan pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulutnya,"Lo kenal gak ama orang itu orang itu?” tanya Dito sambil menujukkan kedua orang yang sedang asik berbicara di depan rak pencuci muka. Semestinya aneh bagi dirinya untuk menanyakan itu kepada Revo, hanya dikarenakan rasa penasaran dia terhadap Isgi ditanyakan hal tersebut ke Revo.

    “Yang mana?” tanyanya.

    “Tuh, yang ada di counter Pond's itu…” tunjuknya lagi.

    Revo terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tampak Isgi sedang asik ngobrol dengan seorang anak yang sekilas mirip dengan bintang film hongkong. Sekejap roman wajahnya berubah. Sambil menutupi perubahan roman wajahnya dan kegugupannya, Revo berkata, “Oh… kenal satunya. Satunya lage engga” Jawabnya bohong.

    “Yang mana yang lo kenal?” tanya Dito bingung.

    “Yang china, gw gak kenal.” Jawab Revo kemudian, “ Siapa sih anak China itu?” tanya Revo kemudian penuh rasa ingin tahu.

    “Sunny, anak kampus gw. Satu angkatan ama gw kok.” Jawab Dito merasa arah pertanyaannya salah.

    “O…”balas Revo.

    “Kalau yang satu lagi lo kenal?” tanya Dito kemudian dengan rasa ingin tahu juga.

    “Gw kenal, kayaknya anak asitek. Sekampus ama lo kayaknya. Kalo ga salah seh,” babar Revo berbohong.

    “Eh, lo mo nyari apa?” Tanya Revo tiba-tiba. Jelas sekali Revo malas membahas mengenai apa yang dilihatnya. Ada sesuatu yang berkecamuk di dalam hatinya. Sesuatu yang tidak bisa disampaikannya ke Dito. Pun dengan Dito.

    “Ehm…oya, gw mo beli apel,” katanya tiba-tiba. Demikian halnya dengan Dito, ada sesuatu yang berkecamuk di dalam hatinya. Apa yang dilihatnya menimbulkan tanda tanya besar baginya. Tapi tidak tahu harus kepada siapa dia berkata. Dan tidak mungkin juga kepada Revo.

    Sambil menuju ke counter bagian buah-buahan. Kedua lelaki itu hanya diam. Masing-masing masih menimbulkan kesan dan pertanyaan besar mengenai apa yang dilihatnya. Rasa keingintahuan Dito mengenai apa dan siapa itu Isgi, sesosok baru yang sempat membuatnya “cemburu”. Sementara Revo banyak berdiam. Ada yang berubah dalam sikapnya sekarang. Rasa cemburu dengan apa yang dilakukan kekasihnya itu dengan brondong china itu.
  • “Ehm..ntar malam mo kemana?” tanya Revo sesaat setelah Isgi dan Sun membayar di kasir.

    Dicarinya posisi yang nyaman untuk melihat apa yang terjadi di meja kasir tersebut tanpa harus ketahuan jika dia sedang mengamati kedua sosok yang sedang asik ngobrol itu.

    “Rencana seh mo dugem. ” ajak Dito, “Ikutan yuk.”

    “Gak ah. Gw males dugem.” Jawabnya singkat.

    “Emang lo mo kemana, mo di kost doang? Malam minggu neh,” balas Dito.

    “Ga tau neh, gw kepingin makan roti bakar di blok A,” katanya kemudian.

    “Ehm,” sejenak Dito bimbang. Sabtu lalu dia telah merangkai janji dengan Mandala untuk dugem ke Stadium.

    “Boleh yuk, maem roti bakar.” Kata Dito kemudian.


    PUKUL. 17.30 – DITO, REVO - DI KOS REVO LAGI.

    “Ada apa seh lo?” tanya Dito heran.

    “Gak papa,” balas Revo.

    “Siapa seh yang lo nelp dari tadi” tanya Dito penasaran.

    “Adek gw…”katanya bohong.

    “Kenapa?” tanya Dito lage.

    “Gak papa. Dia ultah tapi gak mo angka telp gw,” jelas Revo menutupi apa yang terjadi. Ada rasa sedih yang menyelip di hatinya. Sudah ditelpnya Isgi sebanyak 12 kali dan semua direjectnya. 7 sms tidak dibalasnya.

    “Wah, bagus juga jam pilihan lo,” komentar Revo berusaha tersenyum dan mengalihkan pembicaraan.

    “Haha…selera gw gak buruk deh. Gak nyesel lo belanja ama gw!” kata Dito.

    Sejenak dia teringat akan janji dengan Mandala untuk dugem ke Stadium malam ini. Diambilnya hape-nya lalu diketiknya sms:

    LA, DUGEMNYA MINGGU DPN AJA Y. SOALNYA GW ADA KERJA KELM

    Sebelum selesai diketiknya, satu sms masuk ke hapenya. Dibukanya sms yang ternyata dari Mandala:

    DIT, AJEP2NYA NEXT WEEK AJAH YAK, GW ADA ACARA ULTAH NEH. DADAKAN. SORI YAK.

    Langsung direpply-nya sms itu dengan jawaban:

    OK. THKS.
  • PUKUL. 17.30. – MANDALA, ISGI - DI KOS MANDALA.

    Dek, ntar mlam da acara ga?" tanya isgi kpd mandala. "What? Manggil apa tadi?" balas mandala dgn ekspresi kaget. "Terserah mas dong mo manggil apa... Knp? Ga boleh ya mas manggil begitu." elak isgi. "Oow... boleh kok. Cuma rada janggal aja dengarnya." sahut mandala. Ntar mlam ada acara JJDM (Jln-Jln Dunia Malam) bareng dito, mungkin dugem. Dah lama km ber2 ga dugem. " Emang knp mas?" tanya mandala. Isgi malah berlalu pergi dengan suara handphone yang masih berdering di tangannya.

    Hingga saat itu sudah 12 kali panggilan Revo tidak diangkatnya dan 7 sms yang masuk ke handphonenya. Kali ini handphone itu di-swith off-nya kemudian Isgi menuju ke motornya dan berapa saat kemudian, Isgi muncul lage sambil membawa sebuah bungkusan.

    “Ini!” serahnya kepada Mandala.

    Dengan perasaan aneh Mandala menerima bungkusan tersebut.

    “Apa sih ini mas? Tanyanya penuh penuh tahu. “Aku buka ya?” tanyanya kemudian sambil membuka bungkusan itu sebelum di-iya-kan Isgi.

    “Ya ampun, mas ini ada-ada aja” katanya sambil memegang sekotak cokelat Ferrero Rocher.

    “Itu buat adek!”

    “Thanks banget ya mas. Kok tahu aku suka cokelat ini?”

    “Ada deh, apa sih yang aku engga tahu tentang kamu?” balas Isgi sambil melihat-lihat beberapa keeping CD MP3 koleksi Mandala.

    “Ntar malam bisa temenin aku? Lage ngidam roti bakar neh di Blok A.” katanya.

    Mandala tidak bisa menjawab. Kini dia dalam dilema. Sabtu lalu dia telah merangkai janji dengan Dito untuk dugem ke Stadium. Saat ini Isgi meminta dia menemani ke Blok A. Dan adalah tidak mungkin baginya untuk mengajak keduanya untuk waktu yang bersamaan.

    Dengan kebimbangan hati akhirnya Mandala menjawab,”Ok!”

    Beberapa saat kemudian diambilnya hapenya yang terletak di kasur, lalu dikirimnya sebuah sms ke Dito dengan isi: DIT, AJEP2NYA NEXT WEEK AJAH YAK, GW ADA ACARA ULTAH NEH. DADAKAN. SORI YAK.

    Sejenak kemudian diterimanya sms dari Dito dengan bunyi: OK. THKS.


    ---

    Dear Mandala dan Dito,
    ceritanya jadi complicated yak...hehehe
  • Hebat sekali sun bikin rumit hubungan antar tokohnya tapi tetep nyambung (TOP DEH).

    Tapi gue ingetin nih revo ama tokoh lain beda kampus (kan lucu aja wajahnya mirip tokoh remi yang mati tapi ngak pernah ketemuan ama rekan-rekan lain kalo mereka satu kampus).

    Lanjut...
  • PUKUL. 13:15 - DITO, REVO DI GIANT PLAZA SEMANGGI.

    Kayaknya jamnya salah, mungkin 14:15 hihihi.....
  • ok... good... lanjutin ya friend... gw istirahat sejenak... mungkin seminggu. Keburu DEADLINE GW... Maaf ya...
Sign In or Register to comment.