It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kuambil Al-Quran, kemudian aku tadarrus sampai adzan maghrib berkumandang. Yah, dan kurasakan hatiku kini menjadi lebih tenang. Kuserahkan sepenuhnya hal ini kepada Tuhan. Aku duduk bersila di shaf terdepan, sendirian..... Setelah sholat berjamaah tadi teman-temanku sudah meninggalkan musholla untuk makan malam di kantin.
Tapi justru di kesendirian ini, aku jadi teringat bahwa di tempat ini aku pernah berdua saja dengan Nicky. Waktu itu kami belum terlalu akrab, tetapi kami benar-benar hanya berdua saja, karena teman-teman yang lain sudah pulang untuk liburan.
Nicky pernah minta dicek bacaan Qurannya. Aku tersenyum mengingat itu,
"Di, coba dengarkan bacaanku, kasih tau aku dimana salahnya."
Aku tertawa : "Ah, kamu ini, masak aku ngetes orang Aceh? Terbalik, seharusnya aku yang diajarin."
"Serius Di....., aku belum pernah tuntas belajar Quran-nya." katanya.
Akhirnya dia pindah duduk bersila di hadapanku, lututnya bersentuhan dengan lututku. Kudengarkan dia membaca beberapa ayat Al-Quran.
Aku terpana, bukan karena bacaannya. Terpana karena dia duduk bersila sangat dekat dihadapanku. Wajahnya menunduk menghadap Quran. Rambut hitamnya yang tebal agak ikal jatuh di dahinya sehingga membuatnya seperti berponi, sangat serasi dengan kulitnya yang putih cerah. Alisnya yang indah menaungi bulu mata lentik yang seolah menutupi mata yang sedang menatap tulisan-tulisan arab di bawahnya. Hidungnya begitu mancung, indah, merupakan pasangan yang pas dengan bibir merahnya yang terus bergerak-gerak mengeluarkan suara bas yang menggetarkan hatiku. Kulit pipinya putih berisi dengan tulang pipi agak menonjol. Dagunya lancip terbelah di tengahnya, namun kesannya jantan, karena ada bulu-bulu halus yang hampir bersambung dengan kedua cambangnya. Seorang lelaki muda yang mulai beranjak dewasa yang memiliki kombinasi antara cute dengan macho. Dia mengenakan baju hem putih yang tidak bisa menyembunyikan lekuk-lekuk bisep di kedua lengannya.
Saking terpesonanya dengan keindahan sosok yang ada dihadapanku, aku tidak sadar bahwa dia sudah berhenti membaca Al-Quran dan menunggu komentarku.
"Gimana Di? ada yang salah ga tadi?" Tanyanya mengejutkanku.
"Ah.... eh......., maaf....maaf.... aku ngelamun barusan..........., coba ulang bacaan yang terakhir." kataku, tersentak kaget, seperti disedot dari sebuah khayalan.
Nicky memandangku heran. Tatapannya sempat membuatku salah tingkah. Tapi kemudian dia ulangi lagi membaca bagian yang terakhir.
Kupejamkan mataku, supaya tidak tergoda lagi oleh pesona yang luar biasa di hadapanku itu. Kudengarkan bacaan Qurannya untuk mengetahui kesalahan-kesalahannya. Baru kemudian aku mengetahui masih banyak kesalahannya dalam mengucapkan huruf.
"Panjang pendeknya sih sudah lumayan, tapi kamu masih salah membedakan ta dengan tho, dal, dzal, zho dan dho, ja dengan zai, ka dengan qof, sa, sho, tsa dengan sya. Kamu maen pukul rata aja. Padahal kalau salah bacanya, maka artinya bisa berbeda." Kataku.
Maka mulai hari itu setiap selesai sholat maghrib dia kursus singkat membaca Al-Quran denganku. Dan yang aku senangi waktu itu, aku berulang kali dengan senang hati memegang mulutnya untuk membantu mengucapkan huruf dengan benar. Bahkan ketika mengajarkan huruf tho, zho dan dza, aku masukkan jari telunjukku ke dalam mulutnya, untuk menunjukkan bagian dari langit-langit yang harus tersentuh oleh lidah. Sebenarnya tidak perlu harus sampai seperti itu, tapi Nicky yang minta ditunjukkan dengan tepat dan memang nafsuku ikut pula bermain untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Aku tersentak dari lamunanku, ketika suara petugas ta'mir Musholla masuk dan menghidupkan tape murottal Quran seperti biasa beberapa menit sebelum masuk adzan dikumandangkan. Aku kembali memandang Al-Quran yang ada dihadapanku untuk meneruskan tadarrusku.
Malam itu selepas makan malam, kutenggelamkan diriku dalam tumpukan pekerjaan yang tertunda sejak sore tadi. Kucoba untuk menghilangkan Nicky dari pikiranku. Namun hatiku tak bisa diajak kompromi, setiap beberapa menit aku selalu menghela nafas, mencoba melepaskan ganjalan di dalam hati.
Setelah sekian lama update jg..
Makin seru n' makin penasaran aje..
I'm waiting for the next story..
Keep Smile
@bunny.blue Keep Spirit..
saat ini gw no comment deh....
gw cuma memenuhi harapan beberapa orang yang kehilangan sambungan cerita lama. Jadi buat sementara gw cuman bisa copy paste aja.
Sekali lagi..... moga terhibur... /:)
Bingung ngedit tulisan. Gimana caranya supaya huruf2 bisa diganti warnanya? atau dibikin tebal dan miring?
pada boyzforum format lama ada tersedia fasilitas untuk itu.
Ada yang bisa bantu? #-o
Hari ini aku berencana mengintip jadwal yang dibuat oleh tim guru olah raga. Ingin tahu apakah Nicky masih terjadwal dalam mengajar olah raga semester ini atau tidak. Aku harus tetap menjaga diri untuk tidak terlalu memperlihatkan perhatianku pada Nicky, sehingga aku harus membuat ini seperti tidak disengaja, tapi bagaimana caranya ya?
Kesempatan itu terbuka, ketika coffee break aku melihat Pak Roland, salah seorang guru olah raga yang sering bermain basket bersamaku saat senggang. Umurnya sekitar 35-an dan sudah menikah. Kudatangi dia, sambil memperlihatkan sikap senang seolah-olah baru bertemu.
"Eh, Pak Roland, kapan datang? kok, baru kelihatan?" Aku menjabat tangannya.
"Laah, kemarin saya sempat makan donatnya, masak ga inget?" katanya sambil ketawa.
"Ooo, maaf, saya lupa, banyak orang waktu itu, jadi ga inget satu per satu." kataku berkilah.
"Pak Andi belum kawin sudah pelupa....., bahaya tuh."
"Pak Roland ini bisa aja.... hahaha...., eh.... kapan kita maen basket lagi? penat nih badan, perlu keluar keringet sedikit."
"Nah....nah...., ini dia!! Jago kita ini nantang rupanya..... hahaha........ boleh... boleh...., ntar sore kalo gitu."
"Oke Pak, siapa-siapa aja nih yang bakal maen?" tanyaku.
"Ntar kutanya teman-teman, sepertinya mereka pasti mau kalo diajak."
"Ngomong-ngomong, ada guru olah raga baru ya, pak?" tanyaku mulai menjurus.
"Hmmmm..........., ga ada, kita masih tim yang lama."
"Lho, saya lihat Pak Nicky ga pernah hadir, pak, saya kira ada guru penggantinya."
"Ooh, itu dia, saya juga bingung....., tapi kami sudah bertanya ke Yayasan dan Kepala Sekolah tentang ketidakhadiran Pak Nicky, tapi belum ada keterangan yang jelas. Jadi kami masih jadwalkan dia untuk semester ini, sesuai petunjuk Kasek."
"Wah, sayang banget kalo dia ga ada, padahal jago banget dia kalo soal basket." Kataku dengan nada kecewa. Sebenarnya memang aku kecewa berat, karena tetap tidak mendapat informasi yang jelas tentang Nicky. Tapi sedikitnya masih ada harapan, kalau Nicky akan kembali mengajar di sekolah ini.
"Hehe.... bukan Pak Andy saja yang kecewa karena dia ga ada ...... Tuh!! para gadis itu udah pada nanyain sejak kemarin." Pak Rolland mengomentari kekecewanku sambil nunjuk beberapa guru cewek yang masih muda.
Degh! Aku rasanya seperti disindir. Tapi aku cepat-cepat tertawa, untuk menutupi kegugupanku.