It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tangan kanan nya mengambil segelas air putih dan segera menghabiskan isi nya, lalu di letakan kembali gelas kosong itu di tempat semula
Pandangan Panji tertuju pada layar televisi, tapi hati dan pikiran nya melayang layang entah kemana, sejuta permasalahan hidup membuat ia gundah, menguras energi dan pikiran berapa hari ini
Antara senang dan sedih saat Panji tau ia akan di tinggalkan sahabat nya itu, tapi apa boleh buat, itu semua demi masa depan yang lebih baik
Saat perpisahan datang mereka berdua berpelukan erat di bandara, tanpa peduli pada tatapan orang di sekitar mereka
Mata Panji sampai bengkak, karena air mata nya terkuras, bahkan sampai ia lemas
Mojok terus nih penulisnya..... Ckckckck :-?
(tumben ada yang sms) kata Panji dalam hati, segera di klik tombol berwarna hijau, dan segera muncul di layar, sebuah texs pesan pendek
"met pagi, kalau boleh tau berapa tarif lo sekali kencan"
0878xxxxxx
baru saja panji selesai membaca sms itu, jantung nya langsung berdebar kencang, ini sudah sms ke sekian yang menanyakan hal hal mesum, barapa besar, minta foto, berapa harga nya
Sebenar nya ia tidak berani buat menulis komentar itu, yang isi nya seperti ini "lagi BU cepat, 22/175/72" cuma itu doang
Kalau di bilang iseng iseng, tapi kenyataan nya Panji memang sedang butuh uang, sangat sangat butuh
Mereka sudah berpesan, kalau 6 bulan belum dapat kerja Panji harus segera pulang kampung untuk segera di kawin kan dengan anak gadis juragan toko sembako yang ada di dekat rumah nya, yang terkenal kaya raya, memiliki sawah yang luas juga pabrik oncom dan tahu
Membayangkan harus menikah dengan perempuan, membuat Panji mules, keringat dingin membasahi kening nya
Di ambil nya kembali ponsel tersebut, ups masih dari nomor telepon yang tadi, dengan berat hati di jawab panggilan masuk tersebut
"pagi, ma..af a.da y.ang bisa saya bantu" dengan sedikit tergagap Panji memulai percakapan
"Hai kok gugup begitu, masih tidur ya" terdengar suara si penelpon
"Enga, ada apa ya ?" tanya Panji
"Boleh kenal nga" terdengar suara pria itu ramah
"Bo..leh" Panji semakin gugup
"Maaf saya jarang berbicara dengan orang yang belum saya kenal, jadi nya sedikit grogi" Jawab Panji, entah dari mana tiba tiba keberanian nya muncul
"Oh, masa sih, bukan nya kamu sering ketemu orang ya ? orang itu seperti nya sambil tertawa kecil
"Kok anda bisa menilai seperti itu" jawab Panji
Wajah panji bersemu merah, ia merasa harga diri nya di injak injak, tapi ia merasa semua itu salah nya sendiri
"Belum, belum satu pun" kata Panji sedikit ketus
"Masa sie ?" entah benar benar bertanya atau sekedar melecehkan, membuat darah Panji mendidih
"TUJUAN ANDA MENELPON APA SIH, KALAU CUMA MAU MELEDEK, MENDING NGA USAH DEH..."
"Hai, jangan marah dong" kata pria itu
Panji hanya diam, emosi nya masih berada di titik yang tertinggi
"Hallo" kata pria di ujung sana "Kok diem"
"Udah deh langsung ke tujuan anda sebenar nya, mau apa sih? sebuah kalimat meluncur keluar dari mulut Panji, lagi lagi dengan sangat ketus nya
"Oh santai dong, saya cuma mau kenalan aja, itu juga kalau kamu mau"
"Iya saya panji, anda siapa?"
"Saya Rama" kata nya dengan lembut, seperti nya ini orang sangat bermental baja, dari tadi diketusin
"Di Rempoa" jawab Panji singkat
"Oh, deket dong" kata Rama, dari nada suara nya ia terdengar gembira
"Nanti soreh ada acara nga ?" tanya Rama
"Nga ada, emang kenapa ?"
"Kalau nga ada acara, saya mau ngajak kamu jalan jalan, mungkin nonton, kebetulan hari ini saya ada waktu luang"
"Kemana ? tanya Panji "Tapi saya lagi males" panji buru buru meralat pertanyaan nya
"Ke mana aja boleh, terserah kamu mau kemana" kata Rama pelan
"Gimana ya.." kata Panji bingung
"Saya nga biasa ketemuan sama orang yang belum saya kenal"
"Ya nanti kan bisa kenalan"
"Tapi saya nga tau jalan, biasa nya saya di anter sama teman saya"
"Oh gitu, ya sudah nanti saya jemput, kamu sms aja tempat nya"
"iya, nanti saya sms"
"Saya tunggu ya sms nya"
"Tapi, tapi saya malu" kata Panji terbata bata
"Kenapa?"
"Saya nga cakep" kata Panji pelan, nyaris tak terdengar
"Kenapa?" tanya Rama sekali lagi
"Saya nga cakep" kata Panji, kali ini jelas
"Oh, nga apa apa"
"Iya"
"Sampai nanti Panji" kata Rama, sebelum ia memutuskan hubungan telepon
Panji masih belum percaya dengan yang baru terjadi, sambil senyam senyum mirip orang baru gila, ia meletakan ponsel nya, kemudian ia tertawa sendiri
Lalu mengambil mangkok bekas mie dan gelas kosong, ia kemudian berdiri melangkah menuju ruang belakang kontrakan nya, sampai di sana ia letakan barang barang kotor di tempat cuci piring