It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
masih terlalu dini kali @3ll0 kalo si Rusli pacaran mah (smp)
ntar si rusli pcaranny ama jasri... hohoho
Para pembaca budiman, aku hadir lagi ya untuk menceritakan apa yang terjadi setelah usaha Nisa dan mamanya kurang sukses menyakiti papa Ridwan mungkin aku juga mereka seret.
Apa mau mereka ? memangnya aku punya apa ? Sia-sia mereka mau membunuhku.
Kalau papa Ridwan yang mereka bunuh, maka mereka dapat Harta melimpah.
Sebenarnya zaman sudah moderen, tapi rasa sakit yang dalam karena kehilangan harta berharga sering berakhir seperti yan dilakukan mama Nisa dan keluarga.
Hal yang lain berupa sakit mendalam karena kekasih hati direbut orang, bunuh membunuh dengan cara hantar-manghantar (cara halus) terkadang harus terjadi.
Dan adakalanya dengan niat baik, kita harus sigap untuk membalikkan hantaran yang dikirim.
Apa alasannya ? yaitu untuk menyadarkan orang hobi menghantar (yang pengen senang dengan jalan pintas).
Aduuh, kalau yang dihantar itu pakaian bekas dan makanan kering untuk Panti Asuhan, itu mulia ! Tetapi kasus mama Nisa ini, 'auzubile .... min zalik.
Aku terus berfikir dan memahami apa yang menimpa keluarga papa Ridwan. Bapak sudah banyak mengalah dan masih menahan kesakitan di akhir hayatnya. Tetapi kalau tidak ada Bapak, mungkin papa Ridwan tidak mengalami hal ini. Mengapa ? enak saja ! kalau tidak ada papa Ridwan, mungkin Bapak yang kaya dan sukses. Bapak berbuat segalanya untuk kesuksesan papa Ridwan. Mereka berdua sama-sama sukses dalam bentuk yang berbeda.
hmmm tidak benar ya mencari siapa yang salah ... tidak ketemu jawabnya
Akhirnya aku habiskan waktu untuk menolong abang yang membantu mengemudikan perahu ini.
"bang, sudah berapa lama kerja sama papa Ridwan ?" tanyaku
"sudah lima tahun, kenapa Rus ?" kata si abang
"mamanya kak Nisa suka kedatangan tamu ?" tanyaku
"tamu bulanan ? itu rutin" kata si abang bercanda
"aiii abang ini, itu datang bulan namanya, bukan ! tamu benaran bang" tanyaku
Perahu terus melalu bolak-balik mengantar penduduk yang meyeberang kamu juga terus melaju ngobrol
"tamu berupa pekerja banyak Rus, terutama pekerja yang menyewakan mobil dan jasa angkut barang" kata si abang
"terus papa Ridwannya kemana ?" tanyaku
"muaro tembesi atau kota Jambi" jawabnya
"Bapakku biasanya kemana bang ?" tanyaku
"ya di muaro tembesi juga atau kota Jambi, tapi sejak kau kelas 5 SD Bapak kau lebih mengawasi kebun di dekat dusun kita" kata si abang
"intinya papa Ridwan tidak perhatian sama keluarga ?" sergahku
"kadang datang sebentar, kadang pergi malam " jawab dia
"papa Ridwan hobinya apa sih bang ?" tanyaku
"main gitar. si Jasri tu pintar main gitar, dialah yang ngajar" jawab si abang
"papa Ridwan kurang bahagia ya bang? " tanyaku lagi
"gitulah Rus, duit banyak, habis untuk istrinya" kata si abang
"abang pernah lihat perkembangan bang Jasri di Jambi?" tanyaku
"pernahlah ! duuh kosan si Jasri tu di kota Jambi bagus nian Rus" jawabnya
"abang tahu papa kandung mereka ? aku pernah lihat dia datang ke sekolah" kataku
"pernah lah, kerjaanya cari si Nisa saja, minta uang" kata si abang
"kenapa tidak minta uang sama mantan bini nya ?" tanyaku lagi
"tidak tahu juga ya Rus, nyonya itu berapa saja uang tidak cukup sama dia. Tapi tidak ada istri yang ngasih suami !, anak ngasih bapak wajar" kata si abang bicara soal adat
"bang aku haus" kataku
"hahah..... tulah kau, nanya ajaaaa kerjaan kau ? tadi papa kau ngapain ? sampe banyak tanya gini ?" keterangan si abang
"ga ada bang, tadi papa masak goreng ubi, enak nian" kataku
"Rus, hari Sabtu kita tidak narik. Papa kau mau buka kebon cabe di Si Gombak" kata si abang
"kapan papa nyuruh ? aku ga tahu" jawabku
"3 hari yang lalu, mungkin kau ga boleh ikut harus belajar" jawabnya
"aku ikut ya, mamakku pasti disuruh juga" kataku
"mamak kau dan etek si Sudi tu ya lah ahli nanam cabe, kami harus belajar dari beliau" jawabnya lagi
"hehehe sudah kukira kan ! enak saja ninggalin aku" kataku
"kurang tahu aku Rus, tanyalah sama papa kau" saran dari si abang
"aku pergi saja, duduk di perahu sudah, sampe di Si Gombak. ga akan marahlah papa Ridwan" jawabku.
Hmm Si Gombak, itu berupa area terkurung, jadi air menggenang berupa danau yang luas, jangan bayangkan seperti danau toba rekan pembaca atau danau singkarak, ini danau karena genangan air di area yang sangat luas. Tepi-tepi daerah perairan itu dapat kita tanami aneka sayuran, indah sekali
heheheh bukan aneka sayuran ! emang Lembang, Malang atau Bogor. Setahuku sayurnya yang utama cabe, tomat, dan pucuk daun singkong, wahahahahaha pucuk daun singkong, bilang aja sambil nanam pohon singkong, itu bukan sayur ! siapa yang bilang pucuk daun singkong itu bukan sayur ?? coba lihat di restoran padang dan sumatera utara, sayurnya pucuk daun singkong.
Sebagai putra daerah inilah daerah yang paling eksotis rekan pembaca semua, masih asri dan apa adanya. Yang takut sama ular air dan binatang berbisa jangan deh kesini bahaya, dan sepanjang perjalanan dengan perahu yang ada cuma jeritan takut.
Iya ini untuk rekan pembaca yang senang tantangan alam terbuka, selain danau Si Gombak, di kabupaten Tebo ini dapat kita kunjungi beberapa lokasi. Lokasinya berupa daerah hijau dan jauh dari lalu-lalang manusia seperti teluk kembang-jambu, bukit dua-belas, air ujung tanjung, air terjut 4 tingkat Kerendo Lubuk-Mandarsah, bukit tiga-puluh, goa sungai bulan, dan masih banyak yang lain. Tapi yaitu yang tadi yang suka tantangan saja. Yang suka shoping, bagusan liburan ke Singapura atau KL.
Ingat, lokasi ini tidak dilengkapai oleh fasilitas yang bermacam.
Isu ketakutan digigit harimau dan diinjak gajah liar musim kawin, begitu menakutkan. Harimau jadi doyan menggigit karena hutan-hutannya sudah dijadikan pemukiman manusia atau jadi lokasi tambang ilegal. Terutama di lokasi yang ada kata-kata bukit itu.
Akhirnya datang juga sore menjelang ! aku balik ke atas tebing, dan menghilang dengan menuju jalan ke mushola untuk siap-siap sholat Magrib, sekedar kalau abang ada makanan.
weeekkkk ada sendal papa Ridwan .... hmmm alhamdulillah papaku jadi sholat di mushola, ingat pak Ridwan yang terhormat, sholat di mesjid pahalanya 27x lipat, hehe
"anak nakal, ikut mondar mandir sama perahu ya" kata papa Ridwan
"oh maaf pa, aku kira kita tidak ada janji, jadi aku bantu narik perahu" kataku sambil salim sama papa dan abang itu.
"setelah uwo balik, aku langsung kesini pake motor, kamu terlihat lagi betah di dalam perahu" kata papa Ridwan
bang garin mushola senyum
"bang aku lapar bang, haus juga sedari tadi" kataku
papa Ridwan segera mengambilkan nasi bungkus yang telah dibelikannya, serta satu bungkus air kalau kita beli nasi.
aku minum dulu itu air, baru aku makan dengan lahap
Setelah itu kami sholat magrib mengaji bersama dan sholat Isya .... plong rasanya hari ini, ...
suara cacing dan jangkrik malam sudah sedemikian kerasnya dan dari sawah, suara kodok talu bertalu menambah syahdunya malam
"sholat sudah, makan sudah ! apa lagi yang belum biar tersalur" canda papa
"wkwkwk om ini, ngucap om ! kami berdua ini belum ngerti yang gitu-gituan" kata abang garin mushola
"heheh yang gitu-gituan apa bang ? yang jelas ah" pancingku
"aiii sudahlah kau, anakku jadi terpancing, kami balik dulu ya" kata papa Ridwan
Kami balik ke Rumah Bapak, sudah menunggu mamak di depan pintu
"hari ini aku mau tidur disini, lah tambah kangen aku sama Mansur" kata papa Ridwan
"oh ya Rus, tolong bawa dan bentangi tikar di dalam kamar tu" kata mamak
"iya mak" jawabku
"lah siap semua perlengkapan tanam cabe tu?" pancing papa
"alat-alatnyo lah ku antar ke kios etek si Sudi, si Rusli masih belajar sama si Sudi ?" tanya mamak
"sekarang-sekarang belum, semester juga baru mulai" kata papa
"sini ya mak, dibentang ?" tanyaku
"iya" jawab mamak
"Rus, mulailah lagi belajar sama si Sudi, itu yang ditanyo mamak kau tadi, berarti mamak kau lah rusuh" kata papa Ridwan
"iya, kemaren waktu selesai nyanyi, secepatnya kita mulai lagi belajar, tenang pa" pemastianku
"syukurlah" jawab papa Ridwan
"kau ingin ngopi wan ?" tanya mamak
"iyo" jawab papa
"malam-malam ngopi ? malah ga bisa tidur ???" aku heran sama orang tua
"rasolah kalau kau tua ! jangan menghina seperti itu" canda papa
akhirnya kami tertidur dalam malam yang mendung tak berbintang. aku jarang tuh melihat bintang. malah tidak ingin. yang melihat bintang malam-malam kan orang yang sedang pacaran.
yang pasti suara jangkrik malam makin merdu dan aku masuk dalam alam mimpi bertemu Bapak di sampingnya ada papa Ridwan, kami mengayuh perahu bertiga, aku di tegah dilindungi, bapak di belakang menjaga, dan papa Ridwan di depan membuka jalan.
Namun ini hanya mimpi, baru tahunya setelah Bapak meninggal .....
Bapak dan papa Ridwan harusnya memiliki kenangan seperti ini, masih menunggu lagi saat kami bertemu di surga nanti di akhir zaman.
Hari Sabtu pagi, para tetangga kami beri tahu kami tidak menarik perahu, jadi tetangga subuh-subuh sudah mulai jalan menuju jembatan gantung.
Kami bertiga dengan abang pekerja itu menuju tebing seberang sudah ada papa dan 3 orang anak buahnya, serta tante bang Sudi dan beberapa orang yang sedang menuruni jalan
"naiklah" seru papa Ridwan
"untuk apa lagi si wan duit lah banyak, masih nanam cabe" cabda tante bang Sudi
"untuk seru-seruan saja tek ! kita bisa makan-makan disana" kata papa
anak buah papa menaikan semua makanan yang sudah disiapkan untuk di santap di Si Gombak
"oh kau ikut pula Sudi" kata si abang penarik perahu
"kau ikut juga Rus ?" tanya bang Sudi, aku senyum saja
"lain ditanya lain pula dijawab, ngapa kamu ikut Sudi ?" kata sia abang lagi
"iyalah aku ikut, etekku ikut, masa aku tinggal di rumah sendiri" kata bang Sudi
"uruslah toko buku tu ! biar untung tambah banyak, tuh Rus dengar si Sudi dah punya toko" kata papa Ridwan
"oh abang kok ga bilang-bilang ? dimana lokasinya pa?" tanyaku
"tanyalah sama dia, ngapa sama aku ?" jawab papa
"di Ps Muaro Tebo Rus, datanglah baca-baca belajar kau" kata bang Sudi
"insyaAllah ya bang" jawabku
Bang Sudi ini lebih putih dari bang Jasri, dia patuh. Bang Jasri itu keren meski ga putih-putih amat. Sama bang Jasri aku rasanya bisa tinju-tinjuan atau berbantah, sama bang Sudi ga bisa sepertinya, dia pendiam dan itu... penurut. hmmmmm dimana letak menariknya
Dari tepi sungai ini kami menuju arah utara yaitu melewati depan sekolahku terusss ke utara sekitar 45 menit perjalanan sampailah di mulut danau eh genangan air lah, tapi masyarakat sini menyebutnya danau karena memang iya luas.
Airnya jernih menghijau oleh bayangan pepohonan pinggir danau, tidak seperti sungai kami yang airnya coklat terang keemasan
"pak Ridwan", para pekerja melambaikan tangan
"tuh tanahnya sudah gembur ! kita tinggal semai benih cabenya" kata papa
"aiii Ridwan, kalau hanya menuai benih 3 orang selesai itu, ngapa begini mirip orang piknik" protes tante bang Sudi
"emang kita piknik kan etek, diamlah etek tuh" bang sudi marah
"hmmmm" kami menghela nafas
Benaran indah dan sejuk. Kalau kita hirup udaranya agak terasa lembab, uap airnya yang bersih bermanfaat untuk sanitasi saluran pernafasan.
Seru sekali, aku dapat satu kantung kecil biji cabe. Yang lain membuat lubang. Rapi dan terukur. Kita bekerja dengan kekeluargaan.
Ketika hampir selesai, beberapa pekerja membawa air danau
Maka bagian yang lain menyiram tanak yang berlubang berisi benih cabe.
"Sudah semua, naiklaaaaahhhhhhh" ada pekerja yang melambaikan tangan dari atas seperti tanah yang mendaki
aku bergegas cuci tangan di tepi danau ketika mamak telah melakukannya
dingin dan sejuk airnya, bersih .....
terasa tangan yang tercuci menjadi lebih bersih pastinya.
"ayo Rus kita makan di atas !" ajak papa Ridwan
"tuh Rus, bang sudi lah punya toko" kata papa lagi ke dua kali apa ya maksud papa. aku alihkan dengan candaan
"papa nih dah dua kali ngomong itu, dulu Bapak juga begitu ya menggoda papa, harus ada usaha dulu" kataku
"kira-kira begitu dan lupakan kata-kata papa" jawab papa Ridwan sambil senyam-senyum. Hmm sudah menawarkan bang Sudi, sekarang papa nyuruh lupakan ! begitulah papa Ridwan, artinya aku belajar yang baik saja dulu.
"sudah cepat, lah lapar ini ! apa yang kalian diskusikan ? lama betul" sorak tante bang Sudi
Acara tabur benih cabe inipun berakhir dan kami harus kembali pada rutinitas kehidupan
Esoknya hari Senin adalah hari kewarga-negaraan di SMP kami. Hari yang lain adalah hari matematika, hari biologi, hari sejarah, hari ekonomi, dan hari budaya lokal. Enam hari itu jadi persiapan kami menghadapi perubahan pembelajaran di Indonesia. Aku tidak senang hari ini, karena pada pelajaran ini banyak drama berperan sebagai warga negara yang baik, dengan dialog
Perkelompok
Mereka bengong juga antara mau sekelompok dengan aku atau menolak
Yang lebih lucu lagi, yang dapat peran sebagai orang baik berdarma pada yang kurang mampu
si Sari dapat peran yang menadahkan tangan !
5 menit jelang berakhir sandiwara-sandiwaraan aku berkata
"coba sekarang kasihkan benar uang sama Sari yang butuh beli buku, kalau kamu benaran baik" aku berseru
semua terdiam
si laki-laki ini sok jago anak pejabat daerah melongo
"Rusli ini kan drama pencontohan sikap" kata ibu yang ngajar kewarganegaraan ini
"karena rasa kewarganegaraan itu, ibu jadikan Drama !!!!!!!!!!" kataku
aku keluar dari kelas itu, neeg melihat cara dia mendidik dan materi didik
aku menuju guru matematika dan guru sejarahku dulu di kelas VIII yang membelaku dari Nanda dan walikelas
aku membantu mempersiapkan hari matematika dan hari sejarah. Metode belajar seperti adalah baru. Dulu bang Sudi masih metode biasa.
aku merasakan lebih bermanfaat. biasanya aku memegang garisan pokok bahasan ujian akhir nasional. Ketika merasakan materi apa yang kurang, kita bisa datang ke semua guru dan ke kelas mana saja, karena satu hari itu adalah hari mata pelajaran tertentu.
dan yang penting ada bang Sudi yang secara tidak langsung berjasa dalam mendongkrak prestasi belajarku semester kemaren.
Usai jam pelajaran sekolah, aku dapati rumah papa lagi sepi
Aku langsung saja pulang
Kurang tertarik sama kegiatan di perahu karena masih kesal sama Drama kewarganegaraan, masa urusan berbangsa dianggap Drama, aneh ...
Aku sholat asyar di mushola dan makan siang atau makan asyar heeh tidak apa ! aku tidak ada uang jajan untuk beli makan siang. Sudah tiga tahun aku begini jadi sudah biasa. Bang garin mushola dibiayai papa, tahulah papa Ridwan aku sering numpang makan jadi pasti lebih lah uang dari papa. Prinsipnya bang garin mushola ini baik sekali ga hitung-hitungan seperti yang telah aku ceritakan.
Malam menjelang tidur mamak datang ke ruang tengah tempat aku berbaring dan mamak berkata :
"Rus, kau belajar Minggu pagi kan ? Tolong aku bersihin kebun wak haji lagi tapi ini kebun ubi, banyak rumput" kata mamak
"mak berapa mamak dapat uang jadi pembersih kebun ? masih kurang uang perbulan dari pak Ridwan dan uang setoran perahu ? memasak untuk makanku saja mamak tidak ! kopi saja di atas meja mamak ! sayang betul mamak sama adik mamak penjudi ! maaf ya mak tapi aku harus belajar" kataku
mamak diam mukanya memerah
"sekedar makan mamak, aku bisa kerja menolong narik perahu siang sampai sore" kataku
"menolong orang apa salahnya" kata mamak
"itu mamak tidak menolong, tapi membunuh orang" kataku
"lancang mulut kau" mamak bersiap menggunakan tenaga kekerasan
"badan sebesar itu mak, suruh bekerja, bukan disuruh berjudi !!!!! dan mabok. berdosa mamak seperti itu" kataku
mamak menggerakkan tangannya
aku mengelak
"sesuai pesan almarhum Bapak, aku harus menjauh dari orang macam adik mamak ! bukan aku benci ! tapi kurang cocok" kataku dengan jujur
"tuh baju kau cuci sendiri, aku malas ngurus kau tidak mau menolong orang" kata mamak yang masih membela adik kandungnya
"tidak masalah, bajuku cuma satu dua, bulan depan pak Ridwan menghentikan uang untuk adik mamak ! sekedar makan mamak lebih dari cukup dari penghasilan perahu, jangan cemaskan aku" aku sampai pada kesimpulan setelah melihat perkembangan berbulan-bulan ......
InsyaAllah mamak cukup uang dengan penghasilan, aku tetap hormat sama mamak, tetapi untuk menambah uang lebih banyak untuk adiknya, aku sudah bisa menilai itu salah, semoga ini tidak termasuk yang melawan orang tua, ampunilah ya Allah.
Namun jika mamak bekerja sendiri, di usia yang tidak lagi muda, mamak akan sakit ! sama siapa aku harus mengadukan masalah ini. Aku belum pernah menghadapi masalah seperti ini. Dalam hati kecilku, aku ingin melihat mamak bahagia dan Pak Etek sadar, hidup ini bukan hanya hayalan dalam sebuah kartu judi.
Malam ini selamat istirahat Bro, besok kita mulai hari ke-3 dalam satu minggu :
bro @3ll0 , bro @Tsunami , bro @balaka , bro @d_cetya , bro @Wita , bro @lulu_75 , bro @Hato , bro @Monster_Swifties , bro @hyujin , bro @dafaZartin , bro @sasadara , bro @sentratio
aku kurang memahami alur nya