It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Puitis banget abang tees nya.. Hehehe
TS nya cwo kan...??? #maaf, pertanyaannya aneh
iya aq cowo, n aq masih 16 tahun. Jadi ngga usah manggil kakak, abang, mas dan sebagainya. Panggil nama aja, biar lebih akrab.
16 tahun? gabung di bf tahun 2003... kok bisa ? gimana ceritanya ?
ouu iya btw kalo update mention saya ya TS
2003?
aq baru gabung tahun 2014 atau 2015 ini kok. Ini akun juga aq dibuatin...
Waah,, 16 thn,, masih kls 3 sma dong yah....
Ok bin.. hmmm.. Tang.. Ok bintang... Hehehe
coba deh cek profil kamu tulisannya kayak gini "Bergabung Sejak November 2003"
16 tahun ya? Salam kenal
aku juga 16 tahun
eh iya kok 2003 ya? Tp perasaan buatnya 2015 deh. Yg buatin mas @Indrayani.. Gimana ni mas, bisa diubah ngga? Tua donk aq 2003 udh tau beginian -_- pantesan di thread aq yg lain pada ga percaya kalo umurku 16.
eh iya kok 2003 ya. Ini yg buatin mas @Indrayani, gimana ni mas bisa diganti ngga? Tua bgt donk aq 2003 udah tau beginian.. 2003 mah aq masih 4tahunan.. -_-
kirain kamu umur 4 tahun udah ngerti forum ini... ternyata ada yang bikinin..
ouu iya btw kapan di lanjut lagi? Di mention saya ya bintang
Ceritanya mulai seru nih,bintangnya udah gede.
"iya pagi." balas nya tanpa menoleh.
Dia memang sedikit kaku untuk seorang Ayah.
"mana Robi?" tanya nya.
"tadi udah Bintang bangunin, bentar lagi juga kesini."
Inilah rutinitasku di hari minggu. bangun siang, lalu sarapan. Hari minggu tanpa bangun siang, itu seperti bunga matahari tanpa kuaci. Rasanya kurang lengkap.
"semalem kemana aja?" tanya mas Adam tiba-tiba, lalu ikut bergabung di meja makan.
"ngga kemana-mana, jalan-jalan doank" jawabku.
"jalan-jalan doank, tapi pulang jam 11 malem" gerutu nya.
Seketika Ayah langsung melipat dan meletakkan koran nya. Habislah aku, padahal malam tadi aku sudah berusaha keras untuk mengendap-endap kedalam rumah, agar tidak membangunkan Ayah. Tapi dengan mudah nya mas Adam berkata seperti itu? Begitu dendamnya dia, hanya karena motornya aku pinjam sebentar.
"jam 11 malem?" tanya Ayah sedikit terkaget.
Ini akan jadi pagi yang panjang untuk ku.
"Bintang!!!" tegas ayah.
"maaf yah. Lain kali janji ngga akan lagi"
"kemana aja kamu sampe jam 11 malem?" Ayah mulai menginterogasiku.
Kupandangi wajah mas Adam. Ia senyum-senyum saja sembari sibuk dengan roti nya.
"ngga kemana-mana kok yah, cuma maen doank sama Robi." kilahku.
"sebelum itu, ya pasti pacaran dulu, Yah" sambung mas Adam.
Tau begini, aku buang saja tadi kunci motornya ke dalam closet.
"kamu masih pacaran, Bintang? Ayah udah bilang jangan pacaran dulu kan?" bentak Ayah. Tidak sekeras biasanya, mungkin karena ini masih pagi.
"ngga kok yah, suer. itu mah bisa-bisanya dia aja" kata ku menunjuk mas Adam.
"Terus buat apa kamu diem-diem ngambil motor mas, kalo ngga buat malem mingguan sama cewekmu itu."
Sialan. Awas saja sampai kamu nyuruh aku untuk pijetin kamu lagi mas. Aku patahkan nanti tulang-tulang punggungmu.
"cukup sampe sini. Kalo ayah dapetin kamu masih pacaran sama Anggi. Ayah datengin nanti keluarga Anggi." ancam Ayah.
Aku diam saja. Rasanya sudah tidak nafsu lagi untuk makan Nasi goreng ini. Keterlaluan Mas Adam.
"Pagi om, Mas Adam, Tang." sapa Robi.
Tang, Tang, dia pikir aku Tangki Air?
"Pagi Tanteeeeee" teriaknya lagi menyapa Ibu ku yang tengah berada di dapur.
"pagi sayaang. Sarapan dulu.." balas Ibu ku.
"Iya tan."
"baru bangun Rob?" tanya Ayahku.
"udah dari tadi om. Cuman tadi nyuci baju sama celana dulu, sama nonton Doraemon dikamar" kata nya
. . .
PEMBOHONG BESAR
. . .
Aku tau sebenarnya dia baru bangun. Cuci celana apanya? Lalu sejak kapan dia jatuh cinta dengan Doraemon? Bukannya membela ku dari semua ketegangan ini, malah dia asik tidur dikamar.
"habis ini kalian mau kemana?" tanya Ayah padaku dan Robi.
"habis ini mau ke Senayan, Om" balas Robi.
"ngapain ke Senayan?"
"ini si Bintang mau liat pameran buku" timpal Robi lagi.
"yakin? Ngga pacaran?" selidik Ayah.
"yaelah Yah. Ini Bintang juga punya brosurnya." kukeluarkan brosur dari saku ku lalu kutunjukan padanya.
"ya udah, kalo cuma mau beli buku." kata nya.
Gara-gara mas Adam, sekarang aku harus lebih berhati-hati dengan Ayah. Dan kalau sampai dia menyuruhku lagi untuk membeli rokok, akan kubelikan tembakaunya. Biar remuk sekalian paru-paru nya.
"ya udah, kita berangkat sekarang lah Rob" kata ku beranjak, sembari kutarik lengan robi.
"eh eh eh.. Tapi ini gue belum makan.."
"udah entar aja."
Dengan tergesa, aku tarik Robi keluar. Sebelum Ayah berubah pikiran. Lagi pula siapa yang menjamin kalau Pameran Buku nya hari ini? Jelas-jelas dibrosur tertulis minggu depan. Ternyata Ayah tak se-jeli itu.
Kali ini aku salut dengan sandiwara robi. Bisa-bisanya dia ingat dengan Pameran Buku. Dan lagi, dia berbohong tanpa gugup sedikitpun. Bravo...
"Bintang berangkaat. Assalamualaikum" ucap ku sembari keluar rumah.
"Wa'alaikum salam.. Perlu uang jajan ngga?" teriak ayah
"ngga usah, yah." seru ku.
Sebenarnya lumayan juga jika uang jajan itu kuambil. Tapi siapa yang menjamin kalau itu bukan jebakan? Bisa saja itu trik Ayah agar aku masuk kembali kedalam, lalu dia bisa menanyaiku dengan rentetan pertanyaan-pertanyan aneh lainnya.
Kunyalakan cepat sepeda motorku, meninggalkan rumah ini jauh-jauh...
Sebenarnya memang sudah sejak lama Ayah melarangku untuk pacaran. Tapi,, anak muda,, tanpa pacar,, itu seperti Bunga Euforbia tanpa duri. Kurang afdoll...
Hidup di Jakarta memang seperti ini. Panas, gersang, penuh debu. Tapi di musim hujan, permasalahannya akan berbading terbalik berbeda. Ya, BANJIR.
Nyatanya kota termaju di negaraku ini memang masih begitu semrawut. Orang-orang bilang, Jakarta adalah New York nya Indonesia, dan Tokyo nya Indonesia. Tapi lihat? Tata Kota nya tak sebagus ibukota-ibukota negara lain yang kusebutkan tadi.
Jalan raya yg lebarnya hanya beberapa kaki ini, dilalui oleh kendaraan yang tak terhitung banyaknya. Dari fasilitas trotoar untuk pejalan kaki juga banyak mengalami kerusakan.
Sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah Pemerintah, karena pada dasarnya yang mengendalikan suatu tempat, adalah penghuninya itu sendiri. Harus di akui memang sikap disiplin masih sangat jarang ditemukan di Jakarta. Jika kalian melihat orang membuang sampah pada tempatnya, itu artinya kalian melihat kebesaran Tuhan. Dan kalau kalian melihat Penduduk bantaran kali ciliwung tidak membuang sampah disungai, itu artinya kalian melihat keajaiban dunia.
Mengenai kesejahteraan? Itu juga merupakan suatu permasalahan yang lain. Pengangguran, Pengemis, Anak-anak jalanan, dengan mudah kita temukan dimana-mana. Banyak para perantau yang akhir nya kembali pulang ke daerahnya masing-masing karena sulitnya mendapat pekerjaan disini. Jadi, apa ini cerminan dari kota New York dan Tokyo? Aku rasa tidak. Meskipun aku akui, Jakarta memang Kota paling sibuk di Indonesia.
"parkir sini aja Tang. Kita nongkrong disitu. Adem" perintah Robi.
Kuikuti saja.
Santai sekali pakaianku dan Robi. Mungkin bisa dibilang ini keterlaluan santai nya. Aku hanya mengenakan Jaket Jamper, celana pendek dan sepatu Snicker. Sedangkan Robi hanya mengenakan kaos polos, celana jeans dan sendal jepit. Tapi justru yang simpel-simpel seperti ini lah yang aku dan Robi sukai.
Kami kemudian duduk ditempat yang sekiranya nyaman, sambil menunggu pesanan bubur ayam datang. Disini memang banyak PKL yang mangkal, apalagi ini weekend.
"lu masih sama Anggi, Tang?" tanya Robi.
"iya."
Ku buka laptopku. Ku buka laman web Naruchigo. Ku download semua episode yang baru rilis. Dari mulai Anime Naruto, One Piece, Fairy tail dan beberapa Anime hentai. Hehe.
"pantesan semalem gua kerumah lu, tapi lu nya ga ada. Jadi, jalan sama Anggi?"
"iya. Nha lu sendiri gimana sama Febri?"
Robi diam saja. Disulutnya rokok diujung bibirnya. Robi ini memiliki pacar bernama Febri. Febri anak yang cukup populer disekolah. Bagaimana tidak, Wakil ketua Osis. Urusan cantik, mungkin itu relatif. Tapi yang pasti banyak naksir dia.
Tapi sejujurnya aku tidak begitu setuju Robi berhubungan dengannya. Pernah sekali aku melihat Febri dengan Kakak kelas kami di Bioskop. Dari cara mereka bergandengan saja aku sudah menduga kalau memang ada yang salah dengan Febri. Tapi aku tidak mau terburu-buru memberitahukannya pada Robi. Takutnya jika andai semua itu cuma sekedar salah paham, bisa-bisa pertemananku dan Robi yang terancam.
"Lagian, kalian pacaran tapi lebih banyak berantemnya kayaknya" ujarku.
"tapi sekarang kita udah baikan."
"ya bagus lah.."
Tak berapa lama Mang Juju datang menghampiri kami dengan dua mangkok bubur ayam.
"ini buburnya den Bintang" kata nya.
"iya makasih mang."
Mang Juju ini sebenarnya bernama Jumari. Orang jawa tengah asli Pekalongan. Tapi karena orang-orang banyak yang memanggilnya Mang Juju, jadi aku ikut-ikut saja.
"Tumben ngga sama den Alif den?" tanya nya.
Alif, dia temanku. Masih sekelas denganku dan Robi. Aku memang biasa kesini dengan Alif. Saking seringnya aku dan Alif nongkrong disini, jadi beberapa PKL sudah hafal denganku dan Alif. Tidak hanya dengan Alif, jika aku sedang ada masalah juga aku sering main kesini, pun meski cuma sendirian.
"iya mang. Kali ini aku sama gebetanku neh" ucap ku menunjuk Robi
Sekilas kulihat wajah mang Juju seperti sedikit kebingungan. Mendengar ucapanku, Robi langsung tanggap.
"iya mang. Kenalin, pacar Bintang" ucap robi sambil menjabat tangan mang Juju.
Aku lihat raut muka mang juju semakin terlihat kebingungan saja. Dahi nya basah berkeringat. Dia menjabat tangan Robi kuat sekali. Tak berkata apapun.
"Do'ain langgeng ya mang" timpal ku.
"hah? Eh iya den" jawabnya, lalu pergi kembali ke gerobaknya.
Jiahahahaha seketika aku dan Robi terbahak sejadi-jadinya.
Mendengar aku dan Robi tertawa terbahak, mang juju yg sibuk digerobaknya menoleh kearah kami. Lalu dia tersenyum dan mengepalkan tangan kearah kami berdua. Mungkin dia telah sadar kalau yang kami lakukan tadi cuma untuk menggoda nya saja.
Kutunjukan tanda jari Telunjuk dan jari tengah kearah nya sebagai tanda 'Peace'. Sementara Robi mengecupkan bibirnya ke arah mang juju. Mang juju cuma bisa tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.