It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hari ini kuputuskan untuk memberitahu Robi yg sebenarnya. Tentang pacar nya yang sialan itu. Andai Robi tetap masih percaya pada Febri dan tak meng-indahkan semua perkataanku, itu tak masalah. Yg penting sekarang, dia harus tau dulu... ku ikat tali sepatuku kuat-kuat.
"Pagi, yah" kuhampiri Ayah yg tengah membaca koran di Meja makan
"Hmm" hanya itu yg keluar dari mulut Ayah.
"Tumben jam segini udah siap-siap." Ucap ibu' sambil membawa nasi goreng satu wadah penuh.
"Anaknya bangun lambat salah, bangun awal juga masih salah." Sungutku.
"Lho? Yg bilang salah siapa? Malah bagus donk. Dengan gitu ibu ga perlu capek2 gedor2 pintu kamarmu" lanjutnya sembari kembali kearah dapur.
Huh dasar.
"Terus-terus kek gini ya sayang. Bangun pagi terus!!!" Teriak ibu dari dapur.
Dasar Ibu cerewet.
Emang bener kata orang. Sesuatu hal, apapun itu, harus saling melengkapi. Seperti Matahari dan hujan, Siang dan malam, lalu embun dan debu, juga Ayah dan Ibu. Ayah yg kelewat dingin dan Ibu yg keterlaluan cerewetnya. Hh
"Ciyee yg seneng bgt mo pindah ke Dieng" celetuk mas adam bergabung di meja makan.
Ayah sempat melirikku, lalu tersenyum.
"Yah, maafin bintang kemarin udah.........."
"Dah, sarapan. Nanti telat berangkatnya" potong Ayah.
Tak lama setelah ku habiskan nasi goreng ibu, kudengar suara klakson kendaraan dari depan rumah. Itu pasti Alif. Segera ku pamit dengan Ayah, ibu dan mas Adam untukku berangkat ke sekolah dengan Alif.
"Rob, gue mo ngejelasin sesuatu, tapi nanti pas istirahat pertama ya"
"Soal apa Tang?"
"Ada lah, penting" tukasku.
"Sekarang aja"
"Udah,, entar".
Keputusanku sudah bulat. Kali ini aku harus ikut campur. Tak kan kubiarkan sahabatku diperlakukan semena-mena sama orang lain.
***
Tak terasa Dua jam mata pelajaran pun usai. Ku ajak Robi ke kantin, untukku kemudian menjelaskan apa yg sebenarnya terjadi.
"Jadi mo ngomongin apa Tang? Gaya-gaya'an aje lu. Ngomong tinggal ngomong aja, pake nunggu ke kantin segala".
Kuseduh teh panas didepanku.
"Soal Febri rob!"
Sejenak kulihat raut muka Robi mendadak berubah tegang, lalu berubah lagi agak santai.
"Kenapa emang Febri?"
Tak kujawab langsung pertanyaanya. Sejenak hening diantara kita. Terus kutatap mukanya serius, tak kubuang sedikitpun pandanganku pada Robi.
"Kenapa sih lu Tang?"
"Kayaknya lu tau deh apa yg bakal gue bahas soal Febri" lanjutku.
"Soal apa emang?" Tanyanya lagi dengan rada ketus.
"Soal dia itu cewek ga baik, soal dia cewek malem, soal dia selingkuh sama kak do..........."
"Cukup." Potongnya..
"Gua ga laper, bilang sama bu rumi es teh nya diitung aja." Katanya kemudian beranjak pergi.
"Pengecut lo" tukasku.
Robi yg tadinya sudah akan keluar kantin, kemudian dia berbalik.
"Apa lo bilang?"
"GUA TANYA APA LU BILANG TADI?" Bentaknya lagi.
Sentak semua seisi kantin melihat kami berdua.