It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Baru sempet buka BF....
Selamat tahun baru 2017
Sahabat untukku adalah cahaya gemintang Bintang, yg menyempurnakan kilauan cahaya Bulan.
Sahabat untukku adalah derasnya guyuran Hujan, yg menghalau panasnya Debu menahun..
Sahabat untukku adalah Pohon rindang dengan seribu dahan, yg membentang melindungi siapapun yg berteduh dibawahnya..
Tapi satu hal yg selalu terjadi dalam Persahabatan, adalah ketidak pastian.
"Assalamu'alaikun. Bintang pulang"
"Wa'alaikum salam.." jawab ibuku dari arah dapur..
"Bin, sini dulu. Ayah mau bicara."
Ayah dan mas adam tengah duduk diruang TV. Kuperhatikan mimik muka mereka, sepertinya ini akan jadi sangat serius.
"Kenapa Yah?"
"Sekarang kamu sudah tujuh belas tahun. Jadi Ayah harap kamu akan mananggapi ini layaknya anak tujuh belas tahun pada umumnya. Bukan kayak anak sepuluh tahun lagi"
Entah mengapa, aku sepertinya mengerti akan kemana arah pembicaraan ini.
"Kita akan pindah" putus Ayah.
Sudah kuduga.
***
DE JAVU. Ini seperti De Javu. Perasaan ini. Bau udara ini, keheningan ini. Aku seperti pernah mengalaminya..
***
"Lagi?"
"Kita pindah lagi?"
"Setelah mas mu Wisuda, ayah akan urus kepindahan kita nanti."
"Tapi ayah udah janji, kepindahan kita yg dulu adalah untuk yg terakhir kalinya."
"Ini ngga adil" lanjutku.
Aku sudah sangat nyaman disini. sahabat2 disini begitu baik dan terlalu berharga untukku tinggalkan. Dan Robi,,, terlebih lagi sahabat yg satu ini. Pasti berat berpisah dengannya.
"Tanpa Ayah jelaskan, harusnya kamu sudah paham, kalau ini menyangkut pekerjaan Ayah".
"Kalo gitu cari aja kerjaan lain!!!" Bentaku.
"BINTANG.. !!!" Seru mas adam.
"Kalo kalian mau pindah. Pindah aja, aku tetep disini" kutinggalkan mereka menuju kamarku.
"BINTANG LANGIT RAMADHAN.." Seru Ayah.
Tak kuhiraukan.
Ketidak pastian itu adalah Penghianatan, atau bisa jadi yg paling klise dari semuanya. Yakni Perpisahan.
Orang bilang disetiap Pertemuan, disitu pasti ada perpisahan.
Seperti perpisahan dimusim gugur.
Dan seperti Daun Momiji yg jatuh meninggalkan tangkai yg selama ini menopangnya. Bukan tanpa alasan. Daun ini gugur agar Musim panas berlalu,
Dan membiarkan musim salju datang menyelimuti tangkai yg ia tinggalkan.
Agar Daun baru, kembali tumbuh di Musim semi mendatang.
Kudengar mas Adam dibalik pintu. Sayup-sayup juga terdengar suara Ayah. "Biarin Dam. Dia sudah dewasa. Nggak pantes kamu bujuk-bujuk seperti itu."
"Udah Yah, jangan keras-keras sama anak sendiri.." kali ini Ibu yang menyahut.
Aku benar-benar merasa sangat tidak beruntung terlahir di keluarga ini. Apa Ayah pikir 'beradaptasi dengan lingkungan baru itu mudah? Mengapa dia begitu egois?
Aku tau ini karena pekerjaannya, tapi apapun alasannya, aku tak pernah bisa membenarkannya.
"Makan dulu.." tiba-tiba mas Adam sudah didepan kamar dengan pintu terbuka. Hh dia pasti menggunakan kunci duplikat.
"Nggak laper"
"Keluar dulu gih mas, aku mo ganti baju"
"Eg? Ganti ya ganti aja"
"Tutup pintunya" perintahku.
Dia pun menutupnya, lalu duduk di tempat tidurku sembari memperhatikanku mengganti pakaian.
Ada perasaan aneh diperhatikan seperti ini. Karena sebelumnya, jarang sekali aku telanjang didepan kakakku sendiri. Meskipun dari raut mukanya, dia seperti biasa saja. Tapi aku tidak, aku merasa ..... entah lah. Aneh saja rasanya.
"Mas tau ini sulit buat kamu. Tapi seharusnya kamu ngerti. Ini udah resiko pekerjaan Ayah." Ucapnya memecah kebisuan.
Aku tetap diam, dan sibuk dengan celanaku.
"Lagipula kamu udah dewasa ini. Jgn kek anak kecil lah. Malu tuh sama Jembut"
"Apaan si mas" aku bersungut-sungut sembari cepat memakai celanaku.
"Emang kamu ga kangen sama temen-temen dikampung?"
****
Deg. Rasanya seperti seolah batu panas tersiram dinginnya air hujan pegunungan.
****
"Maksud nya?" Ucapku dengan perasaan tidak karuan.
"Yachh, rencananya kita bakal pindah Ke semarang. Tapi tadi, ibu udah mengusulkan untuk 'yang ke semarang, Mas sama Ayah aja."
"Lah terus? Ibu' sama aku?"
"Kalian stay di Dieng. Tempat kita dulu."
"Nanti tiap week end, ayah sama mas nengokin kalian."
Apa semua ini nyata? Aku sedang tidak bermimpi kan? Itu artinya, Adi, Pandu, Mas Rifqi, Beni, dan Rara? Aku akan bertemu dengan mereka lagi?
Kini aku tau, disetiap kata 'Perpisahan' selalu mengandung makna Pertemuan.
Daun Momiji yang menguning siap meninggalkan tangkai nya. Agar daun yg lebih hijau bisa menggantikannya.
Selalu ada yg dikorbankan, jika kita akan mendapatkan yg lebih berharga. Meskipun apa yg akan kita korbankan juga sama berharganya.
Robi dan yg lainnya sangat berharga disini. Tapi mereka yg akan kutemui disana, juga sama berharganya.
"Yang bener mas?"
"Lah, iya".
Kupeluk dia saking senangnya aku.
"Wei wei wei.. santai.." sergahnya sembari berat menopang badanku.
Aku benar-benar tidak percaya akhir nya ini terjadi...
Tapi Robi?
Satu hal yang pasti. Akan ku ungkap semuanya, tentang Febri dan Robi, sebelum aku benar-benar pergi.