It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Pernah suatu kali aku dan Robi bertemu dengan Pak Abidin di rumah makan. Robi mungkin bisa berpura-pura menyapa, beramah-tamah, dan berbasa-basi. Tapi aku tidak. Sama sekali aku tak menganggapnya. Tak peduli umurnya jauh lebih tua dariku. Bagiku, Sikap baik hanya untuk orang baik. Aku akan respect pada orang lain, jika orang lain tersebut juga melakukan hal yg sama.
Dan Jam pelajaran pun berakhir. Kalian tau,,, saat pelajaran Matematika usai, dan Pak abidin keluar kelas. Rasanya bagai 'Neraka, yg ditinggalkan Malaikat mautnya.'
"katanya mau ke perpus? Ayok.." ajak Robi.
Tapi setelah kupikir-pikir, sebaiknya tidak usah saja. Aku takut jika nanti Robi malah marah..
"kga jadi lah Rob. Ke kantin aja lah, laper. Lu duluan, gua mau ke WC bentar.."
"katanya tadi mau ngomong?"
"kaga, ga penting lah."
"apaan ah? Jangan gitu lah sob. Bikin penasaran aja lu"
"apaan? Kaga.. Gua cuma mau ngajak lu ke perpus, buat cari buku. Tapi setelah dipikir2, mending minggu depan aja kita ke pameran buku senayan. Neh brosurnya masih ada di gua. Sekalian jalan-jalan"
"ohhh mo ngomong gitu doank? Monyet lu, gua kira mo ngomong apaan? Ya udah, gua tunggu di kantin"
"sippp"
Kuputuskan untuk pergi ke perpustakaan sendiri saja.
Aku dan Robi lalu keluar kelas, dia menuju kantin sementara aku menuju ke toilet untuk kemudian berbalik arah ke Perpustakaan.
----
Ini soal Febri (pacar Robi). Kalian masih ingat kan dulu aku pernah melihat dia bersama kakak kelas kami di bioskop. Dan mereka terlihat mesra sekali. Tadinya aku langsung ingin membahasnya dengan Robi sekalian. Tapi setelah kupikir-pikir, lebih baik ku pastikan sendiri dulu saja. Aku berusaha untuk tidak ikut campur, tapi bagaimanapun Robi itu temanku. Sobat baikku. Sesampainya di perpus,
Kulihat disana Febri dan kedua teman nya sedang sibuk melayani siswa-siswa yg hendak meminjam buku. Febri memang lebih sering menjadi petugas perpustakaan. Kuhampiri dia...
"Feb bisa ngomong bentar?"
"ngomong apaan? Ngomong aja.."
"bentar aja,.. "
sebentar Febri melirik kearah teman-temannya.
"Lin, gantiin gue bentar ya" ujar nya pada temannya. Dan kulihat temannya mengangguk...
Aku dan Febri menuju ruang membaca.
"disini aja, mau ngomong apa?"
aku dan dia lalu duduk di salah satu bangku yg letak nya sedikit diujung ruangan.
"pertama, ini Perpustakaan. Jadi gue harap lu ga akan nanggepin dengan suara tinggi, apalagi emosi."
"langsung aja.." sergahnya.
"oke... Ini soal kak doni.."
Mendengar itu, Febri langsung beranjak dari bangku, hendak meninggalkanku. Kulihat raut mukanya sedikit gugup.
"Kalo lu pacaran sama dia, lebih baik tinggalin temen gua.." kata ku.
"pertama, gue ngga pacaran sama kak doni. Dan lu, elu ga perlu ikut campur."
"gua bakal tetep ikut campur"
"urusin aja urusan lu" kata nya..
"ini urusan gua"
"Robi pacar gue, jadi ini bukan urus..... ...."
"tapi dia temen gua. Gua kenal dia sebelum lu kenal dia. Lu kira sekedar ciuman atau pegangan tangan jauh lebih penting dari persahabatan? Lu cuma anak kemaren sore yg baru kenal Robi. Sedang gua? Gua tumbuh besar sama dia. Jadi kalo lu mau macem-macem, jgn sama temen gua..."
"ya ampun bintang. Lebay banget sumpah. Kita cuma pacaran, bukan suami-istri.."
"jadi kalo Robi main cewek lain, lu ga papa? Jadi pacaran itu buat main-main? Gua ngga gitu Feb, gua serius sama Anggi. Gua pikir Robi juga serius sama lu..."
Sejenak Febri diam.
"gue ngga pacaran sama kak Doni." kata nya kemudian.
"gua liat dia cium kepala lu"
...
"di Bioskop" lanjut ku...
"lu ngga takut pacaran sama dua cowok, dan masih satu sekolah? Atau kak doni tau kalo lu masih pacaran sama Robi?" ujarku lagi...
Kulihat dia tetap diam melihat bangku meja. Lalu menatapku.
"plis.. Gue bakal putusin kak doni.."
"gua bakal tetep ikut campur Feb.. "
Kutinggalkan dia...
..... .......
Warna nya mungkin merah, bercak putihnya membuat mata ingin selalu menatapnya.
......... ......
Tapi bukan kupu-kupu yang menghinggapi nya, melainkan lalat-lalat hutan menggerumul diatas nya.
.. .............
Tidak seperti 'Melati', yg meskipun kecil, tapi harum nya semerbak kemana-mana. Bunga ini besar, tapi bukan harum yang ia tebarkan. Melainkan bau menyengat yang ia suguhkan.
.......... ... .......
Cinta terkadang menipu. Membelai di depan, tapi mengabaikan di belakang.
... ......... ...
Cinta terkadang menipu. Saling memuji saat berdua. Tapi berbohong saat sendiri.
.... .....
Cinta terkadang menipu. Berjanji setia saat berpegangan tangan. Tapi saat tangan terlepas, dia memegang tangan orang lain.
..... ........
Cinta tak selalu seperti harumnya melati yang menenangkan hati, atau seperti tajamnya duri mawar yang menyakiti hati.
.. .....................
Tapi terkadang, Cinta bisa menipu. Seperti kelopak bunga Raflesia. Mungkin terlihat indah, tapi saat kita benar-benar mendekatinya, bau busuknya bahkan bisa membuat orang mengeluarkan Air matanya.....
"dari mana aja lu? Ke WC aja lama amat.?" tanya Robi.
"sorry gua mules banget sob"
Setelah itu aku memesan bakso untuk kemudian makan bersama Robi dan teman-teman lainnya. Hingga bell masuk berbunyi, sampai di mulainya mata pelajaran kembali, kubuat sikap ku biasa saja. Seolah tak terjadi apapun.
.. ... ....... ..........
Seharian ini Robi lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya, yang selalu menggodaku dengan Indah. Atau menggoda Anggi, kalau aku selingku dengan Indah, atau banyolan-banyolan lainnya. Saat istirahat kita hanya ngobrol biasa, seputar Sepak bola, motoGP dan lain-lain. Saat mata pelajaran, dia mendengarkan penjelasan guru dengan sangat seksama. Aku pikir, sedang kambuh apanya dia? Biasanya dia selalu mengajakku bercanda, menjahili teman perempuan didepan bangku kami, atau hal-hal usil lainnya. Tapi hari ini berbeda. Sudah lah, mungkin sekarang dia ingin bertobat untuk menjadi siswa yang lebih baik lagi.. Hhh
Kujalani kegiatan sekolahku seperti ini sampai bell pulang berdering.
"habis ini lu mau kemana? Kerumah gua aja gimana?" tanyaku pada Robi.
"wah kaga bisa sob. Gua mo jalan ma Febri"
Dia benar-benar tidak tau apa-apa. Yang ku tau Robi memang selalu berfikir baik pada siapapun. Meskipun sebenarnya dia tau Febri bukanlah cewek yg sebaik itu. Dia tau Febri selalu kelayapan bahkan sampai tengah malam, tentu dengan teman-teman perempuan se-genk nya. Tapi Robi sama sekali tidak menaruh curiga sedikitpun pada Febri. Menurutku Febri lebih cocok dengan kak Doni. Karena yang ku tau, kelakuan kak Doni tak ada beda nya dengan Febri...
"ohh ya udah, gua duluan sob.." kutinggalkan dia yg masih berkemas dengan buku-buku nya. Aku berlari ke arah parkiran.
Kucari di mana Alif. Tadinya aku ingin menumpang Robi, tapi berhubung dia mau jalan sama Febri, lebih baik aku ikut Alif lagi saja. Nah itu dia...
"Bro.. Gua nebeng lagi..." teriakku padanya.
"lu kaga sama Robi bro?" dengan sepeda motornya dia menghampiriku.
"kaga, dia mau kencan.."
"ditinggal kencan sama dia lu? Ya udah sini kencan sama gua aja.." goda nya sambil menepuk-nepuk jok belakang sepeda motornya.
"jiah dari pada kencan sama lu, mending gua nyabun dirumah.."
"ckckckck sialan lu.. Dari pada nyabun, sini mending gua kocokin" kata nya sambil meremas burung ku.
"woy anjing loe ckckckck" ujarku berjingkat.
Untung saja meskipun ramai, tapi tak ada satu pun dari mereka yg menyadari bercandaan kami.
"wuw gede banget bro.." katanya berbisik pada ku..
"udah ayo ah.." sergahku smbil membonceng dibelakangnya.
"kemana ni?"
"pulang lah.."
"gua laper banget sumpah. Mie Ayam yok? Gua traktir dah" tawar nya.
"wah, kalo di traktir mah kga bisa nolak. Emang paling asik kencan sama lu bro" kata ku.
"sikat???"
"sikaaaatttt!!!"
Aku dan Alif lalu menuju ke warung Mie Ayam langganan kami.. Dia mengendarai sepeda motornya seperti biasanya. Ugal-ugalan tak tau aturan. Tapi justru ini membuatnya lebih menyenangkan. Di sepanjang jalan hanya tawa cekikikan yg keluar dari mulutku dan Alif. Sesekali kami menilai setiap cewek yang berpapasan dengan kami.
"wow.. Susu soda bro...." teriak Alif.
"jiahhh kayak gitu susu soda? Itu mah Es teh.." timpalku.
Kami menilai cewek-cewek itu dengan berbagai jenis minuman. Kalau cantik kita nilai setara dengan 'Susu Soda'. Kalau biasa saja kita sebut dengan 'Es Teh'. Kalau -menghampiri jelek- Alif biasa nya akan bilang "ahh Air Putih.. Anyeb ga ada rasanya".. Dan kalau cewek yang kita lihat itu jelek sekali. Kita akan teriak "Air apa bro? Air apa??? AIR KOBOKAN... wkwkwkwkwk"..
Sangat tidak sopan memang. Tapi ini dengan Alif. Lain cerita kalau aku melakukannya didepan Robi. Tanpa pikir panjang, mungkin dia akan langsung memukul ku. Robi akan bilang 'Kita harus menghormati wanita' 'kita harus menghargai Wanita' dan ocehan-ocehan sok bijaksana lainnya. Tapi sekalinya dia menghargai wanita, yang ia hargai cewek sialan macam Febri.
Aku pernah bertanya pada Alif. Minuman apa yang tepat untuk mendeskripsikan seorang Febri, dan Alif menjawab 'Coca cola'... Lalu Alif balik bertanya padaku. Menurutku, Minuman yang tepat untuk mendeskripsikan seorang Ferbi ialah.... 'BINTANG'. Kalian mungkin akan tertipu dengan nama mereknya. Seolah-olah jika kita meminumnya, kita akan melayang memeluk bintang-bintang. Ya kita akan melayang, ( melayang dalam arti sebenarnya) karena sejatinya ini minuman ber-alkohol dan memabukan..
No. He's straight...!