It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Next chap semangat..
"Hei...hei...hei..." aku menarik kerah seragam Indra dari belakang saat dia mau pergi ke luar kelas bersama teman-temannya.
Anak itu langsung menepis tanganku dengan kasar.
"Apaan sih?!"
"Sini-sini, ikut aku bentar."
"Nggak...nggak."
Aku mendengus.
"Udah ikut aja! Aku mau ngomong."
"Jijik banget. Pasti kamu mau nembak aku kan?! Dasar homo."
Plak...!!
Aku menampol kepalanya.
Indra melotot.
Sebenarnya anak-anak yang ada dikelasku menatap kami berdua. Tapi...masa bodoh. Salah dia.
"Mau ikut atau aku sebarin gossip yang bakal bikin kamu nggak mau masuk sekolah lagi?"
"Berani?!"
"Mau coba??" tantangku
Indra menatapku sinis.
"Buruan!!" Indra terlihat sangat kesal.
Aku mengikutinya. Dia membawaku ke arah gudang. Tempat yang mempunyai rumor horror. Katanya ada hantu cowok dengan muka terbakar. Ya...nggak muka aja sih. Seluruh tubuh. Kata Verry gudang itu dulunya perpustakaan. Tempat itu terbakar karena konslet. Tapi ada satu anak yang terjebak di sana waktu kebakaran. Akhirnya dia mati terpanggang. Ah...mungkin cuma rumor. Nggak mungkin beneran. Dulu waktu aku sekolah SMA, di sekolahku juga ada rumor yang hampir serupa. Tapi tempatnya di kamar mandi. Katanya dulu sekali ada anak cewek hamil. Pacarnya nggak mau tanggung jawab. Terus dia bunuh diri di kamar mandi cewek. Rumor itu diperkuat dengan adanya kamar mandi yang selalu di kunci rapat. Padahal yang lain nggak di kunci. Nah...nah...
Indra melihat kekiri kekanan. Seolah-olah memastikan tidak ada orang yang mendengar kami.
"Apaan? Buruan ngomong!" pintanya tak sabar.
"Nah...Dra. makasih udah menjengukku waktu di rumah sakit dulu."
Indra langsung menatapku. Ekspresinya hahaha...lucu.
"Siapa? Aku? Aku...aku nggak jenguk kamu tuh."
"Mas Liam ingat sama wajah jelekmu itu."
Indra mulai terlihat salah tingkah.
"Kamu cuma mau ngomong itu?? Buang-buang waktu banget sih. Nggak penting."
Untuk beberapa saat aku hanya terdiam sambil terus menatapnya.
"Kamu...beneran suka sama aku ya?! Kalau melihatku hatimu berdebar-debar??"
"HUUUUUUHHHH??? Udah aku bilang kan, aku itu nggak suka sama kamu. Masih aja...."
"Aku nggak tahu apa yang aku rasain ke kamu sebelum aku kecelakaan. Seberapa bencinya aku ke kamu atau seberapa sukanya aku ke kamu. Aku nggak ingat. Dan aku juga nggak tau apa yang terjadi saat ingatanku kembali nanti. Apa aku akan ingat semuanya. Atau..."
Yang jelas Eggy tidak akan ingat apapun saat aku masih di tubuhnya. Apa yang aku lakuin dan yang aku hadapi.
Aku tidak...
Indra menghela nafas panjang.
"Kalau lagi galau nggak usah datang padaku. Masalahmu itu bukan masalahku. Dan aku nggak suka sama kamu. Itu aja," kata Indra sambil bersandar pada dinding.
Aku menatap Indra.
"Kamu tahu foto yang kamu pasang dulu? Itu fotoku sama pacarku."
Air muka Indra berubah. Dia menggigit bibir bawahnya. Sepertinya dia terganggu dengan pembicaraan ini.
"Dia...sudah meninggal."
"Apa??" Indra langsung menatapku.
Jadi dia nggak tau?
"Dia meninggal. Aku tahu dari buku harianku. Tapi aku nggak tahu dia meninggal karena apa. Jadi Dra, berhentilah menggunakannya untuk mengerjaiku."
"Sorry...aku...aku nggak tahu."
"Makanya sekarang aku kasih tahu."
Wajah Indra nampak menyesal. Dia mengerutkan keningnya. Beberapa kali nampak menggigit bibir bawahnya.
"Jadi...kalau ingatanku kembali dan aku nggak ingat apapun setelah kecelakaan, hei...bisakah kamu berjanji untuk tidak menggangguku lagi?"
Indra seperti ingin mengucapkan sesuatu namun ia urungkan.
Dia tersenyum aneh.
"Aku nggak akan mengganggumu. Tenang aja," katanya pelan, "dan aku minta maaf karena pacarmu...aku bener-bener nggak tau."
Tanganku mengarah ke kepalanya.
"Apaan?!" Indra menepisnya.
"Aku cuma mau mengusap-ngusap kepalamu."
"Buat apa? Nggak usah aneh-aneh!!"
Dia kembali salah tingkah.
Hehehe...
"Mungkin aku bisa suka sama kamu."
Wajah Indra...lagi-lagi...hahaha...
"Ap..."
"Ber...can...da..."
Buugghhh...
Aku meringis. Dia baru saja menendang kakiku sebelum berjalan pergi.
Nah, Erick..lama-lama lu beneran suka sama Indra..
Next chap semangat..
"Om lukamu gimana??"
Aku yang sedang menyeruput kuah bakso langsung menatap Verry.
"Luka???"
Verry menunjuk keningnya sendiri.
"Ini lo ini," dia langsung mengangkat rambut depanku.
Dahiku terpampang. Perbanku sudah di lepas beberapa hari yang lalu. Tapi terapiku masih jalan.
"Jahitannya rapi," katanya pelan.
"He'em."
"Terus...gimana sama terapinya??"
"Masih jalan," aku kembali melanjutkan makanku.
Terapi yang membosankan. Belum lagi obat-obatan yang selalu aku buang. Padahal terapi dan obat itu mahal. Sebenarnya aku ingin sekali bilang ke orang tua Eggy kalau itu semua sia-sia. Nggak ada yang akan berubah. Hanya menghabiskan uang.
Ah...
Indra.
Si Indra yang mau masuk ke kantin ini langsung pergi entah kemana saat mata kami bertemu.
Anak itu, suka banget sama Eggy ya? Awalnya aku cuma asal ngomong dulu waktu aku kesal sama dia. Tapi lama kelamaan makin terlihat jelas kalau dia suka sama anak ini. Mungkin ciri khas anak SMA. Suka tapi gengsi. Apalagi kalau tau gebetannya punya pacar. Yang di lakuin hanya cari perhatian dengan mengusili. Berharap si target merhatiin dia walau sedikit. Karena nggak mempan dia ngusilin si target sampai benar-benar mendapat perhatiannya.
"Kekanak-kanakan banget."
"Huh? Apa om??"
He...
"Oh..nggak. Nggak apa-apa. Bukan apa-apa."
Aku memakan satu pentol bakso. Verry kembali memainkan hpnya.
"Ver bantuin nulis naskah drama dong, besok kelasku waktunya drama lo," salah satu anak dari kelas lain menghampiri Verry.
Aku sih nggak kenal. Si Verry temennya banyak. Di kelas ada beberapa yang deket sama dia, tapi temen baiknya malah ada di kelas lain. Namanya Jupri. Dan...masih banyak sih yang lainnya. Karena itu, dia nggak selalu ada buatku. Nggak selalu nemenin aku. Kalau udah gitu, aku pasti duduk diam di kelas atau jajan sendiri ke kantin. Aku sih mau-mau aja akrab sama yang lain. Tapi kadang aku takut omongan kami nggak nyambung. Kalau sama si Verry sih udah biasa. Karena kami memang sudah akrab. Kalau Indra...
"Indra ya..." desisku.
...
...
Mungkin aku bisa akrab. Toh dia suka kan ama Eggy, jadi dia pasti juga senang dong kalau bisa deket sama Eggy?! Masalahnya...kalau aku ngakrab'in dia, terus dia merasa di php nin gimana? Masa iya aku yang tanggung jawab? Tapi kalau di pikir-pikir kasian juga si Indra. Suka sama Eggy tapi Eggy nya suka sama orang lain. Terjebak sama masa lalunya. Terlalu lebay nggak ya kalau aku bilang 'terjebak'. Tapi sepertinya memang benar. Aku sih pernah suka dan berpacaran waktu sekolah dulu. Beberapa kali. Dan waktu kerja satu kali. Tapi selalu putus dengan alasan yang sama. Aku terlalu cuek. Nggak perhatian. Ya...aku juga nggak bisa serius sih. Kalau di pikir-pikir, aku cuma suka awalnya saja setelah itu bosan. Apalagi sama orang yang gampang di dapat. Cepat bosan.
"Mau kemana?? Jam istirahat mau habis lo," Verry menatapku yang berjalan ke arah gudang.
Aku memperagakan orang yang sedang merokok.
Verry sepertinya mengerti. Dia hanya tersenyum sambil kembali melanjutkan langkahnya.
Setelah tau ada gudang angker di sekolah ini, rasanya aku bisa memanfaatkannya untuk merokok. Toh nggak ada orang disana.
"GYAAAAAAAAAAAAAAA.....AAAAAAAAAAAAAAAA....."
Suara jeritan??
Aku mendengar seseorang berlari kearahku. Lorong sepi ini memantulkan suara.
Aku merinding. Jadi ingat apa yang dikatakan Verry.
'Di gudang sering ada penampakan.'
"Yaaa....hahahaha...aku balik ke kelas aja deh hahaha..."
Putar badan.
"AAAARRRRRGGGHHHHHHH......."
Bruuugghh...
Tubuhku terpental setelah tertabrak benda keras.
Siapa sih??
...
...
"I...Indra?!"
Kenapa dia?
Anak itu nampak terjatuh juga. Wajahnya pucat pasi. Aku mencoba berdiri. Pantatku sedikit sakit.
Indra menunjuk ke arah gudang.
Aku menelan ludah.
"Jangan bilang kamu baru liat setan."
Aku menatap Indra yang sedang mengobarkan tatapan membara padaku.
Aku tertawa hambar.
Dia mencengkeram tanganku. Tangannya terasa dingin.
"Kamu...beneran liat setan?"
"Fuck!!! Fuck!! Cok..Cok!!!"
Indra terus mengumpat dengan berbagai bahasa. Aku hanya diam memperhatikannya. Sebenernya sih aku ingin ketawa. Melihatnya seperti ini lucu juga.
Puk...puk...
Aku menepuk-nepuk pelan kepalanya.
"Ayo berdiri dulu. Jangan duduk di lantai."
"Gimana? Udah baikan??"
Indra mengangguk.
Saat ini aku dan dia sedang ada di kantin belakang. Tempat yang aman untuk membolos. Setidaknya itulah yang dibilang Verry. Indra terlihat mulai tenang. Dia meminum air yang aku belikan.
"Aku nggak nyangka kalau kamu itu penakut."
Anak itu langsung menatapku garang.
"KAMU NGGAK TAU APA YANG AKU LIAT, JADI NGGAK USAH MENGEJEKKU!!!"
Aku tertawa pelan.
"Kalau begitu kasih tau aku apa yang kamu liat," pintaku, "lagian kenapa kamu kegudang? Bukannya udah jadi rahasia umum kalau gudang itu angker?"
"Aku cuma mau bolos."
Dia menyeruput kembali air mineralnya.
"Apaan sih? Ketemu setan ya mas? Digudang kan emang banyak setannya. Tapi yang terkenal itu cowok yang tubuhnya terbakar," ibu kantin yang namanya Rissa baru saja ikut bergabung.
"Ibu juga tau?" tanyaku.
"Iya. Kejadiannya udah lama sih. Sebelas tahun yang lalu."
"Eh...jadi bukan cuma gossip ya???"
Bu Rissa menggeleng. Dia memilih duduk didepanku.
"Dulu memang ada anak yang terbakar. Dibully deh kayaknya. Makanya sekolah ini jarang banget ada pembullyan. Karena kalau ketahuan bisa kena sanksi tegas."
Aku langsung menatap Indra. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jadi dia juga kena sanksi ya?! Apa mungkin ada sanksi lain selain di skors? Tapi dia masih ngerjain aku, si Eggy saat masuk. Dia ini...bego atau gimana?
"Kasian banget sih bu anak itu."
"Iya. Aku juga ikutan nonton waktu zenasahnya di evakuasi. Uugghh...sampai nangis aku. Gosong. Kayak ayam panggang gitu. Uugghh...ugghhh..."
Bu Rissa sampai nggak bisa meneruskan kata-katanya.
"Terus yang kamu liat tadi setan anak itu??"
Indra mengangguk.
"Iih...hiii....aku nggak sengaja megang tangannya. Kulitnya...lepas. Hiiiihh..."
Bulu kudukku berdiri.
"Terus-terus????" Aku semangat empat lima.
Kelihatan banget kalau suka bergossip. Ew...
"Waktu aku teriak. Tangannya udah nggak ada. Hilang. Nggak berbekas. Nggak ada apa-apa."
"Ngeri banget," bulu kudukku masih berdiri.
Merinding disko.
"Udah-udah. Nggak usah ngomongin setan siang-siang gini. Kalian ini jangam bolos terlalu sering. Nanti dikeluarkan lo. Di DO."
Aku tertawa hambar. Ketat juga sekolah ini. Aku kira nggak terlalu ketat karena lumayan bebas. Ternyata aku salah.
"Nggak apa-apa. Aku juga baru ini bolos," setidaknya setelah aku yang menempati tubuh ini.
"Nggak masalah. Kalau dikeluarkan tinggal pindah sekolah."
"Emangnya siapa yang mau nerima kamu? Pinter enggak, pembuat masalah iya."
Indra mendengus.
Aku dan Indra menghabiskan satu jam mata pelajaran di kantin.
"Dra..." panggilku saat kami berjalan menuju kelas.
"Apa?"
Dia berhenti melangkah. Dia menatapku.
Aku bingung mau ngomong apa. Maksudku aku bingung merangkai kata-kata yang bagus tapi terkesan nggak lebay.
"Aku...mau kamu jadi temenku."
Lebay!!! Sial!! Lebaaay!!! Kayak nggak ada orang lain aja.
Ya...yaaaaa...emang nggak ada sih.
Indra terlihat syock dengan kata-kataku.
"Bukan-bukan!! Aku nggak nyuruh kamu buat jadi pacarku kok," aku juga nggak mau lah, "aku cuma...nggak punya temen. Temen deket."
"Ih ogah. Jijik banget."
"Cih..."
~whoami pov~
ty yg udh mampir ^^
online via hp, dan entah kenapa g bs like comment2
lanjutkan terus bang.. b^ ^
"Ver, gimana sih biar bisa deket sama orang yang sok jaim sama kita? Dia suka ama kita tapi pura-pura jual mahal."
Verry yang sedang memperhatikan papan tulis langsung menatapku.
"..."
"..."
"..."
"Apaan tatapanmu itu? Nggak enak banget."
"Siapa yang mau om pdktin??"
"Huh?? Nggak adalah. Gila apa. Masa iya aku pdktin si..."
"Si...???"
"Udah!! Nggak usah dibahas."
"Cieee...om lagi naksir sama anak SMA ya??"
Plaaakk!!!
Aku menampol kepala Verry.
"Kalian ini...bukannya merhatiin penjelasku malah asyik ngobrol sendiri," tegur pak Agus.
Kami berdua langsung duduk diam. Anak-anak yang lain tertawa.
"Kamu sih," desis Verry.
"Kok aku?? Kamu tuh..!!"
Dia kan yang mancing-mancing. Tapi memang benar susah untuk dekat sama Indra. Dia suka aku, maksudku dia suka sama Eggy. Sampai caper. Tapi dia jual mahal kalau aku deketin. Mau nya apa coba??! Bukannya aku mau pdkt sama dia juga sih. Aku cuma mau berteman saja kok. Susah cari teman dengan tubuh abg tapi pikiran bapak-bapak. Susah buat masuk ke dalam percakapan mereka. Jujur saja, menurutku mereka terlalu main drama. Contohnya, si Mitha yang punya pacar kelas sebelah. Ternyata pacarnya itu di sukain sama cewek lain. Dengan gossip murahan si Mitha membuat cewek itu jadi di cap jelek. Dan cewek itu nggak terima. Dia akhirnya gencar mendekati pacar Mitha sampai akhirnya Mitha dan cewek itu main cakar-cakaran dan tendang-tendangan. Menurutku itu berlebihan. Kalau aku jadi Mitha, aku akan melepaskan si cowok kalau cowok itu memang tertarik ama cewek tadi. Aku juga nggak terlalu ambil pusing sama si cewek itu karena kalau cowokku nggak merespon balik perasaan cewek itu ya selesai sudah. Nggak ada yang perlu di cemaskan. Masih banyak lagi sih contoh di kelas ini. Intinya anak SMA itu suka main drama. Apalagi buat yang cewek tentunya. Cowok juga ada sih. Apalagi status Eggy yang homo ini sudah tersebar luas. Cowok-cowok disini seolah menghindariku, entah itu sengaja atau tidak. Makin susah mendapat teman. Sialan.
Kalau dipikir-pikir ini semua salah si Indra. Eggy jadi nggak punya teman. Tapi memang Eggy sendiri juga susah bergaul. Mungkin ini berdampak sama aku yang sekarang. Aku jadi susah bergaul. Padahal aku ini selalu banyak teman. Waktu sekolah, kuliah sampai masuk ke dunia kerja. Temanku banyak.
Aku mengambil karet yang terjatuh di lantai. Menyobek sedikit kertas lalu membentuknya seperti bulatan kecil. Aku memposisikan sedemikian rupa bulatan kertas itu di karet tadi sebelum aku menarik ujung karetnya.
Ctaaaakkk...
Indra langsung menengok ke belakang. Aku cekikikan.
"Om..." Verry menatapku jengah.
"Apaan?? Biasa aja!"
Hahaha...
"Inget umur."
Uugghh...
Plaaakk...
Sekarang gantian Indra yang melempariku dengan gumpalan kertas cukup besar.
Plaaakk...plaaakkk...puuukk...pukkk...plaaakkk....
....
Sialan.
Indra terlihat menahan tawanya.
Awas aja nanti.
"Hahahaha...."
"Nggak usah ketawa!!"
"Udah akrab aja kalian ini."
"Siapa???"
"Om sama Indra."
Aku menaikkan salah satu sudut bibirku.
~whoami pov~
hahahahaha....mampir yok mampir...banjiri komen lah....btw...makasih udh mampir ^^
Ini dia yang aku tunggu-tunggu. Makan mie ayam setelah pulang sekolah. Nostalgia banget. Ya dulu sih bukan mie ayam yang jualan di depan sekolahku tapi bakso. Kalau di sekolahnya Eggy adanya mie ayam. Kalau bakso agak jauhan disana.
Setelah pesananku datang, aku langsung menyantapnya di tempat. Mas Liam nggak bisa antar jemput aku beberapa hari ini dan beberapa hari kedepan karena sibuk dengan kuliahnya. Menurutku itu bagus. Kalau bisa sampai seterusnya aja gitu haha.
"Enaaaakkk..."
Sedap. Bumbunya pas. Sambalnya pedas. Ayamnya banyak. Kriuk-kriuknya kriuk banget.
Srruuppp...
Wiii...es jeruknya juga segar.
Tiba-tiba saja ada orang yang duduk di depanku.
Indra.
"Pak mie ayam nya satu."
Aku masih sibuk dengan mie ku.
"Ngapain kamu disini?" tanya Indra.
Aku melirik Indra.
"He...buta ya? Katarak??"
Indra menjulurkan lidahnya.
"Ini mas mie nya, minumnya apa?"
"Es teh."
"Segitu sukanya ya sama aku sampai nyamperin aku di mie ayam?!"
"..."
Tumben nggak balas kata-kataku.
Dia langsung memakan mie ayamnya setelah memberinya sambal, saos dan kecap.
"Nggak bisa ya kalau nggak liat wajahku sedetik aja??"
"Iya."
Deg...
"Huh??" aku menatap Indra yang tidak melihatku.
"Rasanya pengen nonjok mukamu. Ngapain tadi lempar-lempar kertas?? Gara-gara situ, aku kena jewer."
"Lhaaah aku juga kena kali. Lagian bukannya situ yang lempar banyak kertas ke aku?!"
Lebay...lebay...!! Kata-kataku lebay!! Kelamaan di tubuh anak abg labil. Lebay!!!
Ya...salahku juga sih waktu pelajaran ramai sendiri.
Aku langsung memakan habis mie ayamku.
"Besok...ada undangan ultah Lena di gedung penataran. Jam lima."
Indra menyodorkan undangan kecil berwarna pink.
Ultah di gedung ya? Anak sekarang ultah aja kok meriah banget. Kayak mau nikahan.
Nggak banyak yang tertulis di sana. Hanya ada tanggal, jam dan tempat acara.
"Ini juga...titip buat Verry," Indra menyodorkan satu undangan lagi, "kalian akrab kan?!"
...
...
Senyumku terbentuk.
"Iya sih aku akrab banget sama dia. Dia itu orangnya baik banget sama aku. Gimana ya...dia itu...bagai...malaikat tak bersayap."
Indra menampilkan wajah jijik.
"Aku baru tau kalau kamu orangnya..." dia melanjutkan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aku terkekeh.
"Bilang aja kamu cemburu."
"Huuuuuhhhh???"
Nah kan jual mahal.
Berapa sih hargamu?? Aku beli deh...
...
...
...
...
Apaan coba aku ini?! Dia bikin aku gemes sih.
Aku merogoh kantongku. Mengeluarkan hp lalu menelfon Verry.
"Ver kita ada undangan ultah nih."
'Siapa yang ultah?'
"Lena..." aku membaca namanya.
Ada foto cewek itu di sana. Memakai gaun berwarna putih. Dia tiduran di ladang bunga. Di foto dari atas.
Keren juga.
Lena itu kalau nggak salah duduknya di depan sendiri. Anak orang kaya emang. Di antar jemput mobil. Cewek-cewek banyak yang sirik tuh. Aku lihat banyak cewek yang dekat sama dia tapi waktu Lena nggak ada, udah...banjir gossip. Iri hati tuh mereka. Kampungan.
'Oh lena...kapan??'
"Besok jam lima."
'Gila mendadak banget sih.'
Aku mengangkat bahu. Padahal Verry nggak bisa lihat.
'Terus mau ngasih apa? Kado atau duit?'
"Kado aja kali ya?! Aku lagi bokek. Kalau ngasih duit sedikit jadi nggak enak."
Mengingat acaranya di gedung. Pasti mewah kan?! Kalau cuma ngasih duit lima puluh ribu kesannya nggak pantas.
'Mau beli sama aku??'
"Kapan? Nanti malam?!"
'Ya iyalah nanti malam. Emangnya kita punya waktu?? Mendadak gitu. Besok lo acaranya.'
"Oke nanti malam kita kencan ya?! Ke mana??"
'Huh? Kencan? Siapa??'
"Oke..ke city mall ya. Iya dong. Buatmu apa sih yang nggak? Aku pasti mau lah nemenin kamu. Kamu kan spesial."
'... .... Om?? Sehat??'
Aku melirik sekilas Indra yang nampak tak nyaman.
Sehat.
Sorry ya Ver. Padahal kamu udah mati-matian jaga sikap supaya teman-temanmu nggak berfikir kamu lagi 'deket' sama Eggy.
"Ya udah nanti aku jemput ya jam enam. Jangan lupa dandan yang keren."
'Om?? Wooiii...om!!'
"Oh mau keluar? Ya udah hati-hati ya."
'Bentar!! Hei..hei..'
"Pakai jaket ya. Surat-surat motornya jangan lupa."
'Om!! Woii om!!! Apaan sih ini?'
"Bye..."
...
...
Indra langsung pergi setelah membayar mie ayamnya tanpa berkata apapun.
Ahahahahahaha...
Hahahahahahahahhahaha...
"Ukh...kh...ahahaha....ahahahahahahahaha....begoooo...begoooo!!!"
Sialan...hahaha...
Wajahnya...
...
...
...
Aku kelewatan ya?
...
Mungkin.
...
Sedikit?
...
Banyak??
...
"Berapa pak mie ku sama es jeruknya? Ah tadi nambah kriuknya satu."